Share

Part 3

Bella baru saja selesai mencuci muka. Ia mengeringkan dengan tisu lalu memakai serangkaian skincare. Saat sedang sibuk dengan kegiatannya, terdapat sebuah notifikasi di ponselnya.

Bella hanya menoleh sejenak, lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang hampir selesai.

Setelah selesai, Bella langsung mengecek ponselnya. Ternyata notifikasi dari media sosialnya yaitu i*******m. Di sana tertulis kalau akun dengan nama pengguna Alvian baru saja mengikuti akunnya.

Untuk memastikan kalau tidak salah orang, Bella pun mengecek profilnya. Dan benar saja ternyata akun tersebut adalah milik Alvian yang ia kenal. Alih-alih menekan tombol untuk mengikuti akun Vian, Bella malah menekan tombol blokir.

Bella kembali menaruh ponselnya di nakas, kemudian memilih untuk tidur.

*****

"Kenapa lo?" tanya Regan melihat Vian yang sedari tadi menatap ponsel. Seperti sedang menunggu sesuatu.

Saat ini Regan dan Vian sedang berada di rumah Vian. Keduanya hampir setiap malam datang ke rumah Vian karena cowok itu yang meminta mereka untuk datang.

"Nungguin chat dari ayang, ya?" goda Beno.

"Gak usah sotoy." Vian terus menunggu notifikasi dari media sosialnya, tapi tak kunjung ada.

"Kok dia belum follow gue, ya?" gumamnya.

Pasalnya, sudah hampir satu jam Vian menunggu. Bahkan, Vian tidak menjawab pertanyaan kedua temannya.

"Siapa?"

"Arabella."

Regan dan Beno yang sedang menikmati camilan seketika langsung menoleh pada Vian.

"Arabella?" kompak keduanya.

Vian seketika terkejut kembali dengan jawabannya. Kenapa ia malah keceplosan?

"Arabella yang anak baru itu?" tanya Beno memastikan kalau tidak salah orang.

Vian tidak menjawab. Bahkan, tidak menatap kedua temannya.

"Kalau dia udah diam berarti benar," kata Regan lalu kembali melahap camilan.

"Baru kali ini lo kayak gini."

"Gue diblokir," ujar Vian santai membuat Regan dan Beno membulatkan mata.

"Serius lo? Beneran diblokir?" Regan mengambil alih ponsel Vian untuk memeriksanya.

Regan menoleh pada Beno lalu mengangguk. "Iya, beneran diblokir."

Vian mengambil kembali ponselnya. "Gak papa. Masih ada cara lain buat dekatin dia. Gue punya banyak cara buat dapatin dia."

Beno menepuk-nepuk pundak Vian. "Semoga lo berhasil, deh."

"Walaupun peluangnya kecil," ucap Regan pelan, tapi masih bisa didengar oleh Vian.

"Gak usah sotoy! Peluang gue besar."

*****

"Pagi Bella." Bella yang baru saja tiba dan hendak ke kelas sedikit terkejut ketika Vian sudah berada di sampingnya.

"Gue kemarin follow i*******m lo, tapi kayaknya gue diblok, ya?"

Bella hanya diam. Entah kenapa ia malah takut. Padahal saat masih di rumah, Bella sudah menyiapkan jawaban kalau cowok itu bertanya, tapi malah Bella tidak bisa menjawab.

Vian tersenyum, "Gak papa gue tahu lo mungkin gak nyaman. Gue bisa ngerti kok. Gue gak bakal maksa lo buat buka blokirnya. Lo punya hak buat itu. Gue cuma mau temenan sama lo. Kalau gitu gue ke kelas duluan, ya."

Bella mengembuskan napas lega ketika Vian pergi. Padahal Bella tidak melakukan kesalahan, tapi kenapa ia merasa bersalah karena sudah memblokir akun media sosial Vian?

"Bell!" Bella kembali terkejut karena Sita menepuk pundaknya.

Sepertinya jantung Bella sedang diuji pagi ini.

"Cie, yang abis ngobrol sama Vian. Dia ngomong apa?" tanya Sita penasaran.

Bella tidak menjawab. Karena takut dengan reaksi Sita.

"Ya udah deh, kalau gak mau jawab. Ayo ke kelas."

*****

"Oh, jadi lo anak baru yang katanya sok cantik itu?"

Bella dan Sita yang baru tiba di kelas menatap bingung seorang cewek yang berdiri di depan kelas mereka.

Cewek itu memberikan tatapan sinis pada Bella.

"Masih pagi Rin, gak usah cari masalah," ucap Sita.

"Diam lo! Gak usah ikut campur." Cewek itu beralih menatap Bella. "Dengar ya, lo jadi cewek gak usah sok cantik. Teman-teman gue juga belum tentu suka sama lo."

Bella tersenyum miring. "Oh, jadi cowok-cowok kemarin teman lo? Kasih tahu sama mereka jangan jadi cowok banci yang beraninya cuma sama cewek."

Setelah berucap demikian, Bella pun masuk ke dalam kelas diikuti Sita.

"Lo keren banget, Bell. Gue pikir lo bakal diam doang. Rina emang nyebelin. Suka cari masalah sama cewek lain. Takut kalah saing dia." Sita memuji Bella.

"Eh, btw, maksudnya cowok-cowok yang lo bilang itu Frans sama teman-temannya, ya? Mereka gangguin lo? Kok lo gak bilang ke gue?"

"Gue gak tahu. Tapi kemarin ada tiga cowok yang ganggu gue."

"Kayaknya emang mereka. Soalnya mereka suka banget cari masalah. Pasti mereka bilang ke Rina makanya tuh cewek ke sini. Gue lupa bilang sama lo. Kalau bisa lo jauh-jauh dari geng mereka. Karena mereka suka bully orang. Gak ada yang berani sama mereka kecuali Vian."

Bella hanya manggut-manggut. Ternyata di sekolah ini benar-benar berbeda. Bagaimanapun kalau mau hidup tenang di sekolah ini, Bella tidak boleh mencari masalah dengan orang-orang seperti mereka.

*****

"Ups! Sorry, gak sengaja." Bella hanya bisa menghela napas ketika Rina dengan sengaja menumpahkan minuman ke baju seragamnya.

"Bisa gak sih lo gak ganggu Bella?" ujar Sita kesal.

Rina menoleh pada Sita. "Gue kan udah bilang gue gak sengaja. Lagian, gue juga udah minta maaf."

"Lagi-lagi lo yang buat masalah." Ketiganya menoleh pada Vian.

Vian memberikan jaketnya pada Bella agar Bella menutup baju seragamnya yang terkena minuman, tapi Bella menolak. Tidak menyerah, Vian pun berinisiatif memakaikan langsung pada Bella.

Melihat tindakan Vian yang sangat langka itu membuat Regan dan Beno melongo. Tak hanya mereka berdua, Sita dan Rina pun memiliki reaksi yang sama.

"Ini beneran Vian bukan, sih?" bisik Regan pada Beno.

"Gak tahu. Tapi kayaknya emang dia."

"Aneh, ya, kalau dia perhatian gitu ke cewek."

"Jangan pernah cari masalah lagi sama Bella," tekan Vian.

"Gue gak sengaja. Ngapain juga gue cari masalah sama cewek kayak dia." Rina pun melengos pergi.

"Lo gak usah peduliin dia, ya. Itu cewek emang suka cari masalah. Lo pakai aja jaket gue. Nanti baru lo balikin juga gak papa."

"Thanks."

Vian tersenyum. "Sama-sama." Lalu Vian, Regan dan Beno pergi ke meja mereka.

"Ya ampun, perhatian banget Vian sama lo. Makin yakin gue kalau Vian naksir sama lo, Bell," ucap Sita heboh.

Bella tidak merespons. Bella memilih berjalan menuju meja untuk menikmati makanannya.

"Gue harap lo bisa betah di sekolah ini, ya."

Bella mengernyitkan keningnya. "Maksud lo?"

"Kayak yang gue bilang sama lo di kelas tadi. Kalau udah berurusan sama Rina cs, udah pasti mereka gak bakal biarin lo tenang."

Bella hanya diam. Bella memang tidak akan mau mencari masalah dengan mereka, tapi kalau mereka yang cari masalah lebih dulu dengannya bagaimana? Apakah Bella harus tetap diam? Karena Bella tidak suka dengan ketidakadilan.

"Rasain lo! Makanya jangan macam-macam sama gue." Bella dan Sita menoleh ke sumber suara.

Ternyata Rina menyiram minumannya pada seorang cewek. Diikuti ketiga cowok yang menarik rambut cewek itu.

Bella tidak tahan. Ingin menghentikan mereka, namun Vian sudah lebih dulu menghentikan Rina cs. Walaupun Vian terlihat seperti murid nakal, tapi rupanya Vian mempunyai sifat yang cukup baik.

"Ekhem, liatin Vian, ya?" goda Sita.

Bella segera mengalihkan pandangannya. "Enggak."

******************************

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status