Share

2

"Bagaimana kemarin?" Alice menoleh kala mendengar suara yang sangat familiar itu. Ia tersenyum lebar kala sang pacar merangkulnya. Paginya di sekolah diawali dengan pertemuannya dan pacarnya di koridor. Akhir-akhir ini pacarnya itu sibuk di sekolah, jadi mereka jarang bertemu. 

"Masalah perjodohannya sepertinya akan segera selesai, aku meminta tolong pada Lisa dan tentu saja dia mau membantuku" Zidan Arkala—sang pacar mengangguk mengerti. Beberapa hari lalu memang Alice bercerita tentang perjodohannya dengan putra tunggal keluarga Ganendra, ia yang sudah beberapa tahun menjadi pacarnya tentu saja sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk bahwa mereka akan putus, namun ternyata Alice dapat menyelesaikan masalahnya dengan bantuan Lisa. 

"Baguslah kalau begitu" Zidan mengusak rambut rapi Alice, membuat gadis itu kesal. Itu adalah salah satu kebiasaan Zidan yang tidak Alice sukai, karena pria itu selalu merusak tatanan rambutnya yang susah payah ia rapikan. Namun tentu saja ia tak benar-benar marah hanya karena hal itu. 

"Sepulang sekolah, bagaimana kalau kita ke toko buku sebentar? Kamu bilang mau beli novel" saran Alice, maksudnya adalah ia ingin berkencan nanti sepulang sekolah. Karena akhir-akhir ini mereka jarang bertemu di sekolah, tentu saja mereka jadi jarang menghabiskan waktu bersama seperti kencan. 

"Boleh, aku tidak sibuk hari ini jadi kita bisa menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama" mendengar itu membuat wajah Alice kini berseri-seri. Masalah perjodohan akan segera selesai dan nanti sepulang sekolah ia bisa berkencan dengan Zidan. Kedua orang itu pun berpisah saat Alice tiba di depan kelasnya. 

Hari ini Lisa tidak berangkat ke sekolah karena ibunya dan adiknya itu akan mengunjungi rumah keluarga Ganendra. Lisa diminta untuk meminta maaf kepada keluarga itu dan mengatakan bahwa ucapannya kemarin hanyalah bercanda. Alice tetap tenang pagi ini karena ia percaya bahwa Lisa dapat menyelesaikan masalah itu, lagi pula Lisa sudah berjanji padanya akan membantunya dan ia tau adiknya itu tidak akan pernah mengingkari janjinya. Dan Lisa mengatakan padanya tadi malam bahwa ia tidak perlu khawatir. 

"Kau sendirian? Dimana Lisa?" tanya salah satu temannya, tentu saja ia heran saat melihat Alice masuk sendirian karena selama ini kedua gadis itu selalu berangkat sekolah bersama dan izin tidak berangkat pun bersama. 

"Ada sesuatu yang harus dia lakukan hari ini, jadi dia tidak berangkat" temannya itu mengangguk paham. Yaah, lagi pula tidak mungkin mereka akan selalu berangkat bersama kan? 

"Tumben sekali dia" sahut sang ketua kelas. Ketua kelas mereka itu berbeda dari ketua kelas pada umumnya, dia bukan murid yang pintar atau murid teladan. Ketua kelas mereka adalah orang yang tegas, gadis cantik yang diidamkan banyak laki-laki di sekolah. 

***

Saat ini pikiran Lisa sedang kalut, ia bingung, mana yang lebih baik? Meminta maaf dan mengatakan bahwa ucapannya kemarin hanya bercanda seperti yang disuruh ibunya atau tetap pada rencana konyol Alice? Ia berada di ruang tamu keluarga Ganendra bersama ibunya, menunggu Nyonya Ganendra keluar dari kamarnya dan turun menemui mereka. Kunjungan ini terlalu mendadak, jadi Nyonya Ganendra tidak menyambut mereka tadi di depan. Putra tunggal mereka Davin tentu saja sekarang sedang berada di sekolah dan Tuan Ganendra berada di kantor. 

"Maaf karena membuat kalian menunggu lama" suara ramah Nyonya Ganendra memecah keheningan di ruang tamu itu. Nyonya Aldera dan Lisa berdiri menyambut dengan senyum tipis di bibir Lisa dan senyum ramah di bibir Nyonya Aldera.

"Oh! Mengenai permintaan Lisa kemarin, kami sudah mempertimbangkannya, Davin akan memilih antara Alice atau Lisa, tapi tolong beri dia waktu yaa" senyum senang dan suara senang Nyonya Ganendra membuat Nyonya Aldera akhirnya tidak jadi membahas soal ucapan Lisa yang kemarin ia anggap bercanda, itu pasti akan merusak suasana hati Nyonya Ganendra dan sebagai seseorang yang sangat mementingkan rekan bisnis, ia tidak ingin hal itu terjadi. Maka saat Nyonya Ganendra menyuruh mereka untuk duduk, ia akhirnya membahas topik lain. 

Di sisi lain, Lisa merasa lega sekaligus cemas mendengar ucapan Nyonya Ganendra. Ia lega, karena setidaknya ada kemungkinan ia tidak akan menjadi korban masalah Alice dengan menjadi istri Davin di masa depan nanti dan cemas kalau nantinya Davin akan memilihnya. Duuh, kenapa harus ada perjodohan konyol seperti ini padahal mereka tidak ada hubungannya dengan bisnis para orang tua? 

Entah sudah berapa lama waktu berjalan dari Lisa sampai di rumah keluarga Ganendra hingga kini ia berada di mobil bersama Ibunya. Ibunya itu sedari tadi hanya diam dengan ekspresi yang tak bisa ditebak. Lisa tau, pasti Ibunya itu ingin sekali berteriak padanya dan menamparnya, karena dirinyalah perjodohan Alice dan Davin nyaris batal. Tidak batal sepenuhnya karena masih ada kemungkinan Davin akan memilih Alice. Seandainya Davin memilihnya, Nyonya Aldera itu akan bersikap seperti apa yaa? Apakah akan memarahinya, menamparnya atau justru senang? 

Lama berpikir tentang hal-hal tidak penting, tak terasa mobil yang membawa Lisa dan Nyonya Aldera telah sampai di rumah. Nyonya Aldera turun lebih dulu diikuti Lisa. Sama sekali tidak terpikir oleh Lisa, Ibunya itu hanya akan memendam kekesalannya hari ini. Padahal ia sudah bersiap jika saja Nyonya Aldera akan menamparnya seperti kemarin, namun ternyata ia hanya diam saja dan masuk ke kamarnya. Yaah, hari ini mungkin ia sedang beruntung. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status