Alin tersenyum senang ketika mertua dan suaminya selalu ada menemaninya di rumah sakit tiga hari ini. Bahkan mereka memanjakannya bak ratu yang tak boleh mengeluh sedikitpun. Hari ini Alin sudah diperbolehkan pulang, setelah tiga hari dirawat tubuhnya sudah agak membaik."Mih, kok sejak kemarin Mbak Afi nggak datang ke sini ya? Apa dia masih marah sama suamiku?" Aldo melirik sekilas mendengar perkataan Alin dan kembali membereskan barang yang akan dibawa pulang."Nggak usah mikirin Afi, fokus sama kesehatan kamu. Nanti Afi biar Mami dan Aldo yang urus." Alin tersenyum senang, rencananya untuk membuat mertuanya sangat membenci Afi berjalan dengan baik. Bahkan Aldo tak berani menyela pembicaraan mengenai Afi setelah perdebatan kemarin malam.Flashback"Mi, Afi nggak kesini?" tanya Aldo saat baru pulang dari kerjanya."Ada tadi, malah dia marah-marah sama Alin dan memintamu agar tak datang kerumahnya."Aldo melipat keningnya, ia seperti tak percaya dengan omongan Maminya. Tiba-tiba ada
Afi merasa kepalanya bertambah pusing. Untuk sekedar berdiri pun ia harus tertatih-tatih. Jam menunjukan waktu petang, Afi bersiap untuk melaksanakan sholat maghrib. Ia berjalan pelan menuju kamar mandi dengan keringat yang sudah membanjiri tubuhnya. Ia benar-benar sakit, ditambah lagi ia belum makan dari siang.Afi selesai melaksanakan ibadah sholat Maghrib dan Isya. Jam kini sudah menunjukan pukul delapan, dan Nissa belum juga datang. Afi berniat menghubunginya kembali dan menyalakan gawainya yang tadi sengaja ia matikan.[Hallo, Assalamualaikum, Nissa. Jadi kesini?][Waalaikumsalam, Fi. Iya ini lagi di jalan. Maaf ya agak lama, tadi nunggu Kakakku jemput aku di rumah sakit.][Ya, sudah.hati-hati jalannya jangan ngebut. Maaf selalu merepotkanmu. Wassalamualaikum]Afi mematikan sambungan telepon dan Afi melihat ada sebuah pesan masuk dari nomor Aldo suaminya.[Nafisha Alya sucipto, hari ini saya Aldo firmansyah menjatuhkan talak tiga untukmu. Dan silahkan urus perceraian kita, karena
"Ini bubur dimakan," ucap Rendra."Aku nggak suka bubur. Aku kalau liat bubur pengen muntah. Yang lain ada?" Afi memilih tidak memakannya karena ia sangat jijik melihat makanan yang satu ini."Saya sudah berbaik hati membeli bubur spesial buat kamu, kamu malah nolak," ucap Rendra dengan nada datarnya."Salah sendiri nggak tanya." Afi memalingkan muka nya menghindari tatapan tajam Rendra."Kamu ini sebenarnya anak siapa sih? Kalau di bilangin susah amat?" Afi melototkan matanya mendengar ucapan Rendra barusan. Ia teringat tingkah jahilnya saat mereka bertengkar, pasti kata-kata itu yang keluar dari bibir Rendra."Anaknya Papa Sucipto. Puas?!" Rendra tersenyum senang saat melihat wanita di depannya ngambek gara-gara ucapannya tadi. "Mau makan tidak? Kalau tidak aku mau pulang. Ngapain nungguin orang yang udah gede tapi kelakuan kaya bocah. Nggak mau makan silahkan, palingan nanti kamu mati." Afi tak habis pikir dengan mulut Rendra ini. Kata-kata yang dia ucapkan selalu saja bikin ia
"Mi, Aldo mau ngomong sebentar. Bisa?" Aldo menatap maminya agar mau berbicara di luar kamarnya. Ia tak mau Alin mendengar ucapannya.Bu Cahyo mengangguk dan mengikuti langkah Aldo. Mereka memutuskan berbicara di ruang kerja Aldo."Mi, apa yang harus Aldo lakukan? Aldo nggak bisa seperti ini, Afi istri Aldo. Aldo merasa jadi suami yang berdosa jika tak berlaku adil kepada nya. Tolong bujuk Afi agar tak marah lagi. Aldo ingin menemuinya, Mi. Bahkan sekarang aku sama sekali tak konsen bekerja akibat memikirkan semua masalah ini. Ada yang aneh pada diri Aldo, seperti ada yang terjadi pada Afi." ucap Aldo sendu."Halah! Itu hanya perasaanmu saja. Kan Mami sudah bilang, tinggalin Afi saja agar kamu bisa bahagia sama Alin." Bu Cahyo tampak tak suka akan permintaan anaknya ini."Mi, tolong kali ini lakukan sesuatu untukku. Mami ingin masalah ini berlarut-larut? Mami ingin hidup anakmu ini di hantui rasa berdosa karena mengacuhkan Afi yang masih menjadi istriku? Jika nanti Tuhan bertanya pert
"Dia siapa, Fi?" Aldo baru sadar jika sedari tadi ada orang di dalam ruangan ini. Rendra bangkit dari duduknya dan menghampiri Aldo yang tampak menatapnya curiga."Sudah drama Telenovela nya? Biasa saja ngeliatin saya! Seharusnya kamu berterima kasih sama saya karena sudah meluangkan waktu sibukku untuk mengurus istrimu yang bawel ini." Rendra berlalu dan keluar dari kamar Afi. Rendra sengaja menghindari kecurigaan Aldo yang bisa saja menjadi alasan perselisihan di antara mereka. Dengan melihat kejadian tadi Rendra jadi tahu tentang masalah yang terjadi pada Afi.Entah mengapa ia sedikit simpati dan seperti ada sesuatu yang menariknya untuk melindunginya. Saat kemarin Afi melamar kerja di perusahaannya, sebenarnya ia sudah curiga bahwa itu memang Afi, teman masa lalunya yang pernah mengisi ruang di hatinya.Rendra sengaja menginstruksikan jadwal interview agar Afi diterima dahulu di sana kepada bagian HRD karena ia sedang ada rapat di Medan. Ia tak ingin salah menduga dan akan memas
"Mih, Mas Aldo kemana? Kok nggak ada di kamar?" Alin mengusap matanya yang berat karena seharian tidur. Sejak mertuanya datang, ia sama sekali tak boleh melakukan aktivitas selain tidur. Membuat alin sedikit pusing karena terlalu banyak berbaring di ranjang."Tadi bilang mau keluar sebentar, tapi kok ini lama ya belum pulang. Jangan-jangan …." Mami Cahyo sengaja tak melanjutkan ucapannya karena takut Alin kepikiran."Jangan-jangan kenapa Mih? Memang Mas Aldo bilang mau kemana?" tanya Alin penasaran."Ke Rumah sakit katanya. Tapi tak tahu rumah sakit mana." Alin langsung kepikiran macam-macam mendengar jika Aldo pergi ke rumah sakit. Tapi rumah sakit mana? Alin mencoba menghubungi Aldo tapi sayangnya tak di angkat."Mih, aku telpon Mas Aldo kok nggak di angkat! Coba Mami yang telpon." Bu Cahyo mengangguk dan merogoh ponsel di sakunya."Tersambung Mih?" tanya Alin penasaran."Sttt!" Mami Cahyo mengisyaratkan pada Alin agar tak berucap dan membiarkannya bicara dengan Aldo.Raut muka me
Rendra yang menunggu di luar terpaksa masuk karena udara sangat dingin dan ia banyak digigit nyamuk. Ia masuk dengan pelan agar mereka tak tahu kedatangannya."Pak, ngapain mindik-mindik? Kaya maling aja?" Afi mengagetkan langkah Rendra dan ia tersenyum mengetahui Afi memergokinya."Di luar dingin dan banyak nyamuk. Aku tidur di sini saja! Mau pulang kepalang tanggung, udah mau subuh! Kamu kenapa bangun?" tanya Rendra mengingat ini masih jam tiga pagi."Perut saya lapar! Jadi nggak bisa tidur lagi." "Nih martabak! Sudah dingin tapi. Soalnya tadi beli pas aku ke sini sewaktu pulang dari kerja." "Terimakasih, Bapak nunggu di luar sejak kapan? Kenapa tidak masuk saja?" tanya Afi dengan wajah sumringah karena melihat martabak kesukaanya."Nggak enak ada suami kamu. Ini aja aku sebenarnya malas masuk kesini berasa jadi setan," ujar Rendra celingukan. Ia melihat Aldo yang masih tertidur di sofa."Jangan suka menyiksa diri, jika sudah lelah, Lepaskan!!" bisiknya di telinga Afi.Rendra ber
Hari ini Afi diperbolehkan pulang oleh Nissa. Ia diharuskan rutin kontrol dengannya agar selalu sehat buah hati yang ada di perutnya. Ia kini telah bersiap pulang diantar Aldo suaminya. Selama di rumah sakit Aldo sama sekali tak mau pulang ke rumah Alin membuat Afi merasa khawatir. Pasti akan ada kejadian lagi di rumah nanti mengingat Aldo tak mau ia suruh pulang tadi malam.Aldo kekeh ingin menemaninya selama ia sakit. Afi hanya bisa berdoa semoga nanti di rumah baik-baik saja." Sudah, Fi? Ayo, Mas tuntun ke halaman parkir," ucap Aldo setelah mengemasi semua barang dan obat ke dalam tas."Nggak usah, Mas. Aku bisa jalan sendiri." Afi turun dari ranjang dan keluar bersama Aldo yang ingin membantunya berjalan."Nggak papa Mas! Aku bisa jalan sendiri!" Afi menghempaskan tangan Aldo yang ngotot ingin menolongnya."Ya sudah, kamu pelan-pelan jalannya." Aldo begitu menjaga Afi saat ini, ia begitu cemas melihat kondisi Afi yang masih terlihat lemas. Afi dan Aldo memasuki mobil dan melaju