PoV. Author
Usai berdansa, Putri dan Rama menuju stan makanan. "Kamu sih nggak percaya, aku bilang kan dari awal aku nggak bisa dansa," ujar Putri sambil memasang wajah semenyesal mungkin. "Enggal papa, seru juga kok namanya juga belajar. Lain kali kita coba lagi ya," Rama tersenyum manis sambil mengusap puncak kepala Putri . "Jangan deh, nanti yang ada kaki Mas Rama jadi luka parah." Gurau Putri. Mereka berdua pun tertawa. "Mitha kemana ya? Gumam Putri setelah menyadari Mitha sejak tadi menghilang. Putri mengedarkan pandangan nya sampai matanya menangkap keberadaan Mitha yang sedang berbincang dengan rekan kantor mereka di bagian marketing.
"Put, Mas angkat telpon dulu ya." Rama menunjuk ponselnya. Putri menjawabnya dengan anggukan. Rama pun menjauh menerima telponnya. Putri langsung berbalik menghadap meja prasmanan yang sudah terhidang beberapa jenis kue yang tampak sangat lezat. Putri meraih piring kecil yang ada di sana lalu meletakan
PoV. AuthorJam sepuluh malam Putri tiba di apartemen. Ia langsung menuju kamar, mengabaikan Azka yang duduk di sofa dengan mata yang terus memperhatikan gerak-gerik Putri. Azka berniat menghampiri Putri, namun harus mengurungkan niatnya saat mendengar bel berbunyi. Padahal mulutnya sudah benar-benar sangat gatal ingin memarahi Putri karena sikap acuhnya itu. Azka beranjak membuka pintu. Azka terkejut bukan main melihat kedatangan dua orang temannya yang tanpa kabar langsung datang ke apartemennya. Astaga! Bagai mana jika mereka melihat ada Putri di sini?!"Azka! Hoy! Kamu kenapa?" Tanya salah satu temannya yang bernama Adit. "Kenapa bengong gitu?" Kata temannya yang bernama Dodi. "Ah, nggak papa, ayo masuk bro!" Azka mundur ke belakang memberi ruang untuk kedua temannya masuk ke dalam apartemen nya. "Karena kamu udah jarang ngumpul bareng kita, jadi kita kesini deh," jelas Adit.Mereka menaruh makanan ringan dan min
PoV. AuthorSetelah pulang kerja dari cafe milik Dimas, Putri di jemput oleh Rama dan di minta menemaninya makan malam. Putri tidak mungkin menolak Rama yang sudah berbaik hati padanya, kan? Kemarin Rama menawarinya sebuah motor metik milik ibu nya yang sudah lama tidak di pakai karena ibunya sudah ada supir. Meski awalnya Putri menolak, tapi Rama terus memaksanya untuk menerimanya. Putri sangat senang bisa terbebas dari macetnya ibu kota dan tidak perlu susah-susah bangun cepat untuk berangkat lebih pagi."Maaf nih, Put. Habis Mas nggak suka makan sendirian. Kalau ada kamu kan jadi ada teman ngobrol." Rama tersenyum sembari memakan nasi gorengnya."Nggak papa, Mas santai aja enak kok kan jadi bisa makan gratis.""Oke, sering juga gak papa nih?" Canda Rama. Senyumnya pun terukir sempurna saat melihat Putri sangat lahap menikmati
PoV. AuthorHari ini Putri diajak zumba bersama dengan Tantenya. Dalam sesi zumba Putri menjadi orang yang paling terlihat karena gerakan bersemangatnya. Menurutnya kegiatan seperti ini adalah kegiatan yang mengasikan seperti bermain. Setelah zumba selesai barulah Tante Iren mengajaknya makan siang sambil menemui Rubbi. "Kamu makannya banyak banget!" Tante Iren menatap satu per satu makanan yang dipesan Putri. Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran favorit keluarga Putri, menunggu kedatangan Rubbi."Ingat jangan bikin malu, jaga bentuk badan jangan sampai gendut!" Tante Iren menatap Putri yang sedang makan dengan tatapan Jijik. "Emang kenapa kalo gendut? Yang penting kan kenyang, Tan" bela Putri. "Nggak takut Azka di ambil sama perempuan lain?" Tanya Tante Iren dengan sarkas. Bukan nya sudah tahu?, Jawab Putri dalam hati."Sorry lama, Ma," Rubbi
PoV. Author"Putri!" Azka berdiri mendapati Putri yang mengantar kuenya. Matanya meneliti dari atas sampai bawah. Mungkinkah gadis nakal itu bekerja di toko kue ini? Dilihat dari pakaiannya Azka tidak mungkin salah."Bie.. kenalin ini Putri, sepupu Azka," ucap Dodi."Sepupu?" Rubbi menaikan satu alisnya. Putri langsung menoleh melihat Rubbi yang duduk tepat di samping Azka yang masih berdiri. Sepupu nya itu tampak cantik dan elegan seperti biasanya. Azka yang tampan dengan Rubbi yang cantik. Begitu serasi Putri mendengus pelan."Iya sepupu Azka dari kampung, Bie." Sahut Dodi lagi. "Dia kerja di kantor Azka, tinggal di apartemen Azka juga lagi. Kamu nggak cemburu kan?" Kali ini Dodi mencoba menggoda Rubbi. Rubbi hanya tersenyum saja menanggapinya.Putri merasa air matanya akan keluar, tapi ia berusaha menahannya. Rubi maupun Azka tidak ada yang berkeinginan mengak
PoV. AuthorSejak Rama meminjamkan motor metik itu untuknya, Putri tidak pernah lagi bangun lebih awal seperti sebelumnya. Malah, Azka yang terlebih dulu bangun dan pergi ke kantor. Sekitar pukul tujuh Putri baru menyelesaikan mandinya. Putri berani keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit tubuhnya, karena ia yakin Azka sudah pergi sejak tadi. Dengan kaki berjinjit ia berjalan kearah lemari, dengan santai ia mencari baju yang akan ia pakai hari ini. Sebelum memakai pakaian seperti biasa Putri akan menggunakan hand body lotion ke seluruh tubuhnya, tanpa rasa sungkan ia melepas handuk yang menggantung di tubuhnya, lalu mulai membaluri hand body dari tangan hingga kakinya. Saat tengah sibuk membaluri tubuhnya dengan hand body, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka. Refleks Putri berbalik. Bola matanya membesar sempurna menatap sosok Azka yang tengah berdiri mematung di ambang pintu. Entah mengapa kakinya me
PoV. AuthorMalam ini, Putri sudah siap berangkat ke acara ulang tahun ibu mertuanya. Ia terpaksa harus ijin pada Dimas karena tidak dapat masuk bekerja.Putri terlihat cantik dengan gaun malam berwarna abu-abu pastel yang ibu Azka belikan untuknya. Sebuah gaun yang tanpa lengan dengan panjang sebatas lutut. Untuk make up dan tatanan rambutnya, Azka menyewa penata rias datang ke apartemen mereka. Sementara Azka sudah siap dengan tuxedo hitam dengan kemeja hitam juga di dalamnya. Ia terlihat tampan dan berwibawa di saat bersamaan. Dalam perjalanan Azka maupun Putri diam saja, tak ada yang berniat memulai percakapan. Sesampainya di halaman besar kediaman Pratama, Azka langsung turun dari mobil meninggalkan Putri."Malam, Mas Azka," sapa satpam yang bekerja menjaga mobil para tamu yang sudah datang. "Malam, Pak Nisan." Azka tersenyum sambil menjabat tangan pak Nisan. "Putri, cepat sedikit!" Seru A
PoV. AuthorPara tamu undangan telah pulang menyisakan keluarga inti mereka. Putri berpamitan dengan Ibu dan Ayah Azka. Berbeda dengan Rubbi yang justru mengambil kesempatan untuk mendekati Azka."Mas, besok jalan yuk?" "Hmm besok? Nanti deh Mas kabarin lagi."Senyum Rubbi melebar dengan sempurnanya sesaat mendengar jawaban tersebut. Ia merasa Azka masih mementingkan dirinya di bandingkan dengan Putri. Rubbi mengulas senyum tipis yang terlihat sangat berbeda dengan sikapnya saat ini.Mamah Rama mendengus menatap Rubbi dengan sinis dari tempatnya. Ia sudah tahu ada hubungan terlarang antara sahabat anaknya itu dengan gadis licik itu, ia sempat melihat mereka saat sedang berlibur di UK bersama teman-temannya. Ia benar-benar tak suka dengan Rubbi yang berani bermain di belakang Putri, begitu juga Azka yang tega membohongi Putri. Mereka akan aku kasih pelajaran!
Kini langit terlah menghitam menjadi malam yang bertabur bintang-bintang. Malam ini Azka akan menemui Rubbi. Ia sudah menerima ajakan Rubbi untuk makan malam bersama. Namun saat keluar dari dalam kamar, Azka melihat Putri yang berdiri berhadapan dengannya."Ngapain masak banyak banget gitu? Aku mau makan diluar.""Emang nggak boleh?"Azka menghela napas seraya mundur dua langkah kebelakang memberi ruang untuk Putri bisa masuk ke kamarnya. Azka kembali menutup pintunya, mengurungkan niatnya yang ingin pergi. Ia mengikuti Putri yang berjalan kearah lemari pakaian."Mau ngapain pakai gaun segala?" Azka berdiri di samping Putri masih menunggu. "Put...," Azka memperingati Putri yang masih sibuk mendiaminya. "Mas Rama mau makan malam disini sama Mamahnya, kenapa si?" Putri melirik Azka yang duduk diam saja dengan raut tak terbaca.