Dalam keadaan terdesak, di tengah pilihan sulit Xena menghela napas panjang.
Dia menenangkan diri mencoba berpikir. Jika dirinya tak segera menyelamatkan Robert Hans, balon tersebut akan meledak membunuh sang pujaan hati. Namun, jika dia nekat menyelamatkan Hans, Nimbus Eater akan hilang dan tak lagi dapat melindunginya.
“Apa yang harus kulakukan?” batin Xena cemas.
Nina tampak puas menyeringai, “Bika-bika-bika-xi-xi-xi … hanya itu kemampuanmu? Sudah mau menyerah rupanya … mau pipis di celana?” ucap Nina membalikkan ucapan Xena.
“Sial! Akan kubunuh dua kali gadis itu!” geram Xena kesal.
Dia lalu mencoba menganalisis sembari mengamati situasi, “Nimbus Eater hanya aktif saat aku diam dan berkonsentrasi penuh, tapi sangat menguras mana … biqur milikku juga tak berguna, jika aku langsung menyerap balon itu tentunya akan langsung meledak. Jadi, memang tak ada pilihan lain! Aku harus menyadarkan Robert Hans!”
“
List Anime favorit: -Overlord -Kono subarashii -Shinryaku Ika Musume -Tate no Yuusha -One Piece Dan masih banyak yang lain :-D . Thank You! Tetap semangat mengikuti cerita original Another Maze :-)
Di suatu tempat, di sebuah kota tak berpenghuni. “A-ampuni kami, Tuan!” sekelompok pria Yudolt memohon belas kasih dengan duduk bersimpuh di bawah kaki seorang pria misterius berjubah ungu dengan jenggot merah bercabang tiga panjang menyentuh tanah. “Zam! Kau berani berbohong padaku! Tak ada pilihan lain selain membunuhmu! Akan kubantai juga seluruh keluargamu!” bentak pria jubah ungu tersebut mengancam. “A-ampuni kami, Tuan! Perempuan misterius itu benar-benar berada di kota ini! Kami Melihat dengan mata kepalaku sendiri!” sanggah pria Yudolt dengan memelas, sangat ketakutan, mencoba meyakinkan. “Kami juga memiliki bukti yang ditinggalkan perempuan itu!” “Bukti?” “Tunjukkan padaku!” pinta si pria jubah ungu tersebut. Pria Yudolt itu menunjukkan sebuah batang pohon yang telah berlubang bekas serangan. Pria jubah ungu itu tampak serius mengamati sambil meraba lubang bekas serangan tersebut, “Lubang ini tampak baru, tapi sangat a
Hans langsung menyeruput segelas minuman dingin yang diberikan Xena. Tanpa sadar, dia meneguk layaknya orang kehausan, seperti berada di tengah gurun pasir yang panas menyengat. Tak puas hanya segelas minuman, dia langsung menyambar gelas minuman milik Xena. Gluk, gluk-gluk! “Ah segarnya! Perutku kenyang! Aku ingin tidur!” gumam Hans kenikmatan sembari mengusap-usap perutnya, pikirannya sejenak terlupakan dengan para kesatria yang datang menghampirinya. Para kesatria sangat keheranan dengan tingkah laku Hans. Sementara Xena hanya tersenyum, sembari terus memandangi wajah Hans, “Makhluk Bumi sangat aneh! Kau bisa tidur di pangkuanku … tapi sebelum itu, kita kedatangan tamu!” Kabel ingatan Hans kembali terhubung, dia terkejut. Hans ketakutan dan spontan mundur beberapa langkah hingga jatuh terduduk. “K-kalian?” “Dengan segala hormat, Raja memerintahkan Anda menuju ke istana! Pelantikan Anda menjadi Raja Baru akan segera dimulai!” u
Noel menatap lurus ke arah Neirda. Tangannya tiba-tiba gemetaran, jantungnya berdebar-debar. “Siapa makhluk ini? Auranya kuat sekali!” Nina perlahan mundur beberapa langkah, tiba-tiba tubuhnya ambruk bertekuk lutut. “Ada apa dengan diriku? Mengapa tekanannya kuat sekali?” Ladrof yang biasanya spontan menyerang, dia terdiam berpikir dua kali. “Entah mengapa firasatku buruk soal ini … dia bukan lawan yang bisa dihadapi walau bersama-sama!” Sementara Gavazo berpikiran sama dengan Ladrof, dia memilih diam tak menyerang. “Neirda si penyihir?” ucap Xena lirih. Hans spontan melepas baju kebesarannya dan kembali mengenakan jas labnya. “Kau benar! Kita harus segera pergi melanjutkan perjalanan. Aku juga cemas dengan Zora.” Xena terperanjat. Mendengar Hans mengucap kata Zora membuat perasaan Xena mendadak gelisah tak keruan. Xena tampak lesu. Namun, karena situasi tak mendukung, dia mencoba menahan diri tak bertanya pada Hans. “Xena,” uc
Suasana berubah mencekam. Neirda bertingkah aneh. Dia mendadak mengeluarkan aura hijau pekat dengan tekanan terasa puluhan kali lebih berat. Noel tak kuat menahan tekanan aura dahsyat Neirda yang mendadak hilang kendali, di sisi lain Xena langsung terjatuh pingsan. “Mustahil! Kekuatan ini melebihi Monster! Sangat berat! Tubuhku tak kuat lagi ….” Bruk! Noel mendadak ambruk terjatuh. Kakek tua misterius itu spontan mengubah wujud dan penampilannya. Dia menjadi seorang gadis belia cantik, berkacamata dengan rambut biru panjang berkepang dua. Mengenakan armor kuning keemasan dibalut selendang merah. Perempuan itu juga mengenakan mahkota unik, dan di atas kepalanya terdapat tiga lingkar cincin halo menyala-nyala. Masing-masing tangannya terikat rantai. Tiba-tiba di hadapan gadis itu muncul sebuah senjata palu raksasa tanpa diawali merapal sihir. Aura hijau Neirda berubah merah mendidih dan meningkat ratusan kali li
Tumpukan berkas penelitian berserakan di atas meja, se porsi snack utuh tak tersentuh. Dengan tangan kanan memegang bolpoin, kepala bersandar di atas meja, tampak Robert Hans tertidur pulas. Jam digital menunjukkan pukul sepuluh lebih lima menit pagi, ruangan Hans tampak tertutup. Dari luar pintu terdengar suara bel berbunyi. Ting. Tong. “Tuan Hans, Anda di dalam?” suara perempuan dari luar pintu. Tak ada jawaban, bel kedua kembali berbunyi. Ting. Tong. “Tuan Hans saya Dhea, Anda di dalam?” Tetap tak ada jawaban. Dhea, perempuan berkacamata dengan mengenakan jas lab dan setelan celana jeans hitam membuka pintu ruang Hans. Dhea terkejut, menyadari ternyata pintu ruangan tak terkunci. Sambil membawa tumpukan berkas, Dhea masuk ke dalam. “Maaf Tuan Hans saya masuk ruangan Anda ….” Hawa dingin ruangan terasa menyembul keluar setelah pintu terbuka. Blak! Pintu berdecit kembali
Sampai di depan lift, dari lantai tiga Hans menekan lantai bawah sambil memasukkan kode rahasia, sementara Dhea berdiri di belakang Hans. “Jadi, Dhe belum tahu kalau ruangan ini berada di bawah tanah?” tanya Hans. “Bawah tanah? Bukannya di lantai dua sacred room-nya?” “Ya benar tapi sudah banyak yang tahu ruangan itu, ruangan ini beda, kamu pasti terkejut.” “Paling-paling ruangan itu isinya koleksi barang-barang alien semua.” ucap Dhea asal menebak. “Tidak,” “Lihat saja di sana.” timpal Hans menyeringai. Lift terbuka, Hans dan Dhea berada di dalam lift menuju lantai bawah. Di dalam lift suasana agak canggung, Dhea yang telah bekerja selama delapan tahun di lembaga penelitian Hans tak pernah menyangka diajak berkeliling oleh atasannya itu. Pekerjaan Dhea hanya seorang asisten, memberikan berkas laporan kepada Hans, serta mengawasi para karyawan atas perintah Hans. Sambil menunggu, Han
Hans sejenak menatap lurus wajah masing-masing robot pelayannya. “My Candy, beralih ke mode perang!” Para robot pelayan dengan serentak berubah penampilan. Hanya dalam hitungan detik, mereka langsung bertransformasi menjadi beragam pasukan elite, robot nano hologram beragam jenis. Mereka dilengkapi armor pelindung dan beragam senjata laser-gun, ion bomber, double metal high-sword dan berbagai jenis future weapon unik yang belum pernah ada. ** Plak! Plak! Hans menepuk tangan dua kali, dan muncullah sebuah tablet hologram di depannya. Hans lalu men-setting dan beralih ke mode admin, mengetikkan sebuah kode dan menekan tombol aktivasi. Alarm berbunyi. S
Hans berada di sisi kiri, sementara Dhea di sisi kanan. Hitungan waktu berjalan, perburuan robot dimulai. Zab! Zab! Zab! Tembakan laser Hans begitu cepat melesat mengenai robot pelayan yang tiba-tiba muncul dari arah depan menembakinya. Di sisi lain, Dhea mencari tempat berlindung yang aman untuk bersembunyi. Dia tampak cemas, wajahnya ketakutan. Perburuan robot berjalan ke hitungan delapan belas. Salah satu robot pelayan tiba-tiba menyerang Hans dari arah depan, dengan senjata double sword. Saat pedang dihunuskan ke arahnya, dengan bantuan teknologi nano di lapisan pelindung yang dipakai Hans, membuatnya dengan sigap menghindar serangan. Hans berhasil membidik tepat sasaran mengenai kepala robot, dan headshot! Robot pelayan hancur seketika menjadi kepingan hologram. Hitungan berjalan ke sembilan belas. Dhea belum memburu satu pun. Sebuah unit Robot pelayan t