Mata semua orang sekarang tertuju kepada Fenghui, mereka menatap Fenghui dengan nafas memburu. "Jadi begini! Fengbin pernah memberikan kepadaku sebuah Giok Putih! Giok ini bisa menciptakan sebuah ruang energi yang dapat melindungi kita dari apapun!" Fenghui menjelaskan perlahan kepada mereka. "Yah ampun paman Fenghui! Engkau penuh dengan kejutan, Kalo begitu kita akan selamat! Hahahahahaha!" Absen langsung menanggapi dengan riang gembira. "Tapi ruang energi ini hanya bisa menampung 4 orang saja!" Fenghui menjelaskan dengan tidak bersemangat. "Apaaaa,........!" Sontak Ansen berteriak kaget. Lalu mereka semua kembali diam membisu. Ruang energi itu hanya bisa memuat 4 orang, padahal jumlah mereka semua sangat banyak. Jika ditotal jumlah mereka lebih dari 10 orang. Wiradi langsung angkat bicara, "Baiklah! Kalo begitu; Ansen, Anaya, Tuan Fenghui dan Tuan Wujin! Silahkan kalian berempat yang masuk ke ruang energi itu!" "Ayah,.....! Jangan berkata begitu! Bagaimana aku bisa hidup tanp
Senyum Sudiro melebar, Dia sangat senang begitu mendengar perkataan jiwa Wangheu. Proses penyesuaian sudah selesai dan berjalan dengan sempurna. Sudiro membuka mata dan dia sekarang dapat merasakan kekuatan yang luar biasa. Dia menggerakkan telapak tangannya dan mengerahkan sedikit tenaganya. "Hiaahhh!" "Duar! Boom!"Sebuah cahaya berbentuk bola melesat keluar dari telapak tangan Sudiro. Bola itu langsung menghancurkan dan meratakan sebuah bukit. "Apaaaa!""Yah ampun!" Sudiro langsung melotot kaget. Dia sangat heran. Dia hanya mengerahkan sedikit kekuatannya. Namun sebuah bukit langsung hancur lebur rata dengan tanah. "Hehehehe,...........! Bagaimana Tuan Sudiro! Apakah kau puas sekarang?" Jiwa Wangheu bertanya terkekeh-kekeh. "Hahahaha,..............! Hebat,.............! Hebat sekali,...........! Aku benar-benar puas! Hahahaha,...............!" Sudiro tertawa terbahak-bahak kegirangan. "Sekarang mari kita selesaikan urusan kita yang tertunda! Ansen, Anaya, Wujin! Kalian semua
"Wangheu! Menurutmu, Tinggal berapa kali lagi aku menyerang retakan itu agar bisa membuatnya berlubang!" Sudiro bertanya dengan terengah-engah kepada jiwa Wangheu. Sudiro baru saja kembali menyerang ruang energi itu. Ini serangan yang sudah kesekian kali, Sudiro tidak menghitungnya. Sudiro hanya memusatkan perhatiannya pada retakan itu yang menjadi semakin banyak dan besar. "Tuan! Menurutku dengan 2 kali serangan lagi maka retakan itu akan segera berlubang. Tapi Tuan kita sudah menghabiskan banyak waktu disini. Lebih baik kita pergi Tuan. Naluriku mengatakan ada seseorang yang sangat kuat yang akan datang!" Jiwa Wangheu memohon kepada Sudiro. "Diam! Dasar goblok! Kau ingin membuatku marah! Lebih baik kau bantu aku!" Sudiro langsung memarahi jiwa Wangheu. Jiwa Wangheu hanya bisa terdiam. Dia tahu Dia tidak bisa melawan Sudiro, diantara mereka sudah terjalin dalam Ikatan Langit. Jika Dia melanggar maka jiwa Wangheu akan mati. Sudiro kembali duduk bersila, Dia berkonsentrasi penuh
Sudiro berjalan perlahan-lahan seraya menatap mereka semua yang ada di dalam ruang energi itu. Dia menyeringai dengan sangat mengerikan. Sorot matanya sangat tajam sekali, penuh dengan aura kematian. "Suamiku sayang! Aku akan selalu mencintaimu, Baik saat ini ataupun nanti kalau kita sudah mati! Huhuhu!" Anaya menangis dengan sedih sekali. Ansen memeluk Anaya dengan erat, Dia menatap nanar retakan itu dengan sedih. Dia menyesali semuanya, Pikiran-pikiran Ansen berputar-putar penuh dengan penyesalan,"Andai aku tidak pergi, Maka aku tidak akan menikah dengan Anaya!""Andai aku berlatih keras bersama Paman Fengbin maka aku dapat dengan mudah mengalahkan Sudiro!""Oh,.......! Andai semuanya ini tidak pernah terjadi!"Dia tidak menyangka hidup mereka semua akan berakhir disini. "Sayang! Aku tidak pernah menyesal menikahimu! Aku siap mati bersamamu!" Marina berkata lembut kepada Wiradi. "Istriku! Kita akan segera bertemu kembali di keabadian! Terimakasih buat segalanya!" Wiradi menjawa
Saat ini mereka semua sudah sampai di Kediaman Keluarga Anaya. Mereka semua langsung berkumpul dan membahas kembali apa yang telah terjadi kepada mereka sebelumnya. Marina langsung bergegas ke dapur, Dia akan memasak makanan yang enak sekali. Hari ini mereka telah lolos dari kematian, tentu harus dirayakan dengan sukacita. Wiradi langsung menghubungi Wujib dan memberikan kabar sukacita kepadanya, Dia menjelaskan semua kejadiannya dengan sangat bahagia. Fenghui yang berada disebelah Wujin juga ikut senang mendengarkan penjelasan Wiradi. Dia tidak menyangka Sudiro pergi begitu saja dengan cepat. "Tuan Fenghui! Tampaknya Sudiro benar-benar sudah pergi, Saat ini keadaan kita sudah aman! Ayo, Ikut aku kembali ke Kediamanku!" Wujin berkata kepada Fenghui. "Tentu Wujin! Ayo, Kita segera pergi!" Fenghui menjawab dengan cepat. Lalu mereka berdua bersama beberapa orang kepercayaan Wujin segera keluar dari tempat persembunyian mereka. Itu adalah gua bawah tanah bertingkat lima. ini adalah
Wujin dan Fenghui tiba di rumah keluarga Anaya. Lalu mereka berdua masuk, Dan mereka mendengar suara ribut disertai dengan suara tangisan. Mereka berdua segera masuk dengan cepat, Mereka penasaran apa yang telah terjadi. Sesampainya didalam terlihat Anaya yang sedang menangis sesunggukan dan Marina serta Wiradi berwajah masam sekali. "Ada apa ini? Mengapa Anaya menangis?" Wujin langsung bertanya kepada mereka. "Tuan Fenghui,........! Kalian sejak kapan ada disini!" Marina langsung menyadari kehadiran Fenghui dan Wujin. "Tuan Fenghui! Maafkan kami, Ini kesalahan kami! Ansen menghilang, Kami tidak tahu Dia ada dimana sekarang!" Wiradi menjelaskan situasinya kepada mereka berdua. "Apaaaaa,............! Kenapa Ansen bisa menghilang! Apa yang telah terjadi? Apa Sudiro menculiknya?" Fenghui langsung berkata dengan khawatir. "Kami tidak tahu! Terakhir kali Ansen permisi ke kamar mandi! Tapi setelah itu Ansen menghilang! Kami sudah mencarinya di setiap sudut rumah, Namun kami
Hari sudah semakin larut malam, Anaya dan seluruh keluarga besarnya beserta Fenghui sudah mencari Ansen ke segala penjuru Danzou. Mereka juga menanyai setiap orang yang mereka jumpai, Mereka menunjukkan foto Ansen dan berharap menemukan petunjuk apapun. Tapi sayang sekali, Tidak ada seorangpun yang melihat Ansen. Kini mereka sudah letih, Dan keringat bercucuran di kepala mereka. Wiradi kemudian berkata kepada mereka semua, "Malam sudah semakin larut! Sudah saatnya kita untuk kembali ke rumah dan beristirahat! Besok kita akan melanjutkan lagi pencarian kita!" "Tidak! Aku tidak mau! Aku akan tetap mencarinya! Jika kalian mau pulang silahkan saja, Aku akan tetap mencari suamiku tersayang!" Anaya berkata sembari menangis sedih. Dia berkata dengan sangat histeris sekali. "Anaya! Ayolah kita pulang dulu! Besok kita mencarinya lagi! Lagipun Wujin juga sudah menyuruh semua anak buahnya mencari Ansen, Lebih baik kita pulang untuk beristirahat sekaligus menunggu kabar dari Wujin!" Wir
Matahari bersinar cerah menyambut pagi hari yang indah. Suara kicauan burung menambah semangat hari ini. Anaya sudah duduk dengan gelisah menunggu kedatangan Paman Fengbin. Dia bersama Tuan Wujin dan Paman Fenghui memandang ke langit menanti kedatangan Paman Fengbin. Beberapa saat kemudian Wiradi, Marina dan kedua adik kembar Anaya datang dan bergabung dengan mereka. "Anaya! Kenapa engkau tidak sarapan dulu!" Marina berkata kepada Anaya. "Aku tidak selera ibu!" Anaya menjawab dengan acuh tanpa memperhatikan ibunya. Dia terus menatap langit tanpa henti. "Hmmmmpppppp,...............!" Marina hanya bisa menghela napas. Dia tahu dari semalam Anaya belum ada makan. Bahkan Anaya juga tidak tidur, Anaya hanya menangis di tempat tidurnya. "Dia datang! Lihat kesana!" Fenghui tiba-tiba berteriak dengan gembira. Dia menunjuk ke arah barat daya. Ansen terbangun dari tidurnya, Dia sekarang melihat ada dua orang lelaki tua yang menemani Kakek Gongbin. "Ansen! Kau sudah bangun