Share

Bab 11

Yohan dengan mudah menahan pukulannya dan berkata dengan tenang, "Aku cuma mau mencari seseorang dan aku nggak ingin mengganggumu."

Banyak siswa di dekatnya yang tampak terkejut saat melihat betapa mudahnya Yohan menahan tinju pemuda kekar itu.

"Dia kuat sekali, dia menahan serangan Tio dengan mudah."

"Itu hanya kebetulan. Tio itu pemegang sabuk hitam Taekwondo tingkat delapan. Dia sangat kuat. Aku sudah melihatnya mengalahkan lima sampai enam orang dewasa sendirian."

"Ya, benar."

Tio Baskara terkejut dan marah. Dia sadar kalau dia tidak bisa lepas dari cengkeraman tangan Yohan. Wajahnya memerah karena mengerahkan seluruh kekuatannya. Akhirnya, dia berteriak dengan marah, "Berengsek, lepaskan aku, kamu cari mati, ya!"

Yohan melepaskan tangannya dan berkata dengan nada tulus, "Hei, aku cuma mau masuk dan mencari seseorang. Bisa minggir nggak?"

Dia belum pernah bersekolah, jadi dia memiliki emosi khusus terhadap teman-teman sekelasnya. Dia tidak ingin menyakiti mereka kecuali benar-benar diperlukan.

Namun, Tio menganggap ekspresi Yohan yang seperti itu sedang mengejeknya.

Dengan ekspresi garang di wajahnya, Tio berteriak, "Kenapa masih berdiri di sini? Cepat, hajar dia!"

Tio dikelilingi oleh banyak pecundang.

Setelah mendengar perintahnya, mereka segera mengepung dan meninju serta menendang Yohan.

Kilatan cahaya dingin muncul di mata Yohan.

Dia sudah menghargai mereka, tetapi mereka masih saja tidak tahu terima kasih. Sekarang, dia tidak akan lagi bersikap baik pada mereka.

Dengan kekuatannya sebagai prajurit tingkat sembilan, menghadapi orang-orang biasa ini adalah hal sepele.

Tidak ada seorang pun di sekitarnya yang melihat gerakannya dengan jelas, kemudian semua orang yang menyerangnya berteriak dan berguling-guling di tanah.

Tio dan teman-teman yang ada di dekatnya tercengang karena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Yohan sepertinya hanya melakukan sesuatu yang sepele seperti menepuk tangan. Kemudian, dia berjalan melewati Tio dan menepuk pundaknya.

Seketika Tio menjerit dan jatuh ke tanah, setelah itu dia berguling kesakitan.

Tubuhnya seperti digigit ratusan ribu semut dan dia merasa sangat kesakitan.

Tio menahan rasa sakit di tubuhnya dan berteriak pada Yohan, "Cepat hentikan semua ini kalau kamu nggak mau mati! Bagas memerintahkan aku untuk mengawasi situasi di sini. Dia bisa saja dengan mudah membunuhmu kalau dia mau."

Yohan tersenyum. Dia selalu menjadi satu-satunya orang yang menghancurkan musuh-musuhnya, tetapi dia tidak pernah dihancurkan oleh mereka.

Adegan ini membuat para mahasiswa di sekitar mereka terkejut dan melihat ke arah Yohan.

"Wow, dia keren sekali!"

"Apa dia ahli seni bela diri?"

"Ayo cepat, cepat, cepat masuk dan lihat Lusi menari di dalam!"

...

Kata-kata itu menyadarkan mereka. Tujuan para mahasiswa datang ke sini adalah untuk menonton tarian Lusi.

Yohan masuk ke sanggar tari dan matanya langsung berbinar.

Semua yang ada di dalam sana adalah para mahasiswi muda dan cantik.

Ada yang memakai celana ketat dan ada pula yang memakai rok mini sambil menari seperti kupu-kupu.

Antusias dan semangat muda terlihat di wajahnya.

Hal yang paling menarik perhatian di sini adalah gadis yang ada di tengah.

Gadis itu mengenakan celana jin dan kemeja putih.

Wajahnya sangat cantik.

Dia sangat tinggi, tingginya sekitar 178 cm.

Dia memiliki rambut hitam lurus panjang sepinggang dan diikat dengan pita warna-warni.

Kulitnya sangat putih dan tampak bersinar.

Matanya juga sangat indah, seperti dua permata hitam yang bersinar terang.

Senyumnya sangat manis, membuat hati orang berdebar dan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Mahasiswi lainnya hanya menjadi penghalang di depannya.

Di sudut lain ruangan, seorang pemuda yang sangat tampan terpesona dan memandangi gadis di tengah panggung itu.

Tiba-tiba dia menyadari sesuatu dan menoleh ke arah Yohan, matanya langsung berubah menjadi gelap, "Apa yang terjadi? Kenapa si pecundang itu membiarkannya masuk?"

Dia adalah Bagas Bintoro, dia berasal dari keluarga kaya dan memiliki latar belakang keluarga yang kuat.

Karena penampilannya yang luar biasa, dia dikelilingi oleh berbagai wanita sejak dia masih kecil.

Namun, setelah bertemu Lusi, dia langsung jatuh cinta dan bahkan bersumpah untuk menikahinya.

Dia menggunakan segala cara untuk mengejar Lusi.

Namun, Lusi tetap bergeming.

Kalau saja identitas Lusi tidak seluar biasa ini, sejak awal dia pasti sudah menggunakan cara kasar.

Dia menyuruh Tio untuk memimpin sekelompok gangster dan mengikuti ke mana pun Lusi pergi, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk mengusir orang-orang di sekitarnya agar dia bisa mendapatkan Lusi.

Saat ini, Yohan tiba-tiba menerobos masuk, itu sama saja dengan menyinggung perasaannya dan memasuki wilayahnya.

Namun, wilayahnya masih cukup besar. Tatapan suram melintas di matanya, lalu dia berdiri dan berjalan mendekati Yohan.

"Hei, ini sanggar tari. Apa kamu salah masuk?"

Yohan memperhatikan pria yang sangat tampan ini muncul di hadapannya dan menunjukkan senyuman ramah, "Nggak, aku di sini mau cari seseorang. Apa kamu tahu siapa Lusi?"

"Apa kamu ada urusan dengannya?"

"Ya." Jawaban Yohan agak ambigu.

Obat Raja Mutiara itu sangat penting dan dia tidak akan mengungkapkannya kepada siapa pun.

"Lusi nggak ada di sini. Kamu mencari di tempat yang salah. Dia baru saja pergi."

"Oh begitu, ya." Yohan sedikit kecewa, tetapi dia tidak curiga sama sekali. Dia merasa ini pertama kalinya dia bertemu dengan mahasiswa lain dan tidak ada dendam di antara mereka. Tidak ada alasan pemuda itu untuk membohonginya. "Oke, terima kasih. Aku pergi dulu."

Dia berbalik dan akan pergi.

Namun, saat ini sekelompok gadis telah selesai menari.

Seorang gadis memegang sebotol air di tangannya dan berlari ke arah gadis yang paling menarik perhatian, "Lusi, apa kamu capek? Minum ini."

Lusi menyeka keringat di dahinya dan menunjukkan senyuman yang sangat manis. "Terima kasih!"

Yohan langsung berhenti dan berbalik, lalu dia melihat ke arah pemuda itu. "Hei, kamu nggak jujur. Ternyata kamu menipuku."

Bagas berkata sambil tersenyum, "Kamu salah dengar, pergi dari sini."

Yohan mengabaikannya dan matanya tertuju pada Lusi.

Kilatan dingin muncul di mata Bagas.

Dia sudah menganggap Lusi adalah miliknya, tidak boleh ada orang lain yang menginginkannya atau bahkan hanya melihatnya.

Saat ini, perilaku Yohan sudah sangat mengganggunya.

Dia memperingatkan Yohan untuk terakhir kalinya. "Keluar dari sini atau kamu akan menanggung akibatnya!"

Yohan mengerutkan kening. "Kenapa? Apa kampus ini di kelola oleh keluargamu?"

"Meski kampus ini nggak dikelola keluargaku, tapi aku adalah Bagas Bintoro dari Keluarga Bintoro. Kamu pasti tahu apa artinya ini, 'kan?"

Kalau penduduk setempat yang mendengar itu, mereka pasti akan terkejut dan kagum.

Keluarga Bintoro sudah seperti anggota keluarga kerajaan, mereka sangat dihormati dan memiliki kekuatan yang sangat besar.

Hanya saja, Yohan baru saja tiba dan sama sekali tidak mengetahui tentang Keluarga Bintoro dengan jelas.

Meskipun dia tahu, dia juga tidak akan peduli.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status