Share

Bab 5

“Ada … hanya saja kondisi mereka yang serba kekurangan membuat Rudi berinisiatif untuk membawa Syifa kerja di rumah ini," jawab Rudi kepada sang ayah. 

“Kasihan juga gadis itu,” jawab sang ayah sambil melihat ke arah Syifa.

Sejak saat itu Andre Baskoro begitu sangat perhatian kepada Syifa dan kandungannya. Terkadang Rudi Baskoro memberikan sejumlah uang lebih agar Syifa bisa memeriksakan kandungannya. Syifa yang mendapat perhatian tulus dari sang ayah mertua merasa bahagia dan bersyukur.  

***

Suatu pagi Syifa yang saat itu hamil 7 bulan merasa tidak enak badan, hingga membuatnya terpaksa bangun sedikit agak siang. Keluarga Rudi yang sudah berkumpul di meja makan merasa heran saat pagi ini mereka tidak melihat kehadiran Syifa dan perut buncitnya. Ningrum yang saat itu sedang mengambil nasi di piring mulai menanyakan keberadaan Syifa kepada Mbok Inah. 

"Kenapa hari ini perempuan kampung itu tidak terlihat?" tanya Ningrum kepada Mbok Inah. 

"Syifa sedang sakit Nyonya," jawab Mbok Inah sambil menuang minuman ke dalam gelas. 

"Itulah susahnya mempekerjakan seorang pembantu dalam kondisi hamil," gerutu Ningrum sambil melirik Rudi. 

"Ah, itu pasti alasan dia saja untuk lepas dari tanggung jawabnya,” timpal Shania sambil mulai menyantap makanan yang ada di hadapannya.

Rudi dan Andre Baskoro hanya terdiam mendengar celotehan Ningrum dan Shania, mereka begitu sangat memakluminya. Shania adalah seorang mahasiswa disebuah universitas negeri di Surabaya. Di usianya yang ke 26 tahun Shania terlihat sangat cantik jadi tidak heran jika banyak laki-laki yang menaruh hati kepadanya. Saat mereka sedang menikmati hidangan yang ada di depan mereka, tiba-tiba anak kedua Ningrum dan Andre Baskoro yang bernama Sherin datang dari luar negeri. 

Sherin adalah seorang gadis berusia 28 tahun, karena kecantikan wajahnya dan ketelatenan Sherin dalam merawat tubuhnya tidak heran jika di usia yang begitu muda dia berhasil menjadi model dengan prestasi yang sangat bagus. Wajah Sherin dan Shania sangat mirip dengan wajah sang mama, mereka tidak hanya memiliki kemiripan dalam wajah dan hobi. Namun, sifat, watak,  dan cara berbicara pun sama, hingga tidak jarang hal itu membuat Rudi dan Andre sangat memaklumi kecerewetan mereka bertiga.

"Selamat Pagi," ucap Sherin sambil masuk ke dalam rumah. 

"Pagi," jawab Ningrum sambil berjalan ke arah ruang tamu setelah mendengar suara sang putri. 

"Mama!" teriak Sherin sambil berlari ke arah sang mama. 

"Cantiknya Mama, ayo kita makan bersama sekalian," ajak Ningrum kepada Sherin.

Pagi itu keluarga Rudi berkumpul di meja makan sambil menikmati masakan yang dihidangkan. Rudi yang telah selesai makan langsung menuju ke kamar Syifa untuk melihat kondisinya. Karena cemas dengan kondisi Syifa, Rudi pun segera membawanya ke rumah sakit.

“Eh … mau kemana kalian!" teriak Ningrum saat melihat Rudi dan Syifa berjalan menuju ruang tamu. 

"Syifa demam Ma, Rudi mau antar ke rumah sakit," jawab Rudi sambil terus memapah Syifa yang lemas. 

"Siapa yang memberimu izin untuk membawanya ke rumah sakit!" bentak Ningrum kepada Rudi sambil berjalan ke arahnya.

"Ma, Syifa sedang sakit kalau terjadi apa-apa dengannya kita yang akan disalahkan," jelas Rudi kepada sang mama. 

"Mama tidak peduli, eh perempuan kampung cepat selesaikan pekerjaanmu!" bentak Ningrum kepada Syifa sambil menarik tangan Syifa.

Melihat sikap sang istri yang sudah kelewatan kepada Syifa, andre pun mulai menghampirinya. Andre yang masih berusaha sabar mulai memperingatkan sang istri atas sikap yang dia lakukan. Namun, bukannya berhenti Ningrum semakin menjadi-jadi. 

“Ma! Lepaskan tanganmu, apa yang kamu lakukan ini berbahaya buat Syifa dan bayinya!” bentak Andre sambil menarik tangan Ningrum dari tubuh Syifa.

“Papa pikir Mama peduli!” teriak Ningrum sambil mencengkram tangan Syifa.

“Lepaskan Ma, cepat lepaskan kasihan Syifa Ma!” teriak sang suami sambil menarik paksa tangan sang istri.

“Ikut Papa ke kamar sekarang,” ajak Andre sambil menarik tangan sang istri.

Syifa yang sudah dalam kondisi lemah hanya bisa diam dan menangis sambil menahan sakit di pergelangan tangannya. Rudi yang khawatir dengan kondisi Syifa langsung mengangkat dan membawanya ke rumah sakit. Setelah melalui beberapa tahapan pemeriksaan, Dokter pun akhirnya mengizinkan Syifa pulang.

“Jangan berpikir macam-macam tentang perhatianku ini,” jelas Rudi sambil menggandeng tangan Syifa.

"Terima kasih Mas," jawab Syifa sambil tersenyum ke arah Rudi.

Setelah mengantar Syifa ke kamarnya, Rudi pun langsung bergegas menuju ke perusahaan sang ayah untuk menyerahkan beberapa laporan yang dia dapatkan selama mengawasi proyek pembangunan perumahan  di desa Ronggo Lawuh. Syifa yang saat itu sedang menahan sakit di seluruh badannya berusaha untuk memejamkan mata. Belum juga dia tertidur Syifa dikejutkan dengan suara pintu yang dibuka dengan keras. 

"Eh babu! Cepat bangun, kamu pikir ini rumah nenek moyangmu jadi kamu bisa seenaknya!" bentak sebuah suara yang ternyata Ningrum dan kedua putrinya. 

"Tapi Nyonya, hari ini saya sedang sakit, izinkan saya untuk istirahat sebentar saja," ucap Syifa memelas.

"Gara-gara kamu! Hari ini aku bertengkar dengan suami ku, sekarang kamu rasakan pembalasan dari ku!" bentak Ningrum sambil menyeret tangan Syifa keluar kamar. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status