Share

Chapter 06 Ranjang Bergoyang

⛔Chapter 06 Ranjang Bergoyang

________

Jack tidak menghiraukan permintaan Hien. Baginya perempuan di depannya itu adalah nona Wang Yihan. Jadi wajar bila saat ini mendapatkan hukuman darinya. Selama ini ia sudah terlampau sabar. Bahkan membiarkan harga dirinya terinjak-injak. Ia rela demi seorang Wang Yihan.

"Ja-ja-jangan mendekat!" tekan Hien, kali ini ia memberanikan diri , bahkan sanggup menekan dada bidang di depannya. Agar tetap menjaga jarak.

Plak!!

Namun satu tamparan telak menyingkirkan tangan Hien.

"Auhkh!!" Hien merintih, sembari memegangi pergelangan tangannya yang terasa seperti patah. Sembari meringis ia melakukan gerakan sedemikian rupa, memastikan tak ada cidera dialaminya. Akibat tamparan telak tadi.

Jack tidak peduli seberapa Hien memasang wajah ketakutan, atas sikapnya. Ia terus mendekati Hien , hingga tak berjarak. Otomatis membuat tubuh Hien tertahan pada tepi ranjang.

"Jangan ...." rintih Hien . Untuk yang sekian puluh kalinya. Ia mencondongkan tubuhnya ke belakang, tak mau wajahnya diterpa oleh nafas Jack yang berbau alkohol. Itu membuat perutnya kembali mual.

"Huek! Singkirkan mulutmu, Tuan!"

"Hahaha! Sok suci! Bukankah biasanya tubuhmu disiram Baijiu?!" ejek Jack. Tahu siapa nona Wang Yihan.

Hien mengerucutkan bibirnya, "Sudah kukatakan! Tuan salah orang!"

Jack mengulum senyum kecut, atas sikap sok suci perempuan di depannya. Tanpa ragu! Tanpa belas iba! Semenit kemudian, ia mendorong ujung pundak Hien, yang sudah condong ke belakang . Maka dengan mudahnya , tubuh ramping itu mendarat telak di atas ranjang empuk.

"To-to---tolong!" Hien berharap ada dewa datang menolongnya. Tapi, itu mustahil. Kegaduhan pada kamar kedap suara ini, tak memungkinkan dewa berhasil mengirim penolong.

"Jalang! Sudah melayani berapa bos tadi?!" olok Jack, tak ubahnya menganggap Hien sampah. Lalu merenggangkan kaki jenjang itu . Agar supaya memudahkannya memberikan pelajaran.

Hien menggigil ketakutan, mundur . Ia tak mau pasrah begitu saja---- karena melihat Jack sudah membuka gesper. Lalu menarik resleting, membuat Hien tak sanggup menyaksikan apa yang dilakukan pria asing di depannya.

Tarikan gesper itu membuat Hien kian tersedu. Jack melingkarkan pada sebelah tangannya.

Insting Hien sudah menduga, keburukan menimpa dirinya. Ditambah lagi dengan santainya Jack membuka satu persatu kemeja putih yang dikenakan, lalu melempar ke sembarang arah . Hien memaksa mata sipitnya membeliak. Ia sedang menandai. Pandangannya tertuju pada tato naga yang berada di dada bidang Jack. Bukan pedang daging tanpa penutup.

"Kamu adalah sampah, yang harusnya bersyukur aku tiduri," olok Jack, di tengah tangannya terus menanggalkan satu persatu pakaian yang menutupi tubuh atletis .

"Ucapkan terima kasih padaku, jalang," imbuh Jack, dengan nada begitu sinis , suaranya pun datar, dan sangat lirih.

Hien menelan ludah dengan porsi dol. Tapi bukan karena melihat tubuh Jack yang sudah polos, dengan pedang daging teracung. Tanpa satu benang pun tersampir.

Jack mengulum senyum menakutkan. Ia kembali mendekati tepi ranjang, setelah tadi mundur 3 langkah menanggalkan pakaian. Mata Hien tertuju pada tangan Jack yang masih memegang Gasper, setelah dilepaskannya tadi. Seakan itu akan mengambil nyawanya, bila tak kooperatif. Itu insting Hien. Atas situasi ini.

Jack sudah di tepi ranjang, sementara Hien mundur , meringkuk di sudut dinding . Tak lagi sanggup melihat sosok pria asing di depannya, sudah dengan tatapan ingin menikmatinya , jakunnya terlihat naik turun. Bak melihat santapan lezat serupa hot dog. Dan ingin menyantap detik ini juga. Selagi panas.

Hien memeluk erat tubuhnya. Dengan tangisan beranak sungai. Berusaha menyembunyikan auratnya. Tapi Jack langsung menarik satu kakinya, dengan paksa dan dengan kasarnya. Memaksa tubuh ramping Hien terseret hingga tepi ranjang.

"Cepat lakukan service terbaik, Wang! Seperti yang kamu lakukan pada mafia lainnya!" tekan Jack, kini posisinya sudah menjambak rambut Hien dengan begitu keras, hingga membuat Hien merintih.

"Sa-sakittt." Tampak urat leher Hien menonjol, menahan sakit pada kulit kepalanya. Jack semakin menjabatnya dengan begitu erat.

"Cepat berikan service terbaik!" bentak Jack, menekan wajah Hien pada area bawah pusarnya.

"Atau aku akan mengikatmu!" ancam Jack, membuat Hien berpikir sejuta kali. Kala mata elang Jack melirik pada tangan kirinya.

Tak bisa dijabarkan betapa ketakutan Hien saat ini, ketika satu tangan Jack memutar-memutar tali Gasper, sehingga menimbulkan bunyi pada besi pengaitnya. Ini bukan sebuah ancaman semata.

Dengan wajah sudah tanpa sekat, pada vitalitas pria didepannya, Hien memekik , seraya mendongak, "A-anda salah orang!" Berharap Mafia mabuk di depannya itu sadar.

Jack tak peduli pekikan Hien. Meskipun mulai menangis. Bahkan sejati jadinya.

Hien sadar dengan apa yang menimpa dirinya. Tapi pada akhirnya membuka mulutnya lebar-lebar, melakukan apa yang diinginkan oleh Jack. Padahal ini kali pertama melakukannya. Dibawah intimidasi, membuat Hien secara naluriah bisa memberikan yang terbaik. Ditengah tangis terus beranak sungai.

"Aku belum pernah melakukan ini," ucap Hien, setelah melepih yang ada digenggamnya. Tadi di cekalnya dengan erat.

Terlalu naif bila Jack tak menikmati permainan mulut nona Wang Yihan, refleks matanya memejam , bahkan tanpa sadar mendesis. Meskipun rasa marahnya belum juga reda. Seruas jari pun.

Jack yang tadi bokongnya maju mundur. Ketika Hien melakukan apa yang diminta, sebelum akhirnya berkata dengan polosnya. Membuat Jack memalingkan wajahnya sembari mendesis, "Saahh." Rasanya tak rela Hien melepaskan permainannya.

Kemudian, "Cuhh!!" Ia kembali meludah. Jack muak dengan akting nona Wang. Lalu menyeka sudut bibirnya, sebelum akhirnya pandangannya kembali teralih pada tubuh polos didepannya. Tinggal menyisakan nilon hitam.

Kemudian Jack menyeringai, tatapannya enggan lepas dari itu. Tertuju pada lembah Surgaloka yang disembunyikan dibalik nilon hitam. "Lepas! Atau aku yang melakukannya!" ancam Jack.

"Ja-ja-jang! Sudah aku katakan berapa puluh kali , Anda salah orang tua!"

Hien sangat paham apa yang dimaksud oleh Jack. Ia tak mau melakukan ini. Sungguh ia bukanlah orang seperti itu.

"Hahaha! " Jack mendongak.

Lalu menatap setiap inci tubuh Hien, "Kau yang salah orang! Selama ini kau menganggap ku remeh!" Kali ini Jack mencengkram kuat dagu Hien. Hingga tak berjarak.

Hien memejam tak sanggup menatap mata elang di depannya.

Kemudian Jack mendekatkan mulutnya pada cuping Hien yang memalingkan wajah, "Aku sungguh membencimu, Wang! Sekarang aku membencimu!!"

'Wang Yihan ?' pikir Hien lagi.

"Aku bukan Wang Yihan! Tuan kamu mabuk! Aku bukan Wang Yihan!" Hien berusaha meyakinkan sembari berusaha melepaskan diri dari pria yang sudah terlihat sangat bernafsu itu.

Namun Jack menarik kuat tubuh Hien yang berusaha mengisut, mundur.

Jack memicingkan sebelah matanya, "Kau memang bukan Wang Yihan yang kukenal. Kau hanyalah Wang palsu. Dan ini aslimu Wang!"

Lalu Jack mendorong tubuh Hien hingga terlentang.

"Buka! Atau akan merobeknya!" ancam Jack, Hien paham maksudnya.

Disertai hujan salju turun di luar sana, Hien melakukan dengan sadar--- apa yang diminta oleh Jack.

"Wah ...." Jack berdecak. Matanya yang tajam menandai tiap titik sensitif.

Hien cuma bisa pasrah, telentang tanpa perlawanan berarti. Menangis'! Itu yang dilakukannya, wajahnya berpaling kedua tangannya mencengkram erat alas ranjang.

Jack mencondongkan tubuhnya, Ia terlihat mengendus, "Tubuhmu benar benar mulus ternyata. Hahaha .... Tapi setelah ini, apa kau masih bisa membuat tubuh mulus mu ini sebagai jebakan kaum pria lagi? Karena aku akan menghancurkan mu malam ini juga! Aku akan menikmati kamu secara berkelas, jalang!"

Hien tersengal. Perutnya yang tipis terlihat naik turun. Ia sangat ketakutan, sampai gemetaran . Terus memalingkan wajahnya ketika Jack sudah merangkak ke atas tubuhnya.

"Apa salahnya menikmati kamu terlebih dahulu, sebelum aku memberikan tubuh telanjang mu pada anjing penjaga di luar sana. Aku punya hak, karena kau sudah banyak menghabiskan uang dan mempermainkan perasaanku ...!!"

Bersamaan dengan itu, Hien hancur. Kesuciannya direnggut kasar oleh Jack yang sudah dibawah pengaruh minuman beralkohol. Ditambah lagi obat kuat, maka sangat lama Jack menodai Hien.

Hien pasrah kala tubuhnya dinikmati, hanya bisa meringis menahan nyeri sembari mencengkeram erat alas ranjang, hingga tak beraturan.

"Tuan! Och .... Berhenti. Apa yang kau lakukan? Tolong lepaskan aku! Kau salah orang!" Ditengah tubuhnya naik turun, Hien tak henti menyadarkan pria yang terlihat sangat menikmatinya itu. Tapi Jack tak menggubris. Ia membalik tubuh tanpa pakaian itu ke bawah tubuhnya.

Hien pasrah, ia tertelungkup. Sebelum akhirnya pinggangnya dicekal erat. Tubuhnya terhuyung ke depan dan belakang. Tapi tidak lantas jatuh, tangan kekar Jack bertengger pada pinggangnya.

"Ah … Ah! Tu-tuan .... Shh. To-to---tolong lepaskan aku! Aku bukan Wang!" Hien berkata , suaranya bercampur dengan desahan yang tak sanggup ditahannya. Berusaha melawan? Itu tak mungkin. Tangan kekar dan tenaga itu tidak mungkin bisa ia imbangi. Hien kelelahan. Kini lemas tanpa tenaga. Hanya bisa menangis dan terisak, diselingi desahan tak terkontrol ketika Jack dengan bejadnya melahapnya.

"Ohhh! Jalang! Kenapa kau sangat nikmat! Sshh!" umpat Jack, ditengah aktifitasnya mulutnya meracu.

Hien pasrah. Membiarkan Jack memainkan segala pernik-pernik miliknya.

Setelah melakukan hingga beberapa kali. Jack lelah. Ia pun tertidur . Begitu juga dengan Hien , yang sudah di rudapaksa.

Hangatnya AC, membuat kantuk Jack terusik. Ia menggeliat, tapi matanya terbelalak, dan langsung membekap mulutnya sendiri.

'Siapa? Siapa dia? Bukannya semalam aku main dengan .... Ah.' Otak Jack blank.

Pikiran Jack kalut ketika melihat tubuh mulus di disampingnya. Memang keduanya tak lagi sempat memakai selimut.

Dada Jack berdesir. Perempuan asing itu berbantalkan tangannya pula . Tapi beda orang. Sekilas saja Jack sudah bisa melihat perbedaan itu, perempuan ini berambut pirang, sementara Wang Yihan pekat.

Lidah Jack kelu, untuk sekedar menelan ludah pun tak mampu dilakukannya. Padahal awalnya semalam itu nona Wang. Ia ingin memberi pelajaran dengan meniduri terlebih dahulu, sebelum akhirnya kemudian memberikan kejutan pada Jo---kakaknya Wang Yihan. Karena sudah mempererat adiknya, untuk menguras uangnya juga yang lainnya. Wang dijadikan umpan, untuk menekan persaingan mereka. Dalam bisnis barang haram dan obat bius. Parahnya lagi nona Wang Yihan menikmati itu.

Jack mampu menelan ludah. Masih sangat dirasa, ia sendiri sangat bergairah dan menikmati permainan itu semalam, padahal kenyataannya salah orang.

Kali ini Jack benar-benar bingung. Ia tak berani bergerak, takut bilamana perempuan itu histeris. Karena masih teringat olehnya, meski samar. Semalam Wang berontak, berarti perempuan inilah yang semalam berontak.

"Aku harus bagaimana?" gumam Jack, tanpa sadar suaranya menelisik masuk pendengaran perempuan yang masih terbuai mimpi buruknya.

To be continued .... ✍️ JM

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Any Anthika
Bagus banget. lanjut Thor.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status