PERTEMUAN
Banyak yang berkata bahwa setelah pertemuan pertama, akan ada pertemuan yang lainnya. Kalau memang begitu adanya, maka kau akan selalu bertemu dengan orang itu dalam suatu hubungan.
“Kami adalah vampir. Lebih baik kau pergi.” Ketus Rowman.
Mata hazel Mayya membesar. Lagi, ia harus berurusan dengan orang aneh yang lainnya. Setelah sebelumnya ia harus berlari mencari tempat perlindungan, kini ia harus kembali dihadapkan pada sosok bermata merah.
“Daddy..” Tatiana berjalan maju selangkah lagi. Ia memberikan senyuman hangat untuk tamu barunya itu. Wanita itu memiliki mata merah juga sama seperti lelaki muda disampingnya, namun melihat kedalamnya Mayya mampu merasakan sengatan hangat yang menyenangkan. Hatinya tenang setelah wanita paruh itu mulai berbicara “Kami tidak jahat, Mayya.”
“Benarkah..” cicit Mayya. Ia memeluk erat Jackson yang kini tertidur. Entah sejak kapan anak itu sudah memasuki alam mimpinya. Padahal baru beberapa menit yang lalu bayi itu memekik senang karena ia melihat pemandangan di sekitar sini.
“Perkenalkan, namaku Tatiana.” Ucap wanita itu memperkenalkan diri dihadapan Mayya. Ia rasa wanita itu memilki kasih sayang dalam dirinya. Dengan ragu, Mayya menganggukan kepalanya.
“Apa itu?”
Mata Mayya membesar. Semula ia kira sosok didepannya takkan bertanya hal demikian. Ia juga tak tahu mengapa ia berada dirumah ini. Kakinya berjalan begitu saja. suara yang begitu menggetarkan dirinya terdengar sangat waspada. Mata merahnya nampak penasaran melihat apa yang berada dalam pelukannya.
“Bayiku..” Mayya membuka bungkusan yang melilit tubuh Jackson. Tak lama ia mendengar suara pekikan yang dikeluarkan oleh sosok wanita didepannya. Tatiana memegangi dadanya terkejut.
“Tidak. Tidak bisa. Kau tidak bisa tinggal disini.” Sergah pria muda itu dengan cepat. Ia hampir saja kembali menutup pintunya. Bahkan wanita yang tadi terlihat ramah hanya bisa terdiam melihat lelaki disampingnya sudah hendak menutup pintu.
“Tidak, Tunggu. Tolong aku. Kau harus menolongku.” Ucap Mayya cepat. Ia tak bisa pergi begitu saja dari tempat ini. Banyak orang yang akan mengincarnya, termasuk orang seram itu. Ia tak mau kembali merasakan cekikan kuat dilehernya seperti tempo hari.
Alis Rowman naik setengah. Untuk apa dirinya harus menolong gadis ini. Ia tak mengenalnya. Lagi pula Rowman sangat anti dengan manusia. Ia benci berdekatan dengan manusia. Karena baginya, manusia adalah makhluk paling jahat yang pernah ditemuinya. Dan paling lemah.
“Tolonglah.. kau harus menolongku. Siapapun kau... aku mohon.” Pintanya Iba. Mayya tak tahu lagi harus meminta kepada siapa lagi. Rumahnya yang terletak ribuan kilometer dari tempat ini sudah hancur karena serbuan makhluk itu.
“Aku tak melayani manusia sepertimu.” Rowman berucap ketus. Wajah pria itu mengeras dan menatap tajam ke arah Mayya.
“Aku tahu kau vampir. Tapi setidaknya ijinkan aku untuk tinggal disini. Apa kau tidak memiliki rasa kepri-vampiran?” ibanya.
Dahi Rowman mengerut. Gadis ini lucu, tapi tak cukup menghiburnya. Sekali lagi Rowman menarik daun pintu itu masuk. Ia sudah tak peduli jika kaki gadis itu patah sekalipun. Ia sudah bertekad takkan berurusan dengan manusia. Ia terlalu jijik melihat mereka.
“Tolonglah..! kami sedang dikejar oleh pria aneh bermata sama denganmu.” Teriaknya.
DEG
“Mereka hampir mencekikku dan membunuh bayiku. Aku mohon ijinkan aku tinggal disini.” Jelasnya dengan semua kepasrahan yang ada pada dirinya. Mayya tak tahu lagi harus bagaimana menjelaskannya. Ia butuh berada didalam rumah ini. Ia tak peduli dengan fakta bahwa saat ini ia sedang berhadapan dengan dua vampir yang mungkin saja bisa membunuhnya.
Rowman terdiam membisu ditempatnya. Gadis itu dikejar oleh makhluk sepertinya? Bukankah ini suatu kejutan dimana Vampir mengejar manusia untuk membunuhnya bukan untuk memangsanya. Clannya tak pernah mengejar mangsa, mereka semua mengonsumsi darah yang secara suka rela diberikan para manusia atau mereka akan meminum darah binatan di hutan sebagai gantinya. Terdengar sangat janggal jika bangsanya mengejar manusia hanya untuk sekedar dibunuh.
“Tolonglah..” Mayya nyaris saja menitihkan air matanya. Ia jadi takut ketika memori dalam otaknya kembali memutar kejadian beberapa hari lalu, dimana sekumpulan orang menyerbu masuk kerumahnya. Mereka pasti sudah menghancurkan semua yang ada didalam rumahnya dan membakarnya. Bahkan Ia pun sampai nekad untuk terjun dari lantai rumahnya sendiri. Beruntung tak ada luka ditubuhnya. Kalau saja ia tertangkap, mungkin saat ini ia sudah tak lagi bernapas, dan Jacky. Oh Tuhan, memikirkan nasib bayinya saja ia tak mampu.
“Baiklah... akan aku ijinkan kalian untuk tinggal disini.” Rowman menggeser sedikit tubuhnya dan membiarkan gadis muda itu masuk. Setelah pintu tertutup, suasana hening menyelimuti keduanya.
Wanita bernama Tatiana menggeser tubuhnya dan mempersilahkan Mayya masuk. Mata merahnya meneliti setiap jengkal yang ada ditubuh Mayya dengan pikiran yang bermacam-macam. Mayya bukanlah gadis biasa. Dia bukanlah gadis muda yang sembarangan. Tatiana bisa mencium adanya sesuatu yang memikat dari tubuh gadis itu. bukan darah, namun sesuatu yang lain, yang mampu memikat siapa saja, termasuk kaum vampir sepertinya.
Sama seperti halnya Tatiana, Rowman pun terdiam. Mata merahnya menelusuri wajah gadis bernama Mayya. Ada rasa terpikat dalam dirinya ketika melihat gadis itu, terutama ketika pandangannya jatuh pada bibir merah miliknya. Mayya memiliki sesuatu yang tak ia sadari telah membawanya menuju tempat berbahaya seperti ini.
Kalau saja gadis itu memilih mengetuk rumah yang lain, mungkin saja ia sudah mati. Namun ada satu yang mengganjal dalam pikiran Rowman. Bagaimana bisa gadis itu bisa sampai di tempat ini tanpa terlacak oleh bawahannya. Pasti bau khas itu sudah tercium dari jarak jauh sekalipun. Tapi mengapa...
Mayya menunggu. Ia yakin pria didepannya masih ingin mengeluarkan kata. Ketika ia menatap kembali ke arah mata merah menyala itu, sekujur tubuhnya merinding. Tak ada yang lebih mengancam sekaligus menggoda selain kedua pasang mata merah menyala dibalik mata kecil itu. Ia berani bersumpah bahwa pria didepannya adalah pria paling tampan dan terseksi yang pernah dilihatnya. Meski ia tak memiliki jiwa kewanitaan yang selalu terpancar seperti Mikhaela, namun Mayya bisa merasakan aura mendebarkan itu juga.
Lalu Rowman menundukkan tubuhnya dan berbisik ditelinga Mayya. Bibir merahnya terucap sesuatu, dengan sebuah taring yang muncul dari kedua sudut bibirnya.
“Kau.. aku ingin kau menjadi makananku. Biarkan aku meminum darahmu, maka aku akan melindungimu dan juga bayimu.”
..
“Silahkan masuk. Ini adalah kamarmu.”
Tatiana mengantar Mayya dan juga bayinya masuk ke dalam salah satu kamar yang ada di rumah mereka. Setelah perjanjian gila yang dilakukan ayahnya dengan gadis itu, Tatiana menjadi kasihan. Kondisi Mayya tak ubahnya seperti gelandangan tanpa rumah.
“Wah.. kamar yang indah.” Puji Mayya. Mata hazelnya nampak berbinar-binar melihat kamar yang luas itu. Sebuah kasur berukurang single dengan sisi kanannya yang berdinding kaca. Mayya bisa melihat pemandangan diluar rumah ini.
“Ini adalah satu-satunya kamar yang memiliki kasur Mayya.” Ucap Tatiana sedikit geli. Rumah mereka memang memiliki lima kamar, tapi hanya ada satu kamar yang memiliki tempat tidur. Vampir tidak butuh tidur untuk memulihkan tenaga mereka. Untuk apa memiliki tempat tidur disetiap kamar.
“Hanya ini?” Tanya Mayya dengan alis terangkat.
Tatiana mengangguk. Namun bersama Mayya sekarang, Tatiana tak lagi merasakan haus yang kuat, berbeda ketika ia berhadapan dengan manusia lainnya saat berkunjung ke kota. Dalam tubuh wanita itu ia merasakan sesuatu yang terlarang, yang tak boleh untuk disentuhnya sembarangan.
“Terima kasih karena sudah bersedian menerimaku dan juga bayiku.” Ucap Mayya dengan tulus. Ia tahu tak seharusnya ia bersikap tenang seperti ini. Dirinya dan bayinya saat ini berada di rumah yang dihuni oleh dua vampir. Ia tahu sedikit bahwa makhluk astral itu menyukai darah, dan bisa kapan saja menyerangnya. Namun kehangatan yang dipancarkan kedua mata wanita bernama Tatiana membuatnya tenang. Wanita itu memerikan sejuta kasih yang tak pernah ia dapatkan selama hidupnya.
Tatiana memegang pundak Mayya. Sejenak ia tertegun merasakan hangat yang menjalar ke tubuhnya. Mayya, wanita muda itu memiliki sesuatu yang hangat, yang ia rindukan selama ratusan tahun belakangan ini. Sejak menjadi seorang vampir, tubuhnya dingin. Ia bahkan hampir lupa bagaimana rasanya sebuah kehangatan.
“Kau tak perlu sungkan, Mayya.” Ucapnya.
Mayya menggelengkan kepalanya. Ini terlalu banyak, setidaknya ia harus menuruti syarat yang diberikan oleh pria bernama Rowman itu. “Akan aku lakukan apa saja yang aku bisa untuk membaya semua jasa kalian.”
Tatiana tersenyum sendu. Ternyata manusia yang ada didepannya berbeda dengan manusia lainnya. Hati Mayya begitu tulus dan mudah terlihat hanya dari tutur katanya. Berbeda dengan manusia lainnya yang lebih mementingkan egonya masing-masing.
“Aku hanya tak mau tak berakhir seperti kami.” Ucap Tatiana. Wanita itu tak mengijinkan Mayya untuk membalas kalimatnya. Tatiana memilih untuk keluar dari kamar yang kini ditempati oleh Mayya.
Sedangkan Mayya, ia hanya bisa terdiam. Kebaikan hati yang terlihat dari Tatiana membuat dirinya sedikit tergelitik. Ia harusnya sadar mereka bukanlah tempat yang aman baginya untuk bersembunyi. Biar bagaimana pun kedua orang itu tetaplah vampir, yang suatu saat bisa menyerangnya. Akan tetapi lain halnya dengan mereka. Bersama Tatiana, Mayya merasakan seperti menemukan sosok keluarga yang telah lama hilang. Kehangatan wanita itu membuat dirinya tersentuh.
Dan bersama pria itu, Mayya merasakan hal berbeda. Mata merah yang serupa dengan Tatiana memiliki aura tersendiri yang kadang membuatnya takut yang terkadang.. membuatnya rindu.
...
Seorang pria bertubuh besar dengan pakaian putih panjangnya namapk menatap miris rumah yang sudah hangus terbakar didepannya. Bangunan yang sudah hancur itu merupakan tempat tinggal keponakannya yang sekarang entah berada dimana. Setelah dua puluh tahun kedatangannya terakhir ke bumi, Arion memutuskan untuk menggunakannya lagi. Ia ingin melihat wajah kedua keponakan kembarnya yang sudah lama tak ditemuinya. Namun hatinya seakan remuk melihat betapa mengenaskannya bangunan didepannya.
Hancur tak bersisa.
Tak ada bekasi kehidupan disana. Bahkan kalau pun keponakannya tak selamat, ia tak melihat sisa tulang belulang kerangka manusia disana.
Siapa yang tega berbuat seperti ini kepadanya.
Mayya, Mikhaela.
Ia tak tahu dimana keberadaan keponakannya itu.
“Tuan, kita harus bagaimana. Saya tidak menemukan satu pun tanda bahwa nona Mayya dan Mikhaela disini. Mungkin mereka sudah pindah.”
Mata Arion menatap nanar ke arah pendamping yang berdiri disampingnya. “Kalau demikian, kutugaskan kau untuk mencarinya, Max. Cari mereka sampai ketemu.”
STORYTempat ini, aku hanya merasa sangat dingin berada didalam sini. Namun ada satu titik dimana aku menemukan penyebabnya dan masih merasakan ada hangat cinta yang terselubung dibalik es yang tersimpan jauh didalam sana....Seorang gadis dengan penampilannya yang sedikit maskulin, nampak berdiri didepan jendela besar yang ada di kamar yang ia tempati dengan pandangan kosong. Jauh didalam pikirannya, ia tak pernah menyangka bahwa ia akan sampai pada tempat ini. Dirinya tahu kalau ia sudah menjajakkan dirinya untuk berada dalam pusaran maut. Bersama dengan makhluk yang ia pikir nyaris tak pernah ada dimuka bumi ini dan hanya terdengar dari cerita tua, Kini Mahkluk itu berada didepan matanya.Mayya, ia sudah hidup sejak kelahirannya di kota ini. Sejak saat dimana pertama kali ia membuka matanya, Mayya sudah mengenal seluk beluk kota ini dari warga desa yang sering berpergian ke hutan mencari kayu. Namun tak banyak, karena setelah ia beranjak usia 10 tah
AFRAID OFTidak akan ada yang tahu kapan hidupmu akan berhenti pada satu titik. Mungkin di titik yang lain, atau kembali lagi ke titik yang sama....Seorang pria nampak duduk bersadar pada kursi berlapis kulit miliknya. Rintik sisa gerimis hujan yang membasahi lahan rumahnya menjadi pusat mata merahnya memandang. Hembusan udara dingin tak terasa lagi baginya yang kini tak sudah tak bisa merasakannya. Ia sama dinginnya dengan itu. Bahkan ia sudah lupa bagaimana rasanya sebuah kehangatan.Mungkin inilah yang disebut sebagai sebuah babak baru, atau entah apa namanya. Hari ini, tepat dua jam yang lalu ia telah membuat sebuah perubahan besar dalam hidupnya. Ia telah membawa masuk sosok yang paling ia larang masuk ke dalam lingkaran yang sudah ia buat. Ia sendiri yang telah mengijinkan sosok itu untuk hidup bersama dengannya.Manusia.Ia benci mendengar makhluk itu masih tetap hidup hingga saat ini. Mereka yang
MAJESTYHanya dia yang memiliki keyakinan kuat yang dapat bertahan....Didalam sebuah ruangan yang gelap, nampak sebuah kotak besar yang terletak ditengah-tengahnya. Sesosok tubuh tengah terlelap didalam kota terbuka itu. Tubuh yang terbalut kulit pucat itu tampak seperti seseorang yang tengah tertidur diatas kasur nyamannya. Namun yang tak menyamakannya dengan seseorang yang tengah tertidur lainnya adalah pakaiannya yang terkesan aneh. Sosok itu memejamkan matanya dengan pakaian setelan jas lengkap dengan jubah yang memiliki kerah meninggi, persis seperti pakaian model pada jaman era reinasance.Tak lama ada seseorang yang nampak membuat daun pintu ruangan tersebut. Meski hanya teraram sinar api obor yang tergantung di empat sudut ruangan, namun suara renyitan pintu begitu nyaring terdengar hingga membuat sosok itu terbangun. Tak bernapas, namun kesadaran itu mulai terasa.“Ada apa Sheed?” ucap sosok itu, masih tetap memejamkan kedua matan
PANDANGANKUBolehkan aku hanya melihatmu dari kejauhan?...Seorang anak kecil nampak berjalan sendirian ditengah hutan. Iris coklatnya yang mungil nampak mencari jalan didepannya yang terasa asing. Susunan pohon pinus yang menjulang tinggi membuatnya nampak begitu kecil dan mungil didalam sana. Dengan rasa takut dalam hatinya, gadis kecil itu pun mencoba melangkahkan kakinya mencari jalan, meski rasanya sangat berat.“Halo, kau sendirian?”Gadis kecil itu pun tersentak mendengar suara yang entah berasal dari mana. Ia menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan mencarinya namun yang ia dapatkan hanya udara hampa yang kosong.“Aku dibelakangmu.”Gadis kecil itu pun berbalik dan melihat sepasang kaki yang berdiri menjulang tinggi didepannya. Kepala mungilnya didongakkan ke atas guna melihat siapa sosok yang bertanya tadi padanya. Namun sinar yang menerpa dibelakang sosok itu begitu terang dan menyilaukan, sehingga ia tak mam
HILANG KENDALIBanyak hal yang ingin terucapkan, namun hanya yang berarti yang akan tersampaikan....Mayya memasukkan sebuah teflon ke dalam oven. Ketika ia memasuki dapur minimalis dirumah ini, ia terkejut. banyak sekali perabutan mewah didapur ini. Sejenak saat terpaku melihatnya, Mayya mulai meragukan ucapan dua orang yang mengaku vampir itu. Bagaimana bisa mereka memiliki perabotan masak yang mewah sedangkan mereka tak pernah menggunakannya untuk memasak.Mereka vampir, tentu tak butuh waktu banyak untuk mengolah makanan mereka sendiri. Vampir hanya butuh darah, begitu simpulan yang dapat Mayya tangkap.Jari mungilnya, yang senada dengan bentuk tubuhnya memutar aturan waktu pada oven didepannya. Pagi ini ia memilih untuk membuat sebuah sarapan sederhana. Mungkin kue kecil untuk mengisi perutnya yang sejak kemarin pagi tak terisi. Kejadian tempo hari membuatnya hilang selera. Ia bahkan baru menyadari kalau dirinya sangat kelaparan
“Kau..” Mayya dengan reflek langsung memutar tubuhnya. Namun mata hazelnya langsung di perlihatkan dengan dada bidang milik pria itu. perlahan Mayya menaikkan pandangannya ke atas. Dilihatnya mata merah itu menatapnya dengan tatapan datar. Seketika Mayya merasakan bahwa mata itu begitu mengintimidasinya. Mata merah itu nampak memiliki arti sendiri saat bersitatap dengannya. Mungkin setelah berjam-jam ia berada disini, satu hal yang belum disadarinya. Rowman memiliki mata sipit yang berbentuk seperti musang. Mata pria itu memang memiliki ciri khas bentuk seperti orang asia. “Kau..” Rowman kembali bersuara. Suara berat miliknya menggema diruangan dapur dengan tajam dan menusuk. Mayya berulang kali mencoba meneguk air liurnya sendiri. namun mata itu kembali seperti sedang memenjarakannya. Ia hanya bergeming, mematung ditempatnya. Selalu seperti ini. Saat pertama pertemuan mereka, Rowman pun
Hate Her?Jika membencimu adalah satu-satunya jalan untuk menutup lubang dilukaku, maka aku akan melakukannya seibu kali lebih banyak dari yang bisa kau bayangkan....Mayya berjalan lesu ke arah kamarnya. Setelah kejadian tadi ia lebih banyak memilih untuk mengunci mulutnya rapat-rapat. Ia takut ucapannya akan kembali membawa boomerang baginya. Itu tidak bisa dibiarkan. Selain dirinya, ada Jackson yang mungkin akan terluka karena ulahnya. Bayi itu sudah cukup bernasib buruk kehilangan Mikhaela. Ia tak mau menambah daftar buruk kesialan hidupnya lagi.Andai saja ia tidak diserang pada hari itu, mungkin saat ini ia dan juga Jackson masih bisa menjalani hidup tenang mereka seperti biasa. Mungkin memang sudah salahnya yang memilih masuk ke dalam rumah ini.Dibukanya kenop pintu dan terlihat Tia yang sedang menimang sang anak. Tatapan wanita vampir itu terlihat sangat lembut dari pada dirinya. Caranya menggendong Jackson pun tak canggung,
Forgive MeSuasana pagi itu dikediaman Rowman nampaknya tenang, seakan kembali seperti semula. Tak ada kebisingan suara alumunium yang berdentingan, yang biasanya berasal dari dapur. Pagi ini Rowman membaca koran hariannya dengan tenang. Duduk dikursi anyaman dekat jendela, membuatnya begitu nyaman. Dari balik kacamata transparannya, bait demi bait kata ia baca dengan seksama. Entah mengapa berita pagi ini begitu menrik perhatiannya.Jasad seorang lelaki ditemukan tak bernyawa dekat dermaga. Diduga lelaki itu tewas karena serangan hewan buas.Membaca kalimat itu membuat Rowman terkikik geli. Disana diperlihatnya dengan jelas bekas gigitan yang bersarang dileher lelaki malang itu. Tentu baginya bekas itu tak asing lagi. Bukanlah hewan buas yang sanggup membunuh seorang manusia hanya sebuah gigitan. Seperti biasanya, Hewan hanya akan mengikuti nalurinya untuk berburu. Kalau pun ia lapar, bukankan akan lebih baik jika melahap seluruh tubuh mangsanya. Mengapa ha