Udara dingin melingkupi Jessy. Wanita yang mengenakan dress panjang berwarna putih itu terlihat gugup. Saat ini ia tengah berhadapan dengan Max Caldwell, kakek Earth. Kemarin Jessy dihubungi oleh Earth bahwa malam ini kakek Earth ingin bertemu dengan Jessy. Apa yang Jessy rasakan saat ini lebih menegangkan dari menunggu ibunya di operasi.
Tatapan menilai Max semakin membuat Jessy takut. Apa semua orang berkuasa auranya seperti ini? Selalu mengintimidasi. Jessy merasa sangat kecil sekarang. Bagaimana jika kakek Earth tidak setuju ia memasuki keluarga Caldwell? Akankah ia harus mengembalikan uang yang sudah ia terima? Ia sudah menggunakan 50.000 dollar untuk membayar biaya operasi ibunya, ditambah lagi beberapa ribu dollar untuk biaya perawatan selama di rumah sakit.
Jessy meremas jemarinya. Bagaimana cara ia mengembalikan uang itu?
"Siapa namamu?" Suara tegas Max akhirnya terdengar di dalam ruangan sunyi itu.
Mengenyahkan kegugupannya, Jessy menjawab pertanyaan Max. "Jesslyn Scott, Pak."
"Kau lulusan kampus di mana?"
Jessy menarik napasnya pelan. "Saya tidak kuliah, Pak."
"Apa pekerjaan orangtuamu?"
"Ayah saya sudah tiada. Ibu saya tidak bekerja lagi. Saya tulang punggung keluarga."
"Di mana kau bekerja?"
"Di salah satu toserba milik Caldwell Group."
Dari tiga pertanyaan terakhir, Max merasa tidak puas dengan calon cucu menantu yang dibawa oleh Earth. Max memilihkan Aurora untuk Earth karena ia mengenal keluarga McKell cukup baik. Terlebih Aurora adalah wanita berpendidikan tinggi dengan segudang prestasi. Max yakin wanita yang seperti Aurora yang bisa mendukung Earth dengan baik. Entah itu dalam pekerjaan atau hal lainnya.
Dari segi penampilan, Jessy memang lebih memikat dari Aurora, tapi bagi Max wajah saja tidak cukup untuk masuk ke dalam keluarga besar Caldwell.
"Wanita macam apa yang kau bawa ini, Earth?" Max beralih pada cucunya yang sejak tadi hanya diam.
"Ini pilihanku." Earth menjawab singkat.
Max tersenyum sinis. "Kau menolak Aurora McKell hanya untuk gadis yatim ini?"
Jessy sedikit tersentak mendengar nama yang Max sebutkan. Jadi, wanita yang hendak dijodohkan dengan Earth adalah saudari tirinya. Wanita yang hanya berselisih usia darinya tiga bulan. Waw, sebuah kejutan. Jessy tidak tahu bahwa ternyata benang takdir mengikat mereka hingga seperti ini.
"Aku yang akan menikah, Kakek. Jika Kakek sangat menyukai Aurora maka Kakek bisa menikah dengannya."
"Earth!" Suara Max meninggi. Ia sangat tidak suka jawaban asal Earth. Ia hanya memilihkan yang terbaik, tidak tahukah Earth tentang itu.
"Aku hanya akan menikahi Jessy. Jika Kakek tidak setuju maka jangan memaksaku menikah lagi."
Max diam menahan emosinya. Earth adalah cucunya, mengambil 100% sifatnya. Keras dan teguh pendirian adalah wataknya. Tidak peduli apapun, Earth tidak akan berubah pikiran. Max sedikit menyesal menurunkan sifat itu pada cucunya. Kini ia harus menerima meski ia merasa enggan. Earth harus menikah, ia ingin memiliki cicit dari cucu kebanggaannya.
Tatapan Max kembali pada Jessy. Membuat Jessy kembali merasa aura dingin semakin menyelimutinya. Apakah sekarang Max akan mengulitinya? Jessy merasa tatapan Max seperti pisau, sangat tajam.
"Pernikahan kalian akan diadakan dua bulan lagi." Max bicara dengan nada tidak senang.
Earth tersenyum kecil. Ia tahu kali ini ia pasti akan menang dari kakeknya. Satu masalah hidupnya kini telah selesai. Setelah ini Earth tahu akan ada masalah lainnya. Kakeknya pasti akan meminta cicit darinya, tapi itu bukan masalah untuk saat ini. Ia bisa mencari alasan untuk keinginan kakeknya itu. Mendapatkan anak tentu saja bukan hal yang mudah.
"Aku ingin pernikahanku dan Jessy diadakan secara rahasia. Jessy akan mendapatkan banyak sorotan jika pernikahan kami sampai terendus." Earth tidak ingin merepotkan diri dengan banyak masalah, jadi ia sudah berpikir dengan matang, pernikahannya harus dirahasiakan. Ia hanya ingin memuasakan kakeknya saja, jadi pernikahan itu tidak perlu diadakan besar-besaran.
"Kau lebih mengkhawatirkan wanita ini dari pada nama baik keluargamu sendiri, Earth? Kau memang sangat berbakti."
"Terima kasih atas pujianmu, Kakek." Earth memberikan senyuman singkat. Hanya sekejap mata senyuman itu lenyap, wajah Earth kembali terlihat serius seperti biasanya.
Max ingin sekali memukul kepala cucunya yang selalu membuatnya jengkel. "Aku akan meminta Brandon menyiapkan segalanya."
"Baiklah, aku rasa tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Aku dan Jessy pamit sekarang."
"Cucu tidak sopan!" geram Max.
Earth tidak terlalu peduli pada ocehan kakeknya. "Jessy, ayo." Ia beralih pada Jessy.
Jessy merasa seperti orang idiot sekarang. Ia benar-benar tidak mengerti bagaimana hubungan Earth dan Max. Apakah mereka sangat dekat, atau mungkin sebaliknya. Ia bangkit dari tempat duduknya. "Tuan, saya pamit pulang. Selamat malam," seru Jessy sopan. Ia menundukan kepalanya kemudian pergi bersama Earth yang menunggunya.
Max tidak menjawab. Ia hanya membiarkan Earth dan Jessy pergi.
***
Di dalam mobil, Earth dan Jessy tidak saling bicara. Mereka adalah dua orang asing yang tidak saling mengenal sebelumnya, dan dalam dua bulan lagi akan menjadi sepasang suami istri.
"Mulai besok kau akan pindah ke rumahku. Kepala pelayanku akan mengajarimu beradaptasi dengan keluarga Caldwell." Earth bicara setelah beberapa saat kemudian.
"Baik, Pak."
"Kau cukup memanggilku Earth."
"Baik." Jessy menjawab patuh.
Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka. Mobil sport mewah Earth hanya terus melaju di jalanan kota London. Ia tidak mengantar Jessy pulang melainkan membawa Jessy ke dermaga. Di sana terdapat sebuah kapal pesiar yang sudah menunggu mereka.
Jessy tidak pernah naik kapal pesiar mewah sebelumnya, dan ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah ia lupakan. Kehidupan orang-orang kaya memang luar biasa. Sebelumnya Jessy tidak pernah memikirkan tentang hal-hal seperti ini. Mendapatkan uang dari Earth saja sudah cukup baginya, dan kini ia mendapatkan bonus dengan bisa naik kapal pesiar.
Di atas deck lantai 3, seorang wanita yang mengenakan dress hitam dengan rambut bergelombang yang terurai indah sudah menunggu Earth. Wanita itu mengerutkan keningnya kala ia melihat Earth datang bersama dengan seorang wanita. Ia tidak tahu bahwa Earth akan membawa orang lain ke tempat rahasia mereka untuk berkencan. Kini, kapal yang Earth hadiahkan untuknya sudah bukan lagi tempat khusus untuk mereka saja.
"Kau sudah menunggu lama, Sayang?" Earth datang pada wanita yang tidak lain adalah Caroline, mencium wanita itu di depan Jessy tanpa merasa risih sama sekali.
Jessy hanya mematung melihat apa yang ada di depannya. Ia kembali menjadi seperti orang idiot. Kali ini ia menonton adegan yang entah kenapa membuatnya merasa tidak nyaman.
Earth melepaskan ciumannya dari bibir Caroline. "Sayang, dia adalah Jessy. Wanita yang akan menikah denganku selama dua tahun."
Caroline merasa sedikit sakit mendengar ucapan Earth. Seharusnya ia yang menikah dengan Earth, bukan Jessy atau wanita lainnya. Caroline menekan rasa sakitnya, ia melemparkan senyuman pada Jessy. Mengulurkan tangan kemudian menyapa Jessy dengan ramah. "Caroline."
"Jessy." Jessy membalas uluran tangan Caroline.
"Caroline adalah kekasihku," seru Earth. Ia menggenggam tangan Caroline, lalu menatap kekasihnya penuh cinta.
Jessy kini tidak perlu menebak lagi. Ia juga tidak akan bertanya atau mengeluh. Hubungan Earth dan Caroline bukan urusannya. Kini Jessy mengerti isi poin-poin perjanjian yang ia tanda tangani. Semua untuk menjaga hubungan Earth dan Caroline.
"Karena kau sudah ada di sini, ayo kita makan malam bersama." Caroline memberikan senyuman ramahnya. Wanita ini tidak akan menjadikan Jessy musuh. Ia harus membuat Jessy sadar posisinya tanpa menjadi wanita jahat.
Jessy melirik ke Earth, pria itu tidak mengatakan apapun. Jessy tidak ingin berada di sana dan menjadi perusak suasana. Ia pikir akan lebih baik jika ia tidak ikut makan malam. Namun, melihat Earth yang hanya diam saja membuatnya bingung. Bagaimana jika pria itu tersinggung karena ia tidak ikut makan malam?
"Duduklah, Jess." Caroline bersuara lagi.
Akhirnya Jessy memutuskan untuk ikut makan malam. Ia harus membiasakan dirinya, situasi saat ini pasti akan sering ia hadapi.
Mereka kini makan malam bersama. Jessy tidak pernah melihat wanita seperti Caroline. Ia sempurna, sangat sempurna. Jessy kini merasa bingung kenapa Earth tidak menikahi Caroline saja. Ia yakin kakek Earth tidak akan menolak Caroline. Dari sekali lihat, Jessy bisa menilai jika Caroline bukan wanita sembarangan.
Makan malam usai. Earth meninggalkan Jessy dan Caroline untuk membuat panggilan.
"Aku harap kau bisa menjaga Earth dengan baik, Jess." Caroline memiringkan wajahnya menatap Jessy. Wajahnya selalu terlihat lembut, seperti ia adalah seorang malalikat yang turun ke bumi. "Meski kalian hanya menikah kontrak, tapi aku percayakan Earth padamu ketika ia tidak bersamaku. Aku tahu kau adalah wanita yang baik dan bisa dipercaya." Alih-alih memuji Jessy, Caroline justru ingin membuat Jessy merasa tidak enak hati.
Jessy tidak pernah berpikiran buruk tentang orang lain, tapi ia tahu ucapan Caroline jelas mengandung maksud lain. Tidak mungkin ada wanita yang rela pria yang ia cintai menikah dengan wanita lain. Jessy jelas tahu itu. Ia pernah merasakannya.
"Nona tidak perlu takut, saya tidak akan melanggar batasan saya," jawab Jessy.
Bermimpipun Jessy tidak akan berani untuk memiliki Earth. Ia sadar posisinya, dan sampai akhir ia akan menyadari itu. Menyelesaikan kontrak tanpa masalah adalah apa yang sangat ia inginkan.
Earth masuk setelah selesai menelpon. "Malvis akan mengantarmu, Jess."
"Ah, baik, Pak." Jessy lagi-lagi menjawab seolah ia dan Earth adalah karyawan dan atasan. "Kalau begitu saya permisi."
"Hati-hati, Jess. Aku harap kita bisa akrab," seru Caroline.
"Terima kasih, Nona. Selamat malam." Jessy kemudian meninggalkan kapal pesiar milik Caroline.
Seperginya Jessy, Earth dan Caroline melanjutkan malam itu dengan penuh kehangatan. Caroline mengesampingkan ego-nya, ia tidak bisa terus merasa gelisah karena hal itu mungkin akan mempengaruhi hubungannya dengan Earth. Ia tidak bisa kehilangan Earth lagi karena keegoisannya sendiri.
tbc
Hanya dengan membawa tas berukuran kecil, Jessy kini sudah pindah ke kediaman mewah Earth. Mulai hari ini ia akan tinggal di tempat itu meninggalkan kontrakan yang sudah ia tempati bertahun-tahun lamanya.Kedatangannya telah dinanti oleh kepala pelayan Earth. Wanita itu mendekati Jessy dan memperkenalkan dirinya."Saya adalah Clara, kepala pelayan di kediaman ini. Mulai hari ini saya akan membantu Nyonya Muda untuk mempelajari semua tentang keluarga Caldwell." Wanita berusia di penghujung 30-an itu bicara dengan sopan. Wajahnya terlihat datar, tidak ada senyum atau keramahan yang ditunjukan oleh Clara. Ia bukan tidak menyukai Jessy, tapi memang seperti itulah dirinya."Ya. Aku Jessy. Aku akan membutuhkan banyak bimbinganmu." Jessy membalas tak kalah sopan."Biar saya bawakan." Clara melirik ke tas Jessy."Tidak perlu, terima kasih," tolak Jessy."Saya akan menunjukan kamar Anda, mari ikuti saya." "Baik."Jessy mengikuti Clara,
Sebuah biografi telah berada di tangan Jessy. Wanita itu kini tengah membaca keseluruhan tentang keluarga Caldwell. Di depannya ada Clara yang saat ini menjadi menunggu ia menyelesaikan buku bacaannya.Urutan pertama yang Jessy baca adalah mengenai Max Caldwell, pria itu berumur 83 tahun. Pendiri dari Caldwell Group yang saat ini sudah berusia 60 tahun. Ya, Max telah memulai usaha ketika pria itu berusia 23 tahun.Jessy membaca segala sesuatu tentang Max yang terdapat di biografi itu. Kemudian ia beralih ke istri Max yang sudah tiada sejak sepuluh tahun lalu, Sarah Alynne. Disebutkan bahwa Sarah merupakan seorang mantan ratu kecantikan. Berbagai prestasi telah Sarah dapat. Ia juga putri dari seorang sastrawan terkenal.Max dan Sarah memiliki tiga orang anak. Anak pertama adalah Abraham Caldwell, ayah Earth Caldwell. Putra kedua adalah Benjamin Caldwell. Dan terakhir mereka memiliki seorang putri yang bernama Auristella Caldwell.Mata Jessy terus men
Malvis kembali ke dalam restoran setelah ia menerima panggilan dari Jessy. Ia duduk di sebelah Earth dan memberitahukan pada Earth apa yang tadi Jessy sampaikan padanya."Besok malam Jessy akan pergi ke acara reuni sekolahnya. Dia menghubungiku untuk memberitahumu tentang itu," seru Malvis.Earth mengunyah steak yang ada di mulutnya kemudian menelannya. Ia tidak berniat membalas ucapan Malvis karena Malvis hanya berniat untuk memberitahunya. Earth cukup senang bahwa Jessy bukanlah wanita yang akan merecokinya. Jessy bisa saja menghubunginya karena Jessy memiliki nomor ponselnya, tetapi Jessy lebih memilih menghubungi Malvis. Menjaga jarak adalah hal yang paling penting untuk mereka.Bukan hanya itu yang membuat Earth merasa tidak salah memilih Jessy sebagai istri kontraknya. Jessy cukup pandai dalam beradaptasi. Selama di dalam perjalanan bisnis, Earth menerima laporan dari Clara yang memberitahukan tentang perkembangan Jessy. Wanita itu telah menghapal seluruh
"Sepertinya aku melewatkan sesuatu yang menarik, Jess." Anneth yang datang terlambat menatap temannya penasaran. Ketika ia masuk ke restoran, ia berpapasan dengan Revano dan Alyce yang basah kuyup.Jessy menyesap minuman di tangannya. Ia tersenyum kecil kemudian menanggapi ucapan Anneth. "Hanya sebuah pertunjukan."Anneth merasa sedikit kecewa. "Harusnya aku datang lebih cepat, dengan begitu aku bisa menyaksikan pertunjukan itu, pasti sangat menyenangkan.""Yeah, seharusnya kau tidak melewatkannya," balas Jessy. Ia sangat yakin Anneth pasti akan merasa sangat bahagia melihat apa yang terjadi pada Alyce tadi. Bukan rahasia umum, Anneth dan Alyce sering bertengkar.Jika Jessy diam saja dihina dan direndahkan oleh Alyce, maka berbeda dengan Anneth yang sedikit urakan. Anneth tidak akan segan membalas Alyce meski pada akhirnya ia akan berakhir ditegur oleh guru.Dahulu hidup Anneth lebih baik dari Jessy. Belum ada orang ketiga yang merusak kebahagiaan
Jessy menghentikan kegiatan membacanya ketika seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Ia mengenali wanita berusia 26 tahun yang kini mendekatinya. Dia adalah Lara Caldwell, putri dari paman Earth yang berprofesi sebagai seorang designer."Siapa kau? Kenapa kau ada di kediaman Earth?" Nada tidak bersahabat itu tertuju pada Jessy.Jessy meletakan buku yang ia baca. Ia berdiri, menatap lurus ke mata Lara kemudian memperkenalkan dirinya dengan sopan. "Aku adalah Jessy, calon istri Earth."Lara mendengus. Wajahnya terlihat mencemooh Jessy. "Jangan konyol. Earth akan menikah dengan Aurora, bukan dirimu.""Anda bisa bertanya pada Earth secara langsung untuk memastikannya." Jessy tidak ingin membuat keributan dengan Lara.Lara sudah tahu tentang kebenaran itu, ia tidak perlu memastikannya lagi dengan bertanya pada Earth. Lara mengetahui hal ini dari ayahnya. Lara sangat menyayangi Earth, ia tidak ingin Earth menikah dengan wanita sembarangan. Bagi La
Pagi ini Jessy memulai kegiatannya dengan sarapan bersama Earth. Setelah menghabiskan sarapannya, Jessy mengutarakan sesuatu yang ingin ia sampaikan pada Earth."Earth, bisakah aku mengemudi sendiri tanpa sopir?" tanya Jessy. Ia merasa tidak nyaman membuat orang lain menunggu dirinya."Kau bisa melakukannya.""Terima kasih."Earth tidak menjawab. Ia membersihkan bibirnya dengan sapu tangan yang ada di atas meja kemudian meninggalkan Jessy.Beberapa saat kemudian Jessy juga meninggalkan meja makan, ia pergi ke aula di sana Clara sudah menunggunya dengan seorang wanita yang berpenampilan anggun. Jessy yakin wanita itu adalah guru musiknya. Clara sudah memberitahunya kemarin, bahwa Clara hanya akan mengawasi saja."Nyonya, ini adalah Nona Estella, guru musikmu." Clara memperkenalkan Estella pada Jessy."Estella." Guru musik Jessy mengulurkan tangannya. Ia tersenyum ramah pada Jessy yang dibalas sama oleh Jessy."Jessy.""Ap
Malam ini Jessy kembali menginjakan kakinya di kediaman keluarga Caldwell. Ia tidak datang sendirian melainkan bersama dengan Max. Ia telah mempersiapkan dirinya untuk pertemuan penting malam ini. Seluruh keluarga besar Caldwell akan ada di pertemuan keluarga ini. Max Caldwell sengaja memerintahkan Jessy untuk hadir di acara itu dengan tujuan untuk memperkenalkan Jessy pada seluruh anggota keluarga.Penolakan, hanya satu kata itu yang menakutkan bagi Jessy. Ia sudah menghadapi penolakan dari ayahnya sendiri. Meski pernikahannya dan Earth hanya pernikahan kontrak, tetap saja ia merasa takut pada penolakan lainnya. Luka lamanya akan terbuka kembali. Menarik napas dalam, Jessy mencoba untuk menenangkan dirinya. Tidak peduli seburuk apapun penolakan itu, ia harus bisa bertahan. Semua demi kontrak yang akan ia jalani.Di dalam ruang makan besar keluarga Caldwell sudah terdapat seluruh anggota keluarga. Mereka membicarakan tentang perkembangan bisnis keluarga serta hal-hal l
Waktu berlalu begitu cepat. Hari ini Jessy sudah mengenakan gaun pengantin yang beberapa hari lalu baru ia coba. Saat ini ia tengah menunggu di sebuah kamar di kediaman Max Caldwell. Di dekatnya ada seorang pelayan yang ditugaskan untuk bersama Jessy.Pintu ruangan terbuka, sosok Lara dengan wajah yang masih tidak bersahabat mendekati Jessy. "Keluar!" Ia memberi perintah pada pelayan yang menemani Jessy. Pelayan itu menurut dan segera pergi meninggalkan Lara berdua saja dengan Jessy.Kaki jenjang Lara mendekat ke arah Jessy, dan berhenti tepat di depan Jessy. "Kau benar-benar wanita tidak tahu malu." Lagi-lagi Lara menghina Jessy. "Bukankah sudah aku katakan bahwa kau tidak pantas sama sekali menjadi istri Earth, dan kau masih keras kepala hingga hari ini.""Aku tidak akan meninggalkan Earth kecuali dia yang menginginkannya. Pada kenyataannya dia tetap ingin menikah denganku." Jessy menjawab tenang. Wajahnya tidak terlihat kesal sama sekali.Lara mendengu