Share

16. Mulai Menduga Duga

Bab 16 Mulai Menduga-duga

Kudengar suara Ibu terengah-engah berlomba-lomba dengan tarikan napas yang cepat. Barangkali jantungnya itu berdegup di angka 160 per menit, jauh di atas normal.

"Beginilah nasib orang miskin, Bu, cuma bisa numpang foto aja. Oiya, Bu, aku segera pindah profesi, jadi staf di perusahaan majikan, syukur-syukur kalau nanti-nanti diangkat jadi asisten manajer, deh."

"Asisten manajer? Jangan bercanda kamu, Cinta!"

"Iya, Bu. Cinta bercanda, berharap terlalu tinggi kayaknya. Udah dulu ya, Bu. Cinta sama Mas Rama ada ketemuan temen di Grand One cafe nih."

"Apa? Grand One? Itu cafe mahal, Cin."

Astaga. Aku pake sebut nama cafe tempat kami bertemu segala, apalagi kalau Ibu tahu aku dan Mas Rama booking ruang VIP. Jadi lebih curiga ia nanti. Bisa jadi Ibu mulai menyelediki siapa Mas Rama sebenarnya. Ah, tidak. Tidak usah panjang lebar lagi, deh.

"Sudah dulu ya, Bu. Assalamu'alaikum."

Kupencet tombol merah untuk menutup telepon sebelum Ibu ngoceh lagi. Biarkan dia ngoceh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status