Share

5

" Gila kirain dapet yang sekamar dua orang, taunya empat orang! Mana kayak pesantren lagi kasurnya tingkat. "

" Iyaa waktu di chat ibunya bilang satu kamar berdua kok. Eh ternyata pas dateng dapet nya begitu "

" Kita cari kos sekitar sini aja kali yah?"

" Boleh "

" Lael, ada kos Ngga sebelah sini?"

" Kalian ini yah, baru dateng langsung marah marah"

Potong Fira disela sela pembicaraan ku dengan Meila yang terdengar menggebu gebu sampai belakang rumah.

" Iyaa, sabar dulu kenapa sih. Makan dulu tuh mie nya keburu dingin nanti malah menggumpal " Tambah Lael yang berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang ini.

Setelah kedatangan Meila tanpa berpikir panjang kami berdua langsung pergi ke kontrakan Lael dan Fira dengan semua barang barang kami yang di tinggal disana.

" Tapi ini udah sore lohh, Kalian mending pulang aja " Ucap Fira setelah kami semua selesai memakan seporsi mie yang kami beli persis seperti yang dimakan oleh mbak mbak yang ada dikamar nomor 11 tadi.

" Males mau pulang, aku nginep disini aja lah. Sana kamu aja yang pulang Rin "

" Enak aja kamu juga pulang yah " Ucap Fira dengan nada sedikit kesal.

" Jadi semuanya berapa Le?"

" Satu porsi nya 10 ribu sama minum nya 6 ribu "

" Sekalian dong Rin, nanti aku ganti. Aku gapunya uang Cash soalnya "

" Iya iyaa "

" Makasihh "

Karena matahari sudah mulai tenggelam kita berdua memutuskan untuk kembali dari kontrakan Lael dan Fira. Tak memerlukan waktu yang lama untuk kembali dari kontrakan mereka, karena kami memesan driver online untuk kembali ke kos kosan kami.

" Hmmmmm " Meila tampak menghembuskan nafasnya kasar setelah melihat kondisi kamar yang begitu berantakan dan panas. Semua ini diluar dugaan ku, karena awalnya pemilik kos kosan ini menawarkan satu kamar untuk dua orang tapi nyata nya berisi empat orang.

Waktu Maghrib sudah tiba, beruntung didepan kos kami ada sebuah mushola yang tampaknya aktif digunakan oleh warga komplek sekitar. Jadi gak perlu jalan jauh kalau mau sholat berjamaah. Seketika aku teringat Vina, dulu kami selalu menunaikan sholat Maghrib berjamaah di masjid walaupun jalannya menanjak.

" Permisi, habis ini tolong kumpul di ruang tengah yah " Salah seorang datang ke kamar kami untuk memberikan informasi yang mungkin penting untuk kami. Aku masih menggunakan mukenah saat datang ke ruang tengah yang sudah dipenuhi oleh orang orang. Mungkin sekitar 10 orang atau lebih. Aku duduk bersama Meila di sebelah pintu kamar kami.

" Tolong perkenalan satu satu yahh, biar bisa kenal sama lain. Nanti aku mau buat jadwal piket soalnya."

Ucap Salah seorang dari mereka yang tampak sumringah mengatakan hal itu.

Satu persatu mulai memperkenalkan diri, kebanyakan dari mereka merupakan kakak tingkat sedangkan dua lainya merupakan mahasiswa baru.

" Nama aku Arinda dari jurusan Psikologi "

" Aku Meila , jurusan nya sama kayak Rinda "

Tak lama setelah itu suasana menjadi hening seketika karena sesi perkenalan sudah selesai. Sedangkan aku hanya sibuk melihat wajah wajah orang yang bahkan sudah aku lupakan namanya didetik itu juga.

" Didepan ada kamar kosong apa ada yang mau pindah kesitu?"

suara seorang wanita tiba-tiba memecahkan keheningan kala itu. Seorang wanita yang tidak terlalu tinggi, berambut pendek, berkulit putih serta membawa buku besar yang biasa dibawa oleh para penagih hutang.

" Untuk berapa orang bu?"

" Dua orang"

Matanya menatap tajam kepadaku seketika. Aku spontan menghadap kearah meila yang seolah-olah mengerti maksudku.

" Boleh deh bu "

Aku dan Meila bergegas masuk ke kamar diikuti oleh yang lainnya. Kami segera membawa barang barang yang belum sepenuhnya dikeluarkan dari koper. Dengan perasaan bahagia akhirnya kami berdua bisa pergi dari kamar yang tidak pernah kami harapkan itu.

Malam itu kami berdua sibuk membersihkan kamar serta membereskan barang barang yang kami bawa. Aku mendapatkan kasur yang ada dibagian atas walaupun sebenarnya aku tidak pernah tidur diatas. Tapi mau bagaimana lagi semua kasur disini model nya bertingkat.

" Kamu tau Ali gak?"

" Ali?"

" Iya, dia satu kelas sama kita loh semester ini "

" Emmm... kurang tau "

" Ihhh Masa gak tau sih. Itu loh dia yang waktu ospek kritis banget pertanyaan nya. Gila aku langsung jatuh cinta sama cara bicaranya. "

Aku berpikir sejenak sembari memandangi plafon rumah yang jaraknya terasa begitu dekat dengan diriku. Sembari berusaha mengingat ingat Ali yang tengah dibicarakan Meila. Sebenarnya aku tidak begitu asing dengan nama itu hanya saja aku tidak mengetahui bagaimana wajahnya secara jelas. Pasalnya nama Ali seringkali dibicarakan oleh para mahasiswa maupun dosen psikologi. Karena kepintaran nya dalam berbicara dan kemampuan nya dalam menarik perhatian seseorang. Tapi entahlah aku justru merasa takut kalau ternyata dia benar ada di kelasku untuk semester ini.

" Eh laper gasi?"

Ucap Meila tiba-tiba sembari bergerak secara mendadak. Aku yang berada diatas ikut merasakan guncangan yang ia buat.

" Udah malem Mei "

pembicaraan tanpa tatap muka itu mulai terjadi lagi

" Ihh baru jam 9 kok... Pesen makan yuk aku pengen makan "

" Mau apa emang nya?"

" Kimbab "

" Emang ada disini?"

" Coba aja delivery online pasti ada "

" Okee "

Aku mencoba mencari makanan yang Meila maksud. Entahlah aku masih baru disini jadi masih banyak yang harus aku cari tahu.

" Ada nih, beneran mau?"

" Iya Rin. Bayarnya cash aja. Udah cepetan di pesen "

" Oke "

" Tapi aku belum ambil uang. Pake uang kamu dulu ya Rin. Nanti aku ganti kalau udah ada uang nya "

" Okee "

Malam itu aku menutup malam dengan sepiring kimbab versi kearifan lokal. Itu pertama kali nya bagiku mencoba nya. Yahh lumayan untuk lidah orang Indonesia yang biasanya makan pecel sayur.

***

" Kita ke kos Kalian aja yah. Sambil nunggu jam berikut nya "

Ucap Fira yang duduk dibangku paling belakang secara tiba-tiba.

" Ayook "

Meila menyetujui

Aku hanya mendengarkan percakapan mereka yang begitu keras sembari sibuk membereskan buku buku dan berbagai macam alat tulis yang tergeletak di atas meja.

" Mau sekalian beli makan gak?"

Tanyaku saat kami semua sudah mulai berjalan menuruni tangga kampus. Yah, Aku, Meila, Fira, Lael, dan Syafa entah bagaimana bisa bersatu. Dengan berbagai karakter yang berbeda-beda dan latar belakang yang berbeda kami merasa cocok satu sama lain. Walaupun ada banyak hal yang selalu diributkan tapi Lael merupakan orang yang paling dewasa diantara kita. Selalu mengakhiri pertengkaran dan berusaha menyatukan satu sama lain.

" Eh Ali ngechat aku loh. Mau liat gak chat nya?"

Aku mengeluarkan ponsel ku sembari mencari chat Ali yang dia kirim tadi siang saat kuliah sedang berlangsung.

" Ali?"

Tanya Meila terkejut sembari menghentikan makan siang nya.

" Iya... Aku gatau ini Ali yang kamu maksud selama ini atau bukan "

Aku langsung menunjukkan chat Ali kepada semuanya.

" Cuman izin gak masuk kuliah satu bulan karena habis jatuh dari motor "

Kebetulan aku adalah penganggung jawab mata kuliah di kampus jadi siapapun yang berhalangan hadir akan memberitahu jika tidak bisa hadir di kelas.

" Ah udah ah, gak nafsu makan "

" Loh Mei, habisin dulu lah. Masih banyak itu kan sayang kalau dibuang. "

Tegur Lael yang sama sama sedang menikmati makan siang nya.

" Udah ah, gak nafsu jadinya "

Ada sedikit kemarahan dalam diri Meila saat ini. Apa mungkin ini salah ku? Tapi kan bukan aku yang memulai semua ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status