Part 8
“Aamiinn ….” Aku sengaja menyahuti ucapan Mikha supaya Ibu merasa senang.“Ya sudah, aku mau langsung balik aja, ya, Mbak, Mas! soalnya mau packing barang-barang aku sebelum berangkat besok. Aku titip Ibu. Aku janji, kalau nanti udah balik lagi ke Indonesia, Ibu aku yang rawat.” Mikha berkata dengan raut wajah sumringah. Sudah berhasil mengambil alih barang-barang mahal milik Frisca, plus dapat uang saku dari Mas Khalid. Lebih baik begitu, kan? Uangnya untuk keluarga sendiri.
“Kamu hati-hati, ya, Kha! Gak usah khawatir, Ibu pasti betah di rumah ini. Mbak yang akan mengurus semua keperluan Ibu.”
“Duuh … makasih banyak, ya, Mbak Wid. Mbak baik banget, deh. Gak salah Masku milih Mbak jadi istri. Udah cantik, baik, lembut. Pokoknya kebangetan kalau sampai Mas Khalid tega melirik perempuan lain. Itu gak boleh terjadi. Ya, kan, Mas?” ucap Mikha, membuat Mas Khalid semakin k
Part 9PoV FriscaMas Khalid bener-bener kelewatan. Sudah hampir satu minggu aku diasingkan di hotel ini. Dia cuma datang satu kali, pagi saat aku dipaksa keluar dari rumah. Dia membawakan beberapa potong pakaian untuk ganti diriku selama mengungsi. Dia bilang ibunya akan tinggal selama dua minggu di rumahnya. Sial!Satu minggu ini dia susah banget dihubungi. Aku datangi ke kantor, tapi ternyata semua orang sedang sibuk mempersiapkan sebuah event yang akan diadakan oleh toko. Mbak Widya setiap hari datang ke kantor. Kalau aku nekat masuk kantor dengan membawa perut buncit ini, apa kata orang-orang nantinya? Mereka memang tahu aku istri siri bosnya, tapi masa pernikahan kami belum ada tiga bulan, pastinya mereka akan mencemooh aku. Apalagi disana selalu ada Mbak Widya. Pasti mereka jadi berani padaku. Aaarrgghh … sial benget, sih!Mas Khalid juga sama, setiap kali aku hubungi, selalu saja jawabannya sedang sibuk. Usai jam kantor juga d
Part 10“Mengapa sulit sekali meminta pengertian darimu, Widya?” ucap Mas Khalid, suaranya ditekan serendah-rendahnya.“Karena kamu sudah mengkhianati aku, Mas. Kamu selingkuh! Pengertian seperti apa yang kamu maksud? Apa kamu pengertian padaku sehingga aku harus membalasnya dengan pengertian juga?”“Widya .. please … terima saja Frisca! Kalau perlu, kamu bujuk Ibu supaya Ibu juga bisa menerima Frisca. Ibu sebentar lagi akan menggendong cucu, anakku! Pasti Ibu akan senang. Itu impian Ibu yang tak bisa kamu wujudkan.”“Masih saja menyalahkanku untuk menutupi kesalahanmu sendiri, Mas! nanti, setelah anak itu lahir, kita lakukan tes DNA. Kalau memang dia anak kandungmu, barulah kamu bicara soal pengertian!”“Apa maksud kamu, Wid?”“Mas, apa kamu yakin Frisca mengandung anakmu?”“Yakin! Meskipun awalnya merasa dijebak, tapi Mas
Part 11PoV FriscaAduuh … kenapa pula aku ini? Kenapa sampai keluar darah begini, sih? Pasti ada apa-apa. terpaksa aku menghubungi pihak hotel untuk meminta bantuan. Biar bagaimanapun, aku tak mau sampai anak ini kenapa-napa. Dia satu-satunya alat yang bisa membuatku memiliki Mas Khalid sepenuhnya. Setelah anak ini lahir ke dunia, aku akan meminta Mas Khalid menceraikan Mbak Widya. Anak ini harus bisa diselamatkan.Tak menunggu lama, akhirnya petugas hotel datang, dan aku langsung meminta untuk diantarkan ke rumah sakit paling bagus di kota ini. Aku langsung masuk IGD.Mas Khalid yang dihubungi oleh pihak rumah sakit juga langsung datang menemuiku. Aku sengaja berpura-pura marah padanya.“Kamu kenapa bisa sampai seperti ini, sih, Fris?” ujarnya sesaat setelah ia tiba. Dokter yang menanganiku tahu kalau aku begini karena kebanyakan meminum alkohol tapi aku memintanya untuk tidak memberitahukan hal itu
Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 12“Aku? Aku kamu minta untuk mengurus anak itu? Kenapa harus aku, Mas? kamu sewa saja jasa pengasuh!”“Iya, itu maksudku. Kamu tolong bantu carikan orang yang bisa dan sudah terlatih mengurus bayi.”“Kenapa Frisca gak mau ngurus sendiri? Itu kan anaknya! Apapun keadaannya, bayi itu anak yang lahir dari rahimnya.”“Frisca masih dalam keadaan mental yang tertekan, Wid. Mengetahui kenyataan pahit kalau anak itu cacat.”“Mas, yang namanya ibu, mau seperti apapun keadaan anaknya, ya harusnya tetap menerima.”“Kamu enak ngomong begitu karena kamu gak mengalami apa yang dialami oleh Frisca.”“Itulah akibatnya, suka mabuk-mabukan, merokok. Perempuan seperti itu yang kamu ambil jadi istri!” dengusku kesal.“Kamu tau dari mana Frisca suka minum minuman keras?”“
Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 13Mobil merayap pelan meninggalkan rumah sakit. Aku merenung, tak henti menatap wajah mungil tak berdosa dalam dekapanku.Ponsel yang aku letakkan di jok mobil berdering, panggilan dari Mikha.“Halo, Kha.”“Mbak, lagi dimana?”“Di jalan, baru saja keluar dari rumah sakit.”“Mbak sakit? Kok gak kasih tahu aku?”“Bukan, Mbak jemput bayinya Frisca.”“Lho, sudah keluar dari rumah sakit? Kenapa bukan Frisca aja yang jemput, Mbak?”“Frisca lagi sinting. Bayi ini istimewa, Kha.”“Maksudnya, Mbak?”“Dia tunanetra.”“Astaghfirullah … lalu Mbak yang akan mengasuhnya?” tanya Mikha.“Itulah, Mbak bingung. Mbak mungkin akan cari babysitter.”“Mbak, hatimu terbuat dari apa? mengapa masih mau ped
Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 14“Kalian berdua kenal?” tanyaku tak kalah terperanjat. Frisca keluar dengan cepat dan wajah yang terlihat sangat panik. Bu Tini mengejar Frisca sambil menyerahkan botol susu yang sudah siap diberikan untuk si kecil Andra yang masih saja menangis.Kebetulan Mbok Jum datang, aku menyerahkan Andra pada Mbok Jum.“Mbak Wid, ada apa ribut-ribut?” tabyanya kebingungan.“Mbok, tolong sebentar, ya! Kasih susu ini untuk bayinya. Aku mau lihat Frisca sama Bu Tini.”“Iya, Mbak!” ujarnya. Bayi kecil itu langsung terdiam begitu mendapatkan susu. Kasihan, dia kehausan.Kulihat Frisca sedang berjalan ke arah halaman depan sambil menyeret Bu Tini. Mas Khalid kemana, lagi?“Frisca! Kamu ini apa-apaan, sih, sama orang tua main tarik seenaknya!” bentakku.“Ibuk ngapain bisa ada di rumah ini? Pergi!aku gak mau lihat Ibuk lagi!&rdquo
Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 15Sepanjang malam bayi kecil itu menangis. Apakah dia merasakan kalau ibunya sedang dalam masalah besar?Sementara Bu Tini, saat siuman ia langsung menangis tersedu-sedu. Berkali-kali mangucap istighfar sambil sesenggukan.“Mengapa perjumpaan saya dengan Frisca justru jadi tragedi seperti ini, Mbak?”“Ibu coba tenang dulu. Kami semua juga syok mendengar kabar ini, Bu.”“Maafkan kesalahan anak saya, Mbak. Saya mohon maafkan dia. Saya gak tega kalau dia harus mendekam di penjara, Mbak.” Bu Tini memohon sambil terus menangis.“Saya tidak punya andil apa-apa terhadap kasus yang menimpa Frisca, Bu. Kita ikuti saja prosesnya, ya!” ujarku berusaha menenangkan hati Bu Tini.Sementara Mas Khalid masih sibuk mondar-mandir menghubungi koleganya yang bisa memberikan bantuan hukum. Dia terlihat sangat frustasi.“Mas mau ke kantor polisi s
Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 16“Apa yang membuatku menangis, Mas?” ujarku sesaat setelah aku mengantarkan Andra ke kamarnya.Mas Khalid tak langsung menjawab. Kulihat ia masih berusaha menguasai diri sambil mengelap habis sisa air matanya.“Kamu sudah cukup lama mengabaikan Tuhan, Mas. Masih ada waktu, lekaslah bertaubat!”“Wid … kamu serius dengan keputusanmu siang tadi?”“Iya. Aku tidak mau hidup dimadu. Kamu silahkan pilih, aku atau Frisca.”“Wid, kamu gak kasihan sama Frisca? Dia sedang dalam masalah, kalau aku menceraikan dia, itu akan semakin memperberat beban hidupnya.”“Dulu, apakah kalian kasihan padaku?”“Yang sudah lewat janganlah kamu bahas terus, Wid. Nasi sudah menjadi bubur. Akan lebih jahat kalau Mas dulu tak mau bertanggung jawab.”“Iya, betul. Aku tetap pada pendirianku, Mas. Pilihan ada