Warning! Typo bertebaran, mohon hara maklum.
"Apa lagi ini?" gumam Kaira pelan.Kaira tidak percaya bahwa Ares akan mengancamnya lagi bahkan sekarang Ares mengancamnya dengan akan menyebarkan foto ketika mereka masih berpacaran.Devin melirik sedikti ke arah Kaira. "Kamu kenapa?"Kaira tersentak kaget dan menutup pesannya itu. Dia menoleh ke arah Devin dan tersenyum seakan tidak ada yang terjadi. "Aku nggak apa-apa. Hanya lagi mikirin apa yang harsu aku bilang ke orang tua aku nanti," ucap Kaira sedikit berbohong.Devin tersenyum lembut. "Kamu tenang aja, Kaira. Aku akan meyakinkan mereka agar mereka menerimaku sebagai suamimu."Kaira tersentuh dengan perkataan Devin. Dia tidak menyangka Devin masih sebaik itu padanya meskipun Kaira sudah menyembunyikan masalah mengenai roang tuanya dulu. Namun sekarang Kaira tidak merasa ragu lagi untuk memperkenalkan Devin kepada kedua orang tuanya.Kaira membauk kembali pesan Ares“Ares!” tegur Kaira menghempas paksa tangan Ares yang sempat menariknya hingga masuk ke dalam gudang. “Kamu ngapain sih?!”Ares mengeraskan rahangnya. Dia terlihat jauh lebih kesal dibandingkan Kaira sekarang. “Kenapa kamu nggak dengerin perkataan aku, Kaira?”Kaira mengernyitkan keningnya. “Apa maksudmu?”Ares berdecak kesal. “Harusnya kamu nggak perkenalkan Papa ke orang tua kamu!” Kaira menghela nafas pelan. dia sudah tahu bahwa Ares pasti tidak akan pernah setuju dengan keputusannya itu. namun itu bukan lagi urusan Kaira. Ibu dan ayahnya sudah menyetujui hubungannya dengan Devin jadi tidak ada alasan lagi Kaira menyembunyikan hubungannya dengan Devin di hadapan kedua orang tuanya itu. “Kenapa aku harus dengerin kamu? Ares, aku udah bilang kalau hubungan kita udah selesai, kan? Aku harap kamu nggak nekat ngelakuin hal ini lagi.” Kaira pun berjalan melewati Ares dan keluar dari gudang itu, meninggalkan Ares sendirian di dalamnya.
Tubuh Devin yang terluka itu ditemukan oleh orang yang tidak sengaja lewat di tempat kejadian itu. Langsung saja orang tersebut membantu Devin dan menolong Devin dengan membawanya ke rumah sakit terdekat. “Sshh,” desis Devin selagi dalam perjalanan menuju rumah sakit. ‘Aku harus hubungin Kaira nanti,’ batin Devin memikirkan mengenai sang istri yang mungkin saja akan panik setelah tahu kejadiannya itu. Tidak membutuhkan waktu lama hingga Devin tiba di rumah sakit. Langsung saja orang yang menolongnya itu membantu Devin berjalan masuk ke dalam rumah sakit. “Tolong ada pasien kecelakaan di sini,” ucap orang itu kepada perawat yang berjaga di sana. “Bawa dia ke sini,” ucap perawat itu menuntun orang yang membantu Devin itu ke salah satu bilik kamar pasien di sana. Setelah tubuh Devin direbahkan di atas kasur rumah sakit itu, langsung saja perawat itu memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Devin sebelum terjadi hal yang buruk
Ares menahan rasa sakit di bagian pribadinya itu, perlahan dia menatap tajam pada Kaira karena merasa kesal akan penolakan Kaira tadi. “Kenapa kamu masih berusaha buat nolak aku? Papa udah nggak ada sekarang, bukannya ini tandanya kita bisa kembali lagi?” tanya Ares berusaha berdiri tegak di hadapan Kaira. Kaira mengusap pelan wajahnya. “Sejak tadi aku nggak ngerti apa yang kamu katakan, Ares. Aku ingin ke rumah sakit sekarang karena Mas Devin lagi dirawat di sana. Daripada kamu bicarain omong kosong, mending kamu ikut aku ke sana.”“Papa di rumah sakit?” tanya Ares bingung. Padahal sebelumnya dia telah memastikan kalau mobil Devin menabrak keras pohon besar hingga mobilnya berasap. Kaira menganggukkan kepalanya. Bertepatan dengan itu terdengar suara klakson ojek online dari luar rumahnya. “Aku pergi dulu. Kamu bisa nyusul pakai motor kamu sendiri,” ucap Kaira melangkah keluar dan meninggalkan Ares yang masih berdiri diam di tempatnya
Keesokan paginya, Kaira terbangun lebih pagi dari biasanya karena dia ingin membuatkan bubur yang akan diberikannya untuk Devin hari ini. Kaira turun dari kasurnya dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Sebenarnya semalam Kaira sedikit memikirkan mengenai Ares yang pulang sangat malam. Namun Kaira tidak kembali memusingkannya danhanya menganggap hal itu angin lalu saja. Bagaimanapun dia saat ini lebih mengkhawatirkan keadaan Devin meskipun dokter mengatakan Devin sudah membaik dan hanya perlu dirawat beberapa hari lagi di rumah sakit. Seusia mandi, Kaira langsung keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Dia mengikat rambutnya dan mengenakan apron ke tubuhnya. “Oke, untuk sarapan hari ini mending aku buatin bubur juga untuk Ares, selagi aku mau buat bubur untuk Mas Devin,” ucap Kaira bersiap untuk membuatkan bubur. Dia mulai mengambil beras secukupnya dan memasukkan air sesuai dengan takaran. Setelahnya Kaira menyalakan kompor dan mu
Kaira terkejut mendengar nada marah dari Devin. Dia memandang bubur yang sedang dipegangnya dengan kening yang berkerut. “Aku rasa tadi aku nggak masukin apa-apa ke bubur ini,” gumam Kaira pelan. Devin menghela nafas kasar. “Lain kali jangan memasak bubur dengan isian seperti itu, Kaira. Aku sedang sakit jadi jangan membuatku lebih lama berbaring di rumah sakit,” ucap Devin yang memang kesal karena bubur yang dibuatakn oleh Kaira terlampau pedas. Kaira mendongak dan menatap cemas pada Devin. Dia merasa bersalah sudah membuat Devin kesal namun dia juga tidak tahu apa yang terjadi kepada buburnya itu karena Kaira sangat yakin dia tidak memasukkan apapun ke dalam buburnya itu. “Maafkan aku,” ucap Kaira dengan suara pelan. Devin hanya diam saja. Dia juga tidak bisa berlama-lam amarah kepada Kaira namun karenamasih kesal, Devin hanya merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. “Aku akan membeli bubur yang baru. Tunggu di sini,” ucap Kaira
Kaira menatap bingung akan sikap Ares yang terlihat sangat berbeda. Meskipun wajar jika Ares khawatir akan keadaan Devin sebagai ayahnya namun tetap saja setelah pesan yang diterima Kaira sebelumnya itu, Kaira yakin kalau Ares adalah pelaku yang sudah mencampurkan udang dan lada ke dalam bubur polos Devin.“Hahaha kamu udah besar tapi masih aja bersikap kayak gitu,” ucap Devin yang tidak mencurigai hal yang sama seperti Kaira. Dia malah senang ketika melihat Ares yang khawatir padanya. Ares tersenyum lembut. “Makanya Papa harus cepat sembuh. Ares juga yakin kalau Mama pasti kangen Papa di rumah. Iya, kan?” tanya Ares yang kali ini menatap ke arah Kaira. Tubuh Kaira sedikit tersentak karena sedari tadi dia memikirkan hal lain. “Eh? Ah hmm. Aku ingin Mas Devin cepat-cepat sembuh,” ucap Kaira tersenyum tulus. Dia memang ingin Devin cepat kembali ke rumah. Namun bukan hanya karena alasan Kaira merasa kesepian di rumah, namun juga karena Kaira sedik
Kaira menatap kesal pada pintu kamar Ares yang tertutup. Ingin sekali dia mendobrak pintu itu dan mengusir wanita yang sudah mendesah keras hingga membuat Kaira tidak bisa tertidur dengan nyenyak. “Aku nggak peduli kamu mau ngelakuin apa. tapi tolong lakuin pelan-pelan dan jangan berisik!” seru Kaira jengkel lalu berjalan ke arah kamarnya kembali. Brak!Kaira menutup pintu kamarnya dengan keras untuk memperlihatkan semarah apa dia sekarang. Dia lupa mengunci pintu kamarnya karena Kaira benar-benar sudah kelelahan dan ingin segera tertidur nyenyak lagi. Ares mendengus malas mendengar suara pintu kamar Kaira yang tertutup. Dia kembali melangkah menuju wanita yang disewanya itu dan duduk di pinggir kasur. “Tadi itu siapa? Wanita kamu juga, hm?” tanya wanita itu mengalungkan tangannya di leher Ares dari belakang. Ares dapat merasakan benda kenyal milik wanita itu yang menyentuh jelas punggungnya tanpa terhalang kain apapun.
“K-Kamu ….” Kaira kehabisan kata-katanya. Dia masih tidak menyangka Ares menamparnya sekeras itu padahal sebelumnya Ares tidak pernah menunjukkan tindakan kekerasan padanya sama sekali apalagi ketika mereka masih dalam hubungan asmara sewaktu SMA dulu. Tidak berbeda dengan Kaira. Ares juga sama terkejutnya dengan apa yang baru saja dia lakukan. Namun Ares tidak menunjukkan raut wajah terkejutnya itu dan hanya memasang wajah normalnya.“Kaira, kamu harusnya kamu nggak nolak aku terus-terusan,” ucap Ares tiba-tiba setelah terjadi keheningan sejenak di antara dirinya dan Kaira. Pipi Kaira masih berdenyut sakit karena memang tamparan dari Ares begitu keras dan penuh teanga itu. Kaira menjauhkan tubuhnya dan Ares dan menatap Ares dengan tatapan sendu. Sebenarnya Kaira sedih dengan perubahan sikap Ares yang dulunya lembut, sekarang berubah menjadi Ares yang dengan mudah bisa bermain tangan kepadanya. “Ares, aku mohon sama kamu. Ja