Share

Awal Hidup Baru

Hari ini langit terlihat cerah. Tidak panas pun tidak mendung. Aku masih sibuk menemani Fariz bermain. 

Netraku beralih ke arah benda pipih yang menyala. Sebuah notif terlihat dari layar. Pesan gambar dari salah satu sahabatku-vera yang lama sudah tidak bertemu. 

Entah angin apa yang membuat wanita berdarah Jawa itu menghubungiku tiba-tiba. Mataku membelakangi ketika melihat beberapa foto yang di kirim Vera. 

Foto Fadil, Melayu dan Ibu mertuaku. Hati ini perih seketika. Bahkan, Ibu mertua pun melupakanku. 

Aku menahan bulir bening yang mulai mendesak hendak keluar sekuat tenaga. Air mata ini terlalu berharga untuk menangisi keluarkan kejam seperti itu. 

Belum ada satu bulan, Fadil menyalak diriku. Mereka sudah menerima pelakor yang menghancurkan rumah tangga anaknya dengan tangan terbuka. 

Dadaku terasa panas dan bergemuruh menahan amarah yang telah naik ke ubun-ubun. 

Teganya mertua dan saudara Fadi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status