Seperti biasa, Leo pergi ke
sekolah keesokan harinya. Baru saja ia sampai ke gerbang, para wanita yang melihatnya antusias memanggil namanya."Leo."
"Kak Leo!"
"Cool prince, pangeranku..."
"Hai tampan!"
Memang agak sedikit mengganggu di telinganya, Namun ia lebih suka tak acuh dan berlalu meninggalkan mereka.
Minggu ini, adalah minggu terakhir Leo sekolah. Dikarenakan ia masih duduk di bangku kelas sebelas, maka minggu depan ia bisa menikmati liburan dikala kelas dua belas tengah ujian.
"Pagi Leo," ucap Aditia sambil senyum mesem.
Leo yang melihat hal itu spontan memutar bola matanya karena malas melihat pemandangan aneh saat mulai memasuki kelas. Leo langsung menuju bangkunya. Kemudian Aditia langsung pindah dan duduk di depan bangku Leo.
"Walaaah, ada yang kepergok kasmaran nih."
Leo hanya sedikit mengkerutkan dahinya.
"Gue gak nyangka, ternyata lo masih doyan ya sama cewek."
Leo mendengus kasar.
"Kalo hari ini lo berpapasan lagi sama Key, Fix itu mah jodo."
Leo tak acuh dan fokus membaca bukunya.
"Oi! Lo denger gak? Lo sering banget kacangin gue, gitu amat si lo dari dulu, gak berubah."
Leo diam bahkan tidak mendengarkan perkataan Aditia.
"Idih, ini anak bener-bener gak ngehargain orang deh."
Leo menatap Aditia kemudian merogoh uang di sakunya, kemudian menyodorkannya pada Aditia.
"Lo ngasih apa gimana nih?"
Aditia kebingungan."Kau meminta harga bukan?" tanya Leo dengan santainya.
harga?
Otak aditia yang awalnya loading langsung bersinyal 4G dan pikirannya mulai connect.
"What?!" Aditia memukul meja dan langsung berdiri membuat Leo dan semua teman kelasnya terkejut karena tingkah Aditia itu.
"Lo ngegarhai gue duit gocap?!" kelakar Aditia.
"Satu ginjal juga mahal harganya! Ni badan masih kumplit bro! Jantung ada! Paru ada! Lambung ada! Usus ada! Hati ada buat bercinta! Di tubuh gue cuma gak ada rahim doaaang!" Adita berkoar-koar dalam kelas membuat semua mata tertuju padanya.
"Kalau dijual satu-satu gak akan kebeli sama duit triliunan jugaaa!"
"Harga diri gue udah lo injak-injak ini tu karna ngehargain gue duit gocap!" Aditia masih berkoar.
"Kalo mau nginjak-nginjak keset aja, harga diri gue jangan!" lanjutnya lagu
Bukh.
Leo melempar buku kamus yang ada dipinggirnya ke wajah Aditia membuat Aditia diam tidak lagi mengoceh.
Setelah wajahnya dilempari buku, Aditia melihat semua orang dikelas memperhatikannya, bahkan Reynal yang sedang berbincang juga ikut melongo keheranan melihat dirinya.
"Ekhem..."
Aditia berdeham kemudian merapikan kerah bajunya dan kembali duduk. Aditia lupa untuk selalu menjaga imagenya sebagai cogan dikelasnya. Ia pun mengusap seragamnya ala laki-laki cool. Aditia pun terkekeh kepada semua mata yang memandangnya."O ya Leo percakapan kita tadi sampai mana?" tanya Aditia untuk menutupi rasa malunya.
Leo yang awalnya keheranan melihat tingkah Aditia langsung memutar malas bola matanya dan kembali membaca bukunya.
Aditia mendekatkan wajahnya dengan wajah Leo sambil berkata, "Ish, lain kali lo jangan mancing gue buka-bukaan disini dong. Mana sakit banget nih wajah ganteng authentic gue," bisik Aditia sambil mengusap wajahnya.
"Kenapa si? Heboh bener."
Reynal kemudian datang menghampiri keduanya."Tau nih, si Leo ngacangin gue mulu. Mana mancing-mancing lagi."
"Mancing apaan?" tanya Reynal.
Mendengar hal itu, Aditia merapikan seragamnya dan berdiri. Ia pun mengijakan sebelah kakinya ke atas kursi untuk melakukan tradisinya yakni berpantun.
"Mancing ikan ke rawa-rawa."
"Cakep!"
"Mancing kupu-kupu dapet kepompong."
"Cakep!"
"Hati geli menahan tawa."
"Cakep!"
"Melihat Reynal bergigi ompong."
"Gak cakep!" dengus Reynal sambil menjitak Aditia.
"Ish, yang satu lemparin buku, terus yang ini ngejitak lagi. Kayak yang mau ngebiayain biaya perawatan wajah gue aje. Emang sanggup nape?"
"Mulai muncul nih, jati dirinya," ucap Reynal sambil terkekeh.
"Gue diem aja ah, Males ngomong."
"Lo bilang aja cape ngomong, pake alesan males lagi."
"Auu ah gelap."
Reynal hanya terkekeh melihat kelakuan Aditia.
"O ya Leo, malem minggu kita ke cafe lagi mau gak?" tanya Reynal.
"Nanya si Leo doang? Gue nya enggak?" Aditia menyela.
"Gak perlu, soalnya gue udah tau lo mah pasti ikut."
"Tau aja." Aditia menyengir.
"Gimana Leo, bisa?"
"Diusahakan," jawab Leo.
"Gitu dong, baru kawan namanya."
Tak lama kemudian, Mr. Nana Sumarna Masuk ke kelas sebelas MIA satu dan memulai pelajaran bahasa inggrisnya.
****
Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Begitu pula Key yang berisrirahat bersama Sira di kantin sambil menyantap mie ayam kesukaannya."Boleh ikutan gak?" Misa bersama Levi datang sambil membawa semangkuk soto menghampiri Key dan Sira.
"Oh boleh, sini duduk," ajak Sira sambil menggeserkan kursinya.
"Makasih," ucap Levi
Saat mereka berempat tengah enak makan sama-sama di kantin, perbincangan di meja sebelah sedikit menganggu mereka.
"Aduh, bisa tergila-gila ini mah sama si Cool Prince."
"Aksinya kemarin heroid banget."
"Dingin pun aku jadi tambah suka."
Mendengar hal itu Sira buka suara. "Leo lagi Leo lagi, ini topik pembahasan yang anget emang ngebahas si cool prince dari MIA satu ya," ujar Sira sambil tetap menyantap baksonya.
"Panteslah, orang ganteng tersembunyi dia tuh. Matanya itu loh beuh...," lanjut Misa.
"Udah Sa, jangan ngarep. Cowok cuek kayak gitu nyapein doang," timpal Levi.
"Ish, gue kagum Lev. Bukan cinta, kalo cinta beda lagi," balas Misa.
"Perasaan pas kelas sepuluh, namanya gak booming kayak sekarang deh," ujar Sira.
"Kalo menurut gue si, Leo sengaja gak mau nunjukin kehebatannya depan orang," jawab Levi.
"Gue sekelas ama dia pas kelas sepuluh. Si Leo orangnya pendiem, murung, penyendiri lagi. Cuman, dia gak pernah tuh yang namanya dapet nilai sempurna sama nilai yang jelek. Pasti nilainya rata-rata," jelas Levi.
Key mulai menyimak lebih lanjut pembahasan ini dengan membuka lebar telinganya.
"Kayaknya dia punya bakat yang terpendam deh," ucap Misa.
"Nggak Sa, ini bukan bakat terpendam. Ini cenderung ke 'nyembunyiin'. Jadi si Leo tuh kesannya kayak enggan menunjukan identitas asli," tukas Levi.
"Terus? Apa alesannya coba? Aku liat akhir-akhir ini dia makin nunjukin kebolehannya," tanya Sira.
"Pas semester dua, nilainya mulai naik signifikan. Gue udah nyangka Leo itu anak pinter dulu. Cuman pas kelas sebelas kita beda kelas, gue gak tau lagi perkembangannya. Sampe tau-tau dia sabet niai sempurna di PAS kemaren," beber Levi.
"Ho'oh. Seminggu kemudian pas porak, Leo main basket dengan perform yang so fantastic. Dia hampir nyaingin bintang basket Kak Gama. Dari sana tuh Leo mulai viral di Aryabina dan masih jadi trending topik sampai sekarang," papar Misa.
"Anak ini juga jadi trending topik nih," tunjuk Sira pada Key dengan dagunya.
"Apaan si Sira?" gerutu Key.
"Ah iya, lo trending di Aryabina karena futsal itu ya? Bisa-bisanya nyanding sama si Leo. Mana sama-sama pendiem lagi orangnya, kok bisa samaan ya?" tanya Levi.
"Jodo kali," celetuk Sira.
"Ih Sira, apaan si?"
"Aaaahh, Key! Jangan! Jangan sekarang berjodo sama cool princenya, biarkan gue ngerasain satu malam aja pacaran sama dia!" pekik Misa sambil memainkan pipi Key. Key sendiri sampai kaget dengan tingkah laku Misa.
Misa pun berhenti mencubi pipi Key setelah tangan Levi mendarat di keningnya.
"Pantes, suhunya panas kayak magma," ejek Levi.
"Kepelet Leo apa gimana?" tanya Sira.
"Hilih, lo kayak yang gak pernah suka sama cowok aja Sir," balas Misa menyinyir Sira.
"Sorry ya. Lagi insaf dari percintaan aku tuh," jawab Sira.
"Loh? Terus kenapa kamu suka liatin si Re--"
Ucapan Key tertahan karena Sira sergap membekam mulutnya."O o o owh, Sira. Ketauan lo ketangkep basah. Siapa hayoo?" goda Misa.
Sira menghembus nafas berat. "Gak guys, aku dah insaf. Aku jadi gak tertarik lagi sama dunia percintaan. Sekarang lagi fokus perbaiki diri."
Key menyadari kalo temannya itu sekarang menjadi tidak ada ketertarikan pada laki-laki semenjak pesantren kilat. Penampilan Sira juga berubah, ia sekarang istiqomah untuk berhijab.
Di SMA Aryabina ini, sebagian siswinya ada yang mengenakan seragam sekolah panjang yang disertai dengan kerudung. Namun jumlah mereka bisa dibilang agak sedikit. Hanya dalam kisaran 30% dari seluruh siswi di SMA Aryabina ini. Dan diantara mereka ada Key juga Sira termasuk kedalam 30% itu.
"Terus kenapa tadi si Key bilang lo suka liatin seseorang? Mana mungkn kan dia bohong?" selidik Levi.
"Ada yang mukanya mirip sahabatku soalnya. Cuma ya aku salah orang. Dah lah jangan dibahas," elak Sira.
"Lo gak tertarik sama saingan trending topik lo, Key?" Levi dalih bertanya pada Key.
"Kenapa gitu?" tanya balik Key.
"Banyak banget kesamaan lo sama Leo soalnya. Penyendiri, punya mata horor, pendiem, ampe susah pekaan juga ikut sama," jelas Levi.
"Susah pekaan? Maksud?" Key mengrenyitkan dahinya. Menurutnya, pembahasan teman-temannya itu diluar pemahamannya.
"Contohnya gini. Niatnya mau dibantuin Leo, makanya Misa pura-pura jatuh. Cuma si Leo gak peka, tu anak lewat gitu aja. Tapi kalo Leo sih punya tabiat cuek bebek, apalagi nyuekin cewek." Bola mata Levi melirik teman di sebelahnya. Sedangkan Misa balik meruncingkan matanya.
"Kayak maksud terselubung si Rega sama kamu Key, cuma kamunya gak ngerti-ngerti," imbuh Sira memperjelas.
"Napa yang disamainnya yang kayak gitu sih?" gumam Key.
"Yaaa, kalian itu samanya di bidang ngeselin orang," celetuk Sira, membuat Key mengembungkan pipinya karena sedikit kesal.
"Tapi Leo baik ya, kemarin dia nolongin Bayu," sela Misa.
"Iya sih, tapi kebanyakan yang mukanya dingin plus horor itu omongannya kasar loh," kata Sira.
"Enggak kok, saat temu di cafe juga ngomongnya sopan," timpal Key sambil meneguk air teh di gelasnya.
"Hah? Kamu pernah ketemuan di cafe?!" tanya Sira, Levi, dan Misa kompak bersamaan.
Uhuk uhuk.
Key langsung tersedak karena sadar ia telah mengantakan hal yang seharusnya tidak ia katakan.
"E-enggak enggak, salah ngomong. M-maksudnya kantin. Kemarin omongannya gak kasar 'kan meski dibentak Bara." Key mati-matian melakukan pengelakan, terbukti ia sampai berkeringat dingin dan sedikit tergagap saat bicara.
"Ooo kirain," ucap Sira.
Key merasa lega, ternyata ketiga temannya itu tidak mencurigai perkataanya tadi. Padahal Key sudah cemas karena ia sempat gugup saat bicara. Key harus menahan diri, biarkan hanya dirinya saja yang tau akan hal ini.
Fuh, untung aja, benak Key.
"Yo Leo, mau ke kelas gak?"Tak banyak bicara, Leo berjalan mendahului Aditia. "Eh buset, tungguin oi!"Saat Aditia hendak menyusul Leo, ia sempat tertahan karena seorang anggota penjaga UKS mencengkram tanganya. "Kak Adit, boleh minta bantuan gak?" tanya seorang gadis yang mengenakan seragam serba putih itu. "Ha? Ekhem." Aditia berdeham sejenak. "Bantuan apa?" "Itu ada yang jatuh, bisa bantuin kita angkat tandunya gak? Kita kekurangan orang buat ngangkatnya," ucap salah seorangnya lagi. "Mana orangnya?" "Itu deket tangga mushola."Aditia mengangguk. "Ayo cepet, kita bantuin," ucapnya sembari berlari ke arah mushola. "Uh, Kak Adit cool banget," gumam salah seorang gadis penjaga UKS itu. "Iya mana kece, baik lagi. Yuk kita bantuin Kak Adit." Kemudian para penjaga UKS pergi menyusul Aditia.
Jam pelajaran pertama kelas sebelas MIA satu dimulai dengan guru bidang matematika yakni Bapak Ade Yedi. Sungguh pemandangan yang sangat memeningkan kepala saat membayangkan Bapak Ade dengan tulisan seperti prasasti menulis di papan tulis mengenai limit.Semua siswa sangat tidak menantikan kehadirannya. Karena kalau ada guru yang memberikan jam kosong, maka kelas ini akan mengadakan acara sendiri.Acara itu meliputi : Leo yang sendiri dengan lamunannya; Reynal, Aditia, dan Adril yang sibuk dengan game onlinenya; Azizan, Yana, Pirman, Rijpi, Abdul, Yadi yang sibuk dengan acara nikahan kelasnya; Wili, Elgi, Dedeh, Regina yang sibuk dengan konser nyanyi dan bandnya; Handa, Winda, Nurlela, Nurleli yang sibuk dengan selfi mereka; Anisa, Yani, Indri, Dina yang sibuk akan gosip mereka; Ayu dan Lina yang sibuk mengerjakan tugas sebagai anak paling rajin dikelasnya; Juga tak lupa dengan jajaran paling selatan kelas yang amat tersohor yakni Putri, Ayi, Yuyun,
Ting TingSuara bel berbunyi yang menandakan pulang. Di saat anak yang lain keluar gerbang dan sibuk mengeluarkan kendaraan mereka, tidak dengan anak yang hemat berbicara seperti Leo, ia justru tidak langsung pulang. Ia pergi ke rooftop sekolah dan berdiam diri disana."Leo, mau pulang gak?" tanya Reynal yang sengaja menyusul Leo ke rooftop sekolah."Duluan aja," balas Leo."O ya, gue pinjem buku lo ya!" sahut Aditia."Hmm," jawab Leo."Oke duluan ya." Reynal dan Aditia berlalu meninggalkan Leo sendiri.
Hari itu Leo bersama dua sahabatnya yakni Reynal dan Aditia tengah bermain basket karena jadwal pelajaran hari itu adalah Pendidikan Jasmani."Dit, ganti baju yuk! Bentar lagi pelajaran Kimia. Takutnya marah Bu Lasmi kalo telat," ajak Reynal pada Aditia."Oh iya, lupa gue. Leo! Ganti baju! sekarang bagian pelajaran Bu Lasmi nih." Aditia berdalih menyeru Leo.Mendengar hal itu, Leo pun berhenti memainkan bola basketnya dan mulai menghampiri keduanya."Bentar dulu, ini kembaliin dulu bola basketnya ke ruang fasilitas, nanti baru ganti baju," sahut Reynal."Oke ayo," balas Aditia.
Gebrugh!Ceklek.Pintu gudang sekolahpun mendadak tertutup, dan terdengar juga suara sayup orang yang menguncinya."Hey, tunggu jangan dikunci! Di dalam masih ada orang, hey!" Key berlari kearah pintu yang terkunci sambil menyeru seseorang yang telah menguncinya berdua bersama Leo."Pak? Pak Mandor? Buka Pak pintunya jangan dikunci ada orang di dalam!" Seruan Key dari dalam gudang.Tidak salah lagi, siapa lagi orang yang bertugas mengunci semua pintu selain Pak Mandor?"Pak? Buka Pak!" Key terus berteriak berharap Pak Mandor masih ada di area gudang.
Gebrugh. Pintu gudang sekolah akhirnya terbuka. Dan ternyata ... Dugh. Saking kerasnya Key mencoba membobol grendel kunci, dorongannya sampai overdosis hingga ia menabrak tihang yang berdiri di depan gudang. "Aduh!" Key terpental kembali dan langsung tergeletak di lantai. Leo tak kuasa menahan geli di hatinya setelah melihat kelakuan Key, ia beberapa kali terlihat senyum kecil namun ia mencoba menahan senyumannya itu.
Malam itu terlihat Aditia tengah asyik memainkan ponselnya di sebuah caffe menunggu Leo dan Aditia yang belum muncul. Brak! "Ya Alloh," ujar Aditia yang terkejut karena tiba-tiba Leo datang dan memukul meja yang ada di hadapannya. Terlihat juga Leo menatapnya dengan sorotan tajam yang mematikan. "Kenapa nih?" tanya Aditia yang keheranan melihat tingkah Leo. Leo memicingkan mataya. "Kau orangnya?" "Selow selow, maksudnya gimana nih?" "Kau yang menulis tulisan itu!" desis Leo. Aditia langsung tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan Leo. "Acieee, lo pasti kebaperan ya gue nulis itu," goda Aditia. "Kalo enggak, mana mungkin lo marah cuma gara-gara gue nulis itu." "Jangan-jangan lo ngira kalo Key yang nulis tulisan itu ya, Acieee ---" "Diam! atau kubunuh kau!" d
Aditia kembali ke dalam cafe dan kembali duduk di kursinya. Dilihatnya hanya ada Reynal dan Leo, ia pun bertanya-tanya"Lahh, sepupu lo belum datang juga Rey?" "Ini juga masih ditunggu. Heran, kemana dulu itu anak? Gara-gara lo juga nih, kelamaan di toilet." "Lah? Kok jadi gue?" Aditia keheranan. "Tadi gue mau cari Fayla keluar, tapi mana mungkin gue tinggalin Leo sendiri disini, yaudah gue harus nunggu lo balik. Eh, ternyata lu lama gak balik-balik kayak ditelen bumi," celoteh Reynal "Ya maaf, soalnya tadi di toilet gue debat sama cewek," tutur Aditia "Hah? Yang bener aja, yang ada lo gombalin tu cewek." Reynal sesikit tertawa mendengarnya. "Asli bukan palsu Rey, tadi ada cewek kerudungan yang ngintip gue lagi kencing," "Yaelah Dit, mana mungkin ada cewek mau ngintip lo di toilet cowok. Apalagi lo bilang ni cewek kerudungan, ngaco l