"Leandra, kau perlu istriahat." Alice menatap Leandra khawatir. Sudah tiga hari berlalu dan Leandra bekerja tanpa henti. Wanita itu mempercepat segalanya.
Alice pikir Leandra mungkin sedang ingin mengalihkan kesedihannya karena kepergian Xaviera dengan menyibukan diri dalam pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari ke depan, dikerjakan oleh Leandra lebih cepat.
Jadwal pemotretan, jadwal syuting, Leandra meminta Alice untuk mengaturnya ulang. Leandra berpindah-pindah tempat entah berapa kali dalam sehari. Wanita itu tampak seperti orang yang gila bekerja.
"Aku akan mengambil libur selama satu minggu ke depan, jadi aku harus menyelesaikan semua pekerjaan dalam minggu-minggu ini," seru Leandra.
"Kau ingin libur? Kenapa kau tidak mengatakannya? Aku bisa mengatur ulang jadwal pekerjaanmu tanpa kau harus bekerja seperti robot, Leandra."
"Aku tidak ingin membuat orang lain menungguku," seru Leandra. Daripada memundurkan, Leandra lebih suka memajukan jadwal kerjanya. Sekarang yang tersisa hanya dua pekerjaan lagi.
Besok Leandra akan menjadi model utama untuk peragaan perhiasan, hari berikutnya ia akan terbang ke Paris untuk menjadi model di Angels Fashion Show, sebuah peragaan untuk pakaian dalam mewah. Leandra merupakan model di bawah kontrak merk pakaian dalam tersebut.
"Apakah kau akan pergi berlibur?" tanya Alice.
"Ya."
"Ke mana?"
"California."
"Aku akan menemanimu."
"Aku akan pergi sendiri." Leandra melihat ke luar jendela mobilnya yang saat ini dikemudikan oleh Alice.
Alice menatap Leandra sejenak. Ia khawatir pada Leandra, tapi ia juga tidak bisa memaksa agar Leandra mengizinkannya ikut. Sepertinya Leandra benar-benar membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya.
Melihat Leandra yang bekerja seperti orang gila membuat Alice cemas, liburan memang dibutuhkan oleh Leandra. Ia yakin Leandra tidak akan melakukan hal bodoh di sana.
Namun, apa yang Alice pikirkan berbanding terbalik dengan alasan sebenarnya kenapa Leandra ingin pergi ke California. Wanita itu bukan ingin berlibur, tapi menjalankan misi balas dendamnya pada Adelard.
Berdasarkan detektif swasta yang dibayar oleh Leandra, Adelard akan pergi ke California untuk sebuah pameran seni.
Leandra ingin membuat sebuah pertemuan yang tidak disengaja dengan Adelard. Kemudian ia ingin membuat Adelard tidak bisa melupakannya dalam pertemuan mereka nanti.
Model bergantian berjalan di panggung catwalk memperagakan koleksi terbaru Angels.
Setiap gerak gerik para model diabadikan oleh banyak kamera yang terarah pada mereka. Reporter berbaris, mengabadikan fashion show kelas dunia itu.
Entah itu busana yang mereka kenakan atau tubuh sempurna para model, semuanya tampak luar biasa. Panggung yang didekorasi dengan elegan dan nyaman. Peragaan busana kali ini akan menjadi salah satu yang terbaik yang pernah Angels selenggarakan.
Para tamu VIP terus melihat ke model di runway. Kali ini semua mata tidak bisa mengalihkan pandangan mereka sejak Leandra keluar dengan pakaian dalam berwarna putih, di belakang tubuhnya terdapat sayap yang membentang.
Leandra tampak seperti malaikat. Wanita itu benar-benar cantik dan memukau. Ia bersinar, seolah seluruh cahaya disedot olehnya. Para laki-laki tercengang melihatnya, sedangkan wanita merasa cemburu pada Leandra.
Dengan langkah pasti Leandra berjalan di atas catwalk, dagunya terangkat, matanya terlihat tajam. Kepercayaannya dirinya sangat tinggi. Seperti biasanya, Leandra menaklukan fashion show. Tidak salah jika ia menjadi supermodel dengan bayaran tertinggi di dunia.
Leandra mengawali karirnya ketika usianya masih belasan tahun, terhitung sudah lebih dari 10 tahun ia menggeluti dunia yang telah membesarkan namanya.
Telah ratusan sampul dan brand yang mempercayai Leandra sebagai modelnya. Entah sudah berapa runway desainer dunia yang ia pijaki.
Saat Leandra sampai di bagian depan panggung catwalk tanpa sengaja ia melihat sosok yang sangat ia kenali juga ia benci duduk di barisan tamu VIP.
Hanya sekejap, ia mengalihkan pandangannya. Ia terus melangkah dengan tenang tanpa terganggu sedikit pun.
Selanjutnya Leandra kembali ke backstage. Alice segera menghampiri Leandra.
Peragaan busana itu selesai sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. Semuanya berjalan dengan sangat baik. Setiap tamu yang datang ke acara itu tidak akan bisa melupakan peragaan busana itu dalam waktu singkat.
Leandra telah mengganti pakaiannya. Wanita itu megenakan dress ketat berwarna hitam yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna.
"Aku akan kembali ke hotel. Kau tetap di sini mewakili aku untuk makan malam dengan yang lainnya," seru Leandra.
Biasanya Leandra akan ikut makan malam bersama para petinggi Angels, tapi kali ini Leandra memilih untuk tidak ikut karena perasaannya masih belum baik.
"Baik, Lean."
"Aku pergi." Leandra kemudian keluar dari tempat itu melalui pintu belakang agar terhindar dari para pencari berita.
Langkah Leandra terhenti ketika seorang pria menghadangnya. "Kebetulan sekali kita bertemu di sini, Leandra."
Iris cokelat Leandra melirik si pria dengan acuh tidak acuh. "Menyingkir dari jalanku," seru Leandra dingin.
"Jangan terlalu kasar pada pamanmu ini, Leandra." Pria itu tersenyum dengan matanya yang menatap Leandra mesum.
Leandra benar-benar muak berurusan dengan pria yang tidak lain adalah pamannya sendiri itu. Ia berusaha menghindari pertemuan dengan pamannya karena hal itu hanya akan mengingatkan Leandra bagaimana tidak bermoralnya sang paman.
Bagi Leandra pria di depannya tidak pantas dipanggil paman olehnya, karena pria itu adalah predator yang kapan saja siap memangsanya. Setiap kali mereka bertemu hanya tatapan mesum dan kata-kata cabul yang didapat oleh Leandra.
"Kau tidak pernah belajar dari masa lalu, Paman." Leandra bersuara pelan. Ia mengeluarkan sebuah alat dari tasnya, kemudian ia mengarahkannya pada sang paman. "Jika kau tidak menyingkir maka aku akan pastikan kau berakhir tidak sadarkan diri di sini." Leandra tidak sekedar mengatakan omong kosong. Ia pasti akan menyetrum pamannya sampai pria itu berakhir menyedihkan di lantai.
Paman Leandra tersenyum mengejek. "Sikapmu yang seperti ini semakin membuatku bernafsu terhadapmu, Leandra."
"Bajingan sialan!" Leandra mengarahkan alat setrumnya ke perut sang paman, tapi pria itu cepat menghindar. Dengan cepat tangan paman Leandra hendak mengunci pergerakan Leandra, tapi Leandra telah belajar bela diri dengan baik, ia berhasil menggagalkan serangan pamannya. Selanjutnya, Leandra menempelkan alat setrumnya ke leher sang paman.
Tubuh paman Leandra jatuh ke lantai. Leandra menyimpan kembali alat setrumnya ke dalam tas, lalu ia melangkah tanpa peduli sedikit pun pada pamannya.
Kali ini Leandra hanya menyetrum pria itu, selanjutnya mungkin saja ia akan menusukan pisau ke jantung pria itu.
Dua pria bertubuh tegap segera berlari menghampiri tubuh paman Leandra. Salah satu dari mereka hendak mengejar Leandra, tapi sayangnya Leandra sudah lebih dahulu masuk ke dalam lift.
Ini bukan kali pertamanya Leandra berurusan dengan pamannya. Ketika Leandra berusia empat belas tahun, pamannya pernah mencoba untuk memperkosanya, saat itu Leandra masih beruntung karena ia bisa melarikan diri dari pria mengerikan itu.
Leandra tidak pernah menceritakan apa yang terjadi padanya pada siapapun termasuk kakeknya. Leandra tahu bahwa kakeknya jelas akan lebih mempercayai anaknya daripada dirinya.
Terlebih paman Leandra merupakan pria yang manipulatif dan pandai bicara. Pria itu bisa saja memutar balikan fakta dengan menyebutnya yang lebih dahulu merayunya.
Leandra memahami karakter pamannya dengan baik. Anak angkat kakeknya itu bahkan lebih disayangi daripada anak kandung kakeknya sendiri. Itulah kenapa pamannya bisa mendapatkan saham perusahaan yang hampir sama banyaknya dengan ayahnya yang merupakan anak kandung sang kakek.
Setelah kepergian ayahnya, pamannya yang mengambil alih perusahaan. Kakeknya sangat mempercayai kemampuan pamannya, meski ia telah disiapkan sebagai penerus selanjutnya, tapi pada akhirnya pamannya yang mendapatkan hampir seluruh harta warisan kakeknya. Yang tersisa untuk Leandra hanya beberapa properti dan sepuluh persen saham perusahaan keluarganya.
Leandra tidak pernah mempermasalahkan haknya yang diambil oleh sang paman. Ia juga tidak tertarik pada pekerjaan kantoran yang akan mengekang kebebasannya. Sejak kecil ia sudah dilatih keras oleh kakeknya sebagai penerus. Dan Leandra sangat muak akan hal itu.
Namun, tampaknya sang paman tidak puas dengan apa yang didapatnya saat ini. Pria itu juga ingin memilikinya sebagai wanitanya. Leandra bahkan lebih baik mati daripada harus menjadi wanita pamannya yang menjijikan.
Pria jenis pamannya merupakan jenis yang sangat Leandra benci. Sudah beristri, tapi tetap saja menginginkan wanita lain. Dan yang paling mengerikan adalah wanita lain itu keponakannya sendiri. Katakanlah mereka tidak memiliki hubungan darah karena pamannya bukan anak kandung kakeknya, tapi tetap saja pria itu dibesarkan dari bayi oleh kakeknya. Setidaknya pria itu memiliki rasa hormat terhadap ayah dan kakaknya sendiri.
Namun, sayangnya paman Leandra sudah kehilangan akal sehatnya. Yang ada di pikiran pria itu hanyalah cara membuat Leandra berada di bawahnya.
Paman Leandra menjadi salah satu alasan kenapa Leandra harus bisa bela diri, karena tidak semua pria akan melindungi wanita.
tbc
Pantai, senja dan langit jingga, hal ini bukan sesuatu yang baru bagi Adelard. Entah sudah berapa banyak ia melukis pemandangan indah itu, tapi ia tidak pernah mendapatkan kepuasan. Ia merasa ada yang kurang dari keindahan tiga hal itu.Dan kali ini Adelard tahu apa yang kurang. Ia tidak pernah menemukan model yang tepat untuk mengisi pemandangan itu. Tidak seperti sekarang, Adelard melihat seorang wanita mengenakan dress berwarna putih tanpa lengan yang tengah melihat ke arah matahari tenggelam.Wanita itu tampak begitu menikmati apa yang disuguhkan di depannya. Seolah saat ini tidak ada hal lain yang lebih menarik dari sang surya yang akan kembali ke tempatnya.Adelard tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Ia segera meletakan peralatan melukisnya dan mulai mengabadikan pemandangan s
Po sisa empat hari lagi ya, Gaes. Yang mau ikutan PO bisa wa aku di 085788190001. Kuy, cetakan terbatas.**********"Kau baik-baik saja, Adelard?" Rekan Adelard yang menyusul Adelard bertanya pada Adelard. Pria itu tampak memperhatikan wajah Adelard lalu berpindah ke kaos yang Adelard kenakan."Aku baik-baik saja," balas Adelard. Ia melihat ke kaosnya. "Aku akan mengganti pakaianku.""Baiklah. Aku akan menunggumu di lobi," balas Kane, rekan Adelard. Mereka masih memiliki acara lain setelah makan di restoran. Kane akan membawa Adelard ke sebuah club malam, pria itu telah menyiapkan hadiah sebagai sebuah balasan karena Adelard mau bergabung di pameran yang ia buat.
Hari ini close po ya, Geng. Yang masih mau Sleeping With The Enemy versi cetaknya bisa wa aku 085788190001 yes.********"Leandra Katharina." Adelard menggumamkan nama itu sembari melihat nomor ponsel Leandra yang tertera di layar ponselnya. Senyum tercetak di wajah pria tampan itu tanpa ia sadari.Ia tidak pernah merasa sebahagia ini hanya karena mendapatkan nomor ponsel seorang wanita. Adelard sedikit menertawakan betapa konyolnya ia saat ini.Adelard meletakan ponselnya di meja, tepat di sebelah majalah yang tak pernah ia lihat sebelumnya meski posisi benda
"Kau ingin memesan apa?" tanya Adelard. Ia menatap ke iris mata Leandra yang memikat."Menu utama hari ini saja.""Baiklah kalau begitu," balas Adelard.Ia kemudian memesankan makanan pada pelayan yang berdiri di sebelah Adelard. "Nona, kau mendengarkan ucapanku?" seru Adelard pada pelayan yang pikirannya entah sedang berada di mana sekarang.Wajah pelayan itu tampak terkejut. Ia segera meminta maaf. "Tolong sebutkan lagi pesanan Anda, Tuan."Adelard menyebutkan kembali pesanannnya, lalu setelah itu sang pelayan segera pergi sembari merutuki kebodohannya. Tapi, itu bukan salahnya, salahkan saja wajah pelanggan itu yang terlal
Adelard menunggu Leandra di lobi hotel. Pria itu hari ini tampak mengenakan kaos polos berwarna abu-abu tua serta jaket kulit dipadu dengan celana jeans berwarna hitam dilengkapi dengan sneakers berwarna gelap.Pria itu tampak lebih muda dari umurnya dengan pakaian yang ia kenakan saat ini. Sudah bukan hal aneh lagi jika ia menjadi pusat perhatian hanya dengan pakaian santainya itu.Menunggu beberapa menit, Adelard menemukan sosok Leandra yang saat ini keluar dari lift. Senyum di wajah Adelard mengembang. Saat ini Leandra mengenakan dress pas badan berwarna hitam dipadu dengan coat berwarna senada berbenturan dengan kulitnya yang seputih salju.Rambut cokelat gelap Leandra dibiarkan tergerai dengan indah. Wajahnya disapu dengan
“Tuan Muda, Anda datang.” Seorang pria paruh baya menyambut kedatangan Adelard. Mata pria itu beralih pada Leandra. Selama ia menjaga villa itu tidak pernah ada wanita yang dibawa ke sana oleh tuan mudanya.“Apa kabar, Paman John?” Adelard sedikit berbasa-basi.“Saya sangat baik, Tuan.”“Ah, benar, perkenalkan ini Leandra.” Adelard memperkenalkan Leandra pada Jhon.Keduanya kemudian saling menyapa dengan sopan. “Aku dan Leandra akan berada di sini untuk beberapa waktu, Paman. Paman bisa pergi sekarang, aku akan menghubungimu jika aku membutuhkan sesuatu.”“Baik, Tuan muda. Kalau begitu saya permisi.” Jhon kemudian meninggalkan villa.“Leandra, ayo masuk.” Adelard mengajak Leandra untuk masuk ke dalam villa bernuansa putih itu.Mungkin sudah sepuluh tahun lamanya Adelard tidak mengunjungi tempat ini. Biasanya ketika
Leandra tidak keluar dari kamarnya setelah ia selesai mandi. Wanita ini memeriksa ponselnya, seperti yang diharapkan dari para penggosip. Terdapat banyak foto dirinya dan Adelard di restoran.Ribuan komentar jahat menyerangnya. Menyebutnya sebagai perusak hubungan orang lain. Perempuan murahan dan lainnya.Tidak ingin membaca lebih banyak, Leandra meletakan ponselnya di nakas. Belum lima detik ponsel itu kembali berdering. Leandra meraih ponselnya lagi, melirik layarnya malas. Kevin. Pria itu pasti akan mengocehinya."Kau pembohong kecil! Katakan padaku apa maksud semua artikel yang saat ini menyebar!" Kevin langsung menyerang Leandra dengan kata-kata tidak sabarannya."Kemarin kau terdengar seperti mendiang kakekku, dan seka
Adelard terjaga lebih dahulu dari Leandra. Pria itu kini sedang menatap wajah Leandra dengan perasaan aneh yang merambat di dadanya.Melihat Leandra berada di sebelahnya ketika ia terjaga membuat Adelard merasa bahagia, sebuah perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.Telapak tangan Adelard bergerak membelai lembut wajah Leadra. Senyum mengembang di wajah tampannya kala mengingat bagaimana liarnya Leandra semalam.Kelopak mata Leandra bergerak, manik matanya yang indah langsung menangkap senyuman Adelard."Selamat pagi, Leandra," sapa Adelard masih dengan membelai pipi Leandra."Selamat pagi, Adelard." Leandra membalas sapaan itu.Untuk beberapa detik keduanya saling bertatapan dalam diam."Jam berapa sekarang?" tanya Leandra memecah keheningan.Adelard bergerak melihat ke ponselnya. "Delapan pagi.""Ah, aku tidur terlalu nyenyak sepertinya." Leandra tidak pernah bangun sesiang ini sebelumnya. Ia selalu bangun lebih awal meski ia