Kepergian Tania membuat Andre sangat menyesali perbuatannya. Malam itu menjadi malam yang tak 'kan mungkin dilupakan olehnya seumur hidupnya. Ingin rasanya dia menahan sang istri pergi meninggalkannya, namun ia tahu akan kesalahan yang telah dilakukan dan tak ingin membuat Tania semakin membencinya. Dengan hati dan rasa yang berat, mau tak mau mulutnya harus mengucap kata 'SETUJU' atas kepergian Tania.
****
Kafe Villo
"Kau tak apa, Nona Tania?" tanya Alex melihat keadaan Tania yang membuat dirinya khawatir.
"Tania,"
"Apa?"
"Panggil saja aku Tania, seperti.yang kau ucap ketika bertemu dia," sahut Tania dengan suara pelan.
"Oh, okay. Tapi, are you sure, you are fine?" tanya Alex sekali lagi untuk memastikan.
Tania kemudian melihat mata Alex dengan lekat. Mata sang elang bertemu dengan mata lautan teduh milik Alex. Sungguh perpaduan yang serasi dan cocok. Namun, mata elang itu kini sayu, pilu, dan seperti kehilangan hidup. Tania kembali m
FlashbackKediaman DionSebuah balkon berukuran sedang dengan sebuah bangku dan meja kecil warna putih tampak sedang diduduki oleh seorang pria bercelana pendek warna biru dan kaos warna senada bertuliskan 'Goodbye' dengan garis-garis putih pada tulisan itu. Secangkir kopi espresso kental menjadi teman sang laki-laki itu dalam kesunyiannya. Tampak sebuah canvas, bingkai, kuas dan beberapa cat air serta sebuah foto tergeletak berantakan di tempat itu. Tangan laki-laki itu pun tampak penuh dengan bekas cat air, matanya lurus menuju ke depan pelatarab rumahnya yang minimalis, tampak sinar bulan dan bintang begitu jelas terlihat dari balkon rumahnya. Semilir angin yang berhembus menambah kesepian yang dirasakan oleh laki-laki itu, Dionysius Theodore atau sering disapa Dion.Pikirannya melayang mengingat sikapnya pada Tania hari ini. Mengapa ia sampai berbuat hal seperti itu ... mengapa ia langsung melepaskan tangan wanita yang sangat dicintainya dengan mudahnya ... men
Sheremetyevo Intl. Airport, RusiaJam telah menunjukkan pukul 7 malam waktu Rusia. Perjalanan uang ditempuh oleh Tania dan sang papa selama hampir 15 jam membuat mereka kelelaham hingg tak ada keinginan lagi untuk menikmati keindahan kota Moskow di malam hari. Cuaca begitu dingin hingga menusuk ke tulang paling dalam, pakaian yang dikenakan oleh Tania dan sang papa pun tak mampu menghalau rasa dingin yang begitu ekstrem. Maklum, perbedaan suhu serta cuaca membuat Tania sedikit terkejut ditambah dengan jetlag karena lamanya perjalanan.Setelah mereka melewati metal detector, Tania mengambil koper dan juga lukisannya, sementara papa terlihat tengah menerima telepon dari seseorang. Tak lama kemudian, papa menghampiri Tania yang sedang berdiri melihat lalu lalabg keramaian dan kemegahan bandara milik Rusia itu."Ayo, Sayang. Seseorang sudah menunggu kita." Papa merangkul bahu Tania dan dengan trolly penumpang, mereka berdua berjalan keluar pintu kedatangan bandar
Lotte Hotel MoscowTok ... tok ... tokSuara ketukan pintu membangunkan Tania yang masih tertidur dengan pulas."Tania ... Tania ... Tania ..." samar-samar seseorang sedang memanggil namanya. Sedikit demi sedikit kelopak matanya terbuka walaupun belum sempurna. Tangannya meraba-raba bantal yang ada di sebelahnya, berusaha menemukan ponsel yang ia letakkan entah di mana.Suara ketukan pintu lagi dan lagi terdengar, kali ini suara seorang wanita yang tak lain adalah Yuri sedang memanggil namanya."Nona Tania ... Nona Tania," panggil Yuri dari luar kamarnya."Kurasa dia belum bangun, Nona Yuri. Apa Tuan Lexi telah tiba di Rusia?" tanya Niko yang berdiri di sebelah Yuri."Sudah, Tuan. Dan beliau ingin bertemu dengan Anda dan juga Nona Tania sekaligus beliau ingin melihat hasil lukisan Nona Tania," jelas wanita pirang itu.Tak lama, Tania membukakan pintu kamarnya dan terlihat masih memakai piyama warna putih dengan mata yang masih belum te
Kantor Lexi Czar ExpeditionLexi yang telah selesai menjamu Tania dan papanya, Niko Wijaya langsung bergegas menuju ke kantor. Tak lupa, dia juga mengajak keduanya untuk datang guna membicarakan lukisan yang akan diserahkan sebagai hadiah pada saat acara malam nanti.Ketiganya kini telah tiba di kantor sang CEO, petugas keamanan segera membukakan pintu bagi si empunya kantor. Yuri tak lama kemudian turun dan membukakan pintu bagi Tania, sementara sang papah telah lebih dulu keluar dari mobil. Suasana di kantor pusat Lexi Czar Expedition sangat ramai, maklum ... perusahaan ekspediei yang dimiliki oleh Lexi menguasai hampir 95% pasar pengiriman barang-barang dari luar dan dalam Rusia, sehingga tak mengherankan jika semboyan perusahaan Lexi "tiada hari tanpa mengepak".Setibanya mereka di kantor Lexi, para karyawan mulai dari yang paling rendah hingga mereka yang menduduki posisi penting menyambut kedatangan sang CEO. Wanita-wanita cantik serta para pria tampan
Lotte Hotel MoscowPukul 7 tepat jam dinding telah menunjukkan waktunya. Tania yang berada di tempat dia menginap berserta sang papa akan bersiap menghadiri acara amal dan pertukaran kebudayaan antara pemerintah Indonesia dan Rusia. Tania tampil begitu cantik dan memukau dengan gaun pesta warna biru gelap bertema musim dingin serta aksesoris cincin berlian dan riasan yang alami membuat kecantikannya terpancar. Kulit yang putih, mata elang coklatnya serta tubuh bak model membuat Tania hpir mirip seperti puteri-puteri di negeri dongeng.Sesaat kemudian, suara ketukan pintu menyambangi kamar Tania yang tak dijaga oleh pengawal Lexi. Tania yang sedang merias wajahnya sekali lagi tak segera membukakan pintu sehingga membuat pintu kamarnya diketuk sekali lagi."Siapa?" tanya Tania memoles bibirnya dengan lipstik merah menyala."Sayang, ini Papah. Apa kau sudah selesai?"Mengetahui bahwa orang yang mengetuk pintu kamarnya adalah sang papa, Tania bergegas menuj
Museum State Hermitage, St. Petersburg, RusiaSuara gemerisik sepatu pantopel yang menyatu dengan lantai marmer Museum State Hermitage sangat nyaring terdengar memenuhi seluruh ruangan. Suara sepatu seorang laki-laki yang berjalan dengan langkah cepat seraya menyelorohkan matanya ke tiap sudut Museum tertua di dunia itu."Tuan Lexi, apakah Anda melihat Tania?" Niko menunjukkan ekspresi cemasnya."Ada apa dengan Nona Tania, Tuan Niko?"tanya Lexi penasaran."Aku hanya tanya saja, Tuan Lexi karena dia belum pernah ke tempat ini, jadi aku takut ....""Dia tersasar." Niko kemudian tertawa lebar."Hahaha ... Anda benar. Yah, bagaimanapun juga dia adalah permata berhargaku, Tuan Lexi." Niko menepuk bahu kanan sang kurator pelan."Speaking about jewelry, Tuan Niko ... apakah Anda bisa merancang perhiasan yang sama seperti putri Anda kenakan hari ini?" tanya Lexi menghentikan langkahnya di jendela dekat taman Museum State Hermitage."Tentu saja
Dr. Zhivago RestaurantWaktu telah menunjukkan pukul 10 malam, namun suasana semakin meriah dan restoran yang mereka datangi pun semakin ramai. Tania dan Lexi yang telah selesai makan malam segera meninggalkan restoran tersebut. Udara dingin benar-benar menusuk tulang hingga terasa ngilu, Tania yang memakai gaun terbuka mulai merasakan udara dingin merasuki tubuh sintalnya. Kali ini, kedua tangannya mengusap-usap lengannya tanpa berhenti. Lexi yang mengetahui hal itu, langsung memberikan jas putihnya dan memakaikannya pada Tania. Namun, naas bagi seorang Richard Lexi hari itu. Tak disangka dan diduga, seorang paparazzi yang menyamar menjadi pejalan kaki mengetahui dirinya dan langsung mengambil ponsel yang dimiliki paparazzi itu kemudian mengambil gambarnya.Tania yang masih terkejut dengan sikap Lexi hanya bisa terdiam, tertegun dan menerima jas miliknya dengan pasrah. Sekitar 5 menit kemudian, mobil Mercy warna hitam milik Lexi telah tiba di depan pintu keluar re
Sheremetyevo Intl. Airport, RusiaWaktu menunjukkan pukul 9 malam. Sebuah pesawat yang terbang dari Indonesia baru saja mendarat di Sheremetyevo, bandara terbesar di Rusia. Sepasang kaki baru saja turun dari tangga pesawat dan melihat sekeliling bandara dengan perasaan yang gundah gulana, dialah Andre Mahardika Prayoga. Berita mengenai sang istri akhirnya membawa kakinya menginjak negeri Beruang Merah itu. Dengan rasa cemas, kalut, khawatir dan juga cemburu dia membulatkan tekad untuk bertemu dengan sang istri dan berpikir akan meminta penjelasan darinya. Matanya menatap ponsel yang dia ambil dari dalam tas kecil selempangnya, banyak missed call ... tapi bukan dari Tania, melainkan Elliana. Hanya tarikan napas panjang yang ia keluarkan dan tak memperdulikan panggilan Elliana.Otot kaki Andre membawanya keluar dari bandara Sheremetyevo, sedikit mengalami kebingungan karena Andre baru pertama kali ke Rusia dan dia tak bisa bahasa Rusia. Matanya menyeloroh mengamati sekitar