Share

Tamparan Keras

“Ah enggak, aku hanya memastikan jika Nenek dan Kakek sudah tidak ada di masjid.”

Aku kembali melihat ke masjid, tetapi Gus Azam sudah tidak ada. Aku bersyukur karena Anin sepertinya tidak melihatku bertatapan dengan Gus Azam. Bisa berabe jika dia mengetahuinya.

Sesampainya di dhuyuf, aku melihat kakek dan nenek duduk di kursi. Sedangkan Pak Rozaq sedang sibuk menelepon seseorang.

Aku dan Anin mencium tangan Kakek dan Nenek bergantian. Menyadari kedatanganku, Pak Rozaq segera menutup telepon. Wajahnya memerah hingga membuat mukanya tampak hitam menyeramkan. Kumisnya terangkat sebelah dan matanya melotot seolah mau keluar dari tempatnya.

“Dasar bocah kurang ajar!” Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.

“Ke mana aja kamu? Saya sudah menunggumu berjam-jam. Di mana otak kamu?”

“Astaghfirullahalazim,” ucap Anin terkejut.

Aku memegang pipiku yang perih, sebuah tamparan dari seorang lelaki yang tidak ada hubungan darah denganku terasa begitu menyakitkan. Kedua orang tuaku bahkan tid
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status