Share

Bab.6. Susah Komunikasi.

"Papah! Aku datang!"

Fahri dan Pak Baskara spontan menoleh pada suara wanita yang begitu ceria sambil membuka pintu.

"Hei Sayang! Syukurlah kamu datang ke sini anak Papah?"

Tapi beda halnya dengan Pak Baskara, Fahri dan Salsa justru saling pandang satu sama lain, mereka tak menyangka kalau akan di pertemukan kembali di perusahaan ini.

"Salsa? Papah? Jadi ... !" gumam Fahri dalam hati. Dia tak tau kalau Pak Baskara kini sedang mengamati tingkah lakunya sekarang.

"Kamu kenapa Fahri? Sepertinya ada yang sedang kamu pikirkan?" ujar Pak Baskara yang melihat Fahri sontak termenung, dia mengira kalau Stafnya itu terpesona dengan putri kesayangannya.

Secara fisik memang Salsa sangat menarik, tak salah jika siapa saja mengagumi kecantikannya seperti yang di bayangkan oleh Pak Baskara saat ini pada Fahri.

"Eh, nggak! Nggak apa-apa Pak. Maaf, aku ... !"

"Ini Salsabila, putri saya, dia baru pulang dari Amerika kemaren. Salsa, perkenalkan ini Staf terbaik Papah, Fahri."

Senyum merekah dari bibir manis Salsa pada saat Papahnya mengatakan kalau Fahri adalah Staf terbaik. Tak perlu di ragukan lagi kalau Papahnya pasti sangat menyukai pria itu dari cara dia mengagumi Fahri. Dengan begitu Salsa tak perlu membuat Papahnya simpatik pada pria yang kini ada di depan matanya.

"Hai Fahri! Loh ternyata kamu kerja di sini! Wah kebetulan sekali." lirihnya sambil bergelayut manja di lengan Pak Baskara.

"Eits tunggu tunggu! Jadi kalian sudah kenal?"

"Em, iya Pak! Saya dan Salsa teman kuliah dulu. Kami ada di Fakultas yang sama."

"Wah, kebetulan sekali ini akan semakin bagus untuk perusahaan saya. Ya sudah, Fahri kamu boleh keluar sekarang, karena sebentar lagi saya akan mengadakan meeting dengan para karyawan."

Ucapan Pak Baskara semakin membuat Fahri penasaran, kira-kira apa yang mau di bahas oleh atasannya dalam meeting nya kali ini, bukan kah semua pekerjaan tidak bermasalah?.

Dengan banyak pertanyaan menaungi perasaan dia, Fahri keluar sambil melamun tanpa sadar di depan pintu dia menabrak seseorang yang membuatnya sadar dari lamunannya.

Guprak!

"Eh maaf!"

"Fahri! Ya Elah kamu ini kenapa melamun?"

Tumpukan kertas yang di bawa Seno hampir saja terjatuh kalau saja dia tak sigap menangkapnya.

"Nggak! Aku nggak melamun. Oiya Sen, sebentar lagi Pak Baskara mau ngadain meeting, lebih baik kita siap-siap sekarang."

Hanya itu kata yang keluar dari mulut Fahri sebelum meninggalkan Seno tetap mematung di depan pintu ruangan Pak Baskara.

Sampai jam makan siang tiba meeting itu tak juga di mulai maka Fahri menyempatkan diri untuk menelepon istrinya yang kini masih di Rumah sakit. Beberapa panggilan keluar Fahri lakukan namun tidak ada jawaban dari Nadhira, justru bunyi suara tut tut yang terdengar menandakan kalau ponsel Nadhira sedang tidak aktif.

"Ah, kenapa ponselmu tidak aktif Sayang! Kamu sedang apa sekarang!" gumam Fahri cemas.

Sampai jam istirahat telah selesai dimana semua Staf sudah berkumpul di meja meeting, hanya tinggal menunggu atasan mereka datang dan memulai meeting itu, Namun pikiran Fahri masih terus menerawang pada istrinya yang sulit untuk di hubungi.

"Selamat siang semuanya!"

Semua Staf spontan membenarkan duduknya saat Pak Baskara dan Salsa mulai memasuki ruang meeting. Mereka saling lirik satu sama lain sambil bertanya-tanya siapa wanita yang bersama Pak Baskara, menerka-nerka apa yang akan di lakukan oleh Direktur utamanya di perusahaan ini.

"Baik lah, kita mulai meeting kita kali ini, saya sengaja mengumpulkan kalian semua di sini karena ada yang mau saya sampaikan. Ini Salsabila putri saya."

Semua Staf mendengarkan dengan seksama apa yang akan Pak Baskara sampaikan...

*****

"Anita, pasien kita tutup sekarang. Besok kita lanjut memeriksa lagi, sisa waktu kita akan gunakan untuk memeriksa pasien di kamar inap."

"Baik Dok."

Sebelum Dokter muda dan kedua perawatnya melakukan tugasnya kembali, Nadhira menyempatkan waktu untuk mengaktifkan ponselnya yang ternyata banyak sekali panggilan dari suaminya.

Namun pada saat dia membalas kembali panggilan itu justru telepon Fahri yang non aktif, tapi Nadhira positif berfikir mungkin saja suaminya itu sedang sibuk, panggilan dia sudahi kembali dan lanjut dengan tugasnya.

Berjalan bak wanita berkelas Nadhira di ikuti oleh Anita dan Siska memasuki setiap kamar pasien yang perlu untuk di perisa.

"Dia hamil 3 bulan Dok, tapi mempunyai penyakit kista, bagaimana sebaiknya Dok agar bayi dan ibunya terselamatkan?"

Nadhira berfikir sesaat apa yang di katakan oleh Anita, banyak pertimbangan dari penyakit yang di derita oleh pasien ini, salah satunya mengangkat janin yang dia kandung tetapi rasanya itu tidak mungkin mengingat dirinya yang juga mengharapkan seorang momongan, mana mungkin Nadhira tega melakukan hal itu, lalu apa yang akan di lakukan Nadhira agar bayi itu bisa terselamatkan?...

BERSAMBUNG.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status