"Jawab aku! Kenapa kamu ada di sini, Elmira?" Adrian mengulangi pertanyaannya. Dia memindai tubuh Elmira yang memakai pakaian laki-laki.Adrian menatap Ricky, lalu berjalan mendekatinya. "Apa yang kamu lakukan pada Elmira, hah?" teriak Adrian. Dia menatap tajam Ricky dan mengangkat tangan hendak menghajar wajah innocent pria di depannya itu.Sebelum Adrian memberikan pukulan, Ricky lebih dulu menangkis tangan Adrian. Dia tersenyum kecut. "Seharusnya kamu bertanya pada dirimu sendiri, Adrian. Di mana kamu semalam? Kamu meninggakkan Elmira sendirian di acara reuni. Elmira hampir saja mengalami situasi berbahaya karena itu," ucapnya pada Adrian.Adrian menatap Elmira dengan perasaan bersalah. "Apa itu benar, Elmira?" tanyanya lembut.Elmira mengangguk sedih. Dia kembali menangis mengingat kejadian semalam.Adrian mendekati Elmira. Dia mendekap gadis itu untuk menenangkannya.Ricky kembali tersenyum kecut. Dia memalingkan muka, merasa jijik melihat dua sejoli di hadapannya."Apa kalian su
"Apa kamu tinggal di apartemen ini? Jika iya, maka mulai hari ini kita akan menjadi tetangga," tanya Adrian ketika sedang bersalaman dengan Hanna. Dia menatap Hanna terpesona. Tangannya terus memegang erat tangan Hanna, tidak ingin melepaskannya.Hanna menggelengkan kepala. “Aku kehilangan tempat tinggal karena suatu hal. Jadi, aku ke sini untuk mencari tempat tinggal baru." Hanna mengarang penjelasan. Dia menatap lekat Adrian, lalu bertanya, “Adrian, apakah tawaranmu malam itu masih berlaku?”“Tawaran? Tawaran yang mana?” Adrian mengerutkan kening, pura-pura bertanya.“Kamu bilang akan memberikan semua yang kuinginkan jika aku mau menerimamu,” ujar Hanna bersemangat. Dia ingin segera menjalankan aksi balas dendamnya.Adrian tersenyum senang. “Tentu saja. Untuk wanita secantik Cindy, apa yang tidak bisa kulakukan? Aku akan memberikan semua yang kamu inginkan, asalkan kamu mau meninggalkan Ricky dan menerimaku menjadi kekasihmu.” Adrian berkata dengan menggebu-gebu.“Benarkah?” Hanna
Hanna meminta Adrian untuk membawanya ke apartemen tempat Elmira tinggal. Mereka bergandengan mesra sambil membunyikan bel di depan pintu kamar apartemen.Elmira tersenyum senang mendengar suara bel berbunyi. Dia pikir itu adalah Adrian yang ingin menemuinya. Namun betapa terkejutnya dia saat membuka pintu dan melihat Adrian tidak datang seorang diri, melainkan bersama Cindy. Mereka tidak hanya datang berdua, mereka juga tampak begitu mesra dengan bergandengan tangan."Apa yang kalian lakukan?" Elmira menatap Adrian dan Hanna bergantian. Dia menarik lengan Adrian menjauh dari Hanna, lalu maju mendekati Hanna dan melayangkan tangan hendak menampar wajah Hanna."Hentikan, Elmira!" Adrian menangkap tangan Elmira sebelum sampai di wajah cantik Hanna. Dia menatap tajam Elmira."Apa yang kamu lakukan? Kuperingatkan padamu, mulai saat ini, jangan pernah kamu menyakiti Cindy!" teriak Adrian lantang."Kamu membela dia? Kamu lebih membela wanita perebut laki orang itu dari pada aku, kekasihmu s
Lama menunggu Adrian, Hanna jadi tertidur di kamar. Dia terbangun oleh suara bel yang berbunyi nyaring. Hanna segera membuka mata dan melihat ke arah jam dinding. Dia merasa panik. "Itu pasti Adrian," gumamnya. Hanna berlari ke arah pintu, hendak membukanya. Namun, tiba-tiba dia teringat oleh sesuatu dan mengurungkan diri untuk membuka pintu kamar itu."Gawat! Wajahku!" Hanna memegangi wajahnya yang masih polos tanpa riasan. Dia menoleh ke arah kaca dan melihat pantulan wajahnya."Adrian tidak boleh melihatku seperti ini. Dia bisa mengenaliku sebagai Hanna. Tidak! Aku harus berdandan sebelum dia melihatku seperti ini. Ini baru awal. Penyamaranku tidak boleh ketahuan sekarang." Hanna berlari ke arah kaca rias. Dia bergegas memakai bedak, lipstik, dan segala perlengkapan untuk mempercantik diri. Suara bel pintu masuk tidak juga berhenti. Bahkan suaranya semakin nyaring dan cepat. Sepertinya sang tamu sudah tidak sabar agar tuan rumah segera membuka pintunya. Dengan terburu-buru, Hann
Pagi-pagi sekali, Adrian mulai membuka mata. Dia meringis sambil memegangi kepala yang terasa sakit. Meraba-raba tempat tidur di sampingnya."Di mana Cindy?" Adrian duduk lalu mengedarkan pandangan, melihat ke sekeliling ruangan. Kosong. Tidak ada Cindy di mana-mana.Perlahan, Adrian bangkit dari tempat tidur. Dia berjalan mengelilingi ruangan apartemen, mencari Cindy. Namun, dia tidak menemukan apapun.Adrian merogoh saku celana dan menyadari dompetnya hilang. "Sial!" Dia memukul tembok dengan keras hingga menimbulkan memar di tangannya."Cari wanita bernama Cindy sampai ketemu! Dia sudah menipuku." Adrian menelepon seseorang dan memberikan perintah. Detik itu juga, dia segera meninggalkan apartemen.Adrian pulang ke rumah, dan tidak menemukan siapapun. "Ke mana Hanna?" gumamnya. Dia mencari ke seluruh ruangan dan tidak menemukan Hanna di mana pun.Adrian kembali memukul tembok dengan kesal. Dia memegangi perutnya yang keroncong
“Ke mana saja kamu, Hanna?” Adrian menatap tajam Hanna saat istrinya itu baru saja datang ke rumah. Dia melihat jam tangan, lalu berkata, “Ini sudah hampir malam hari. Ke mana saja kamu seharian ini?"Mendengar Adrian yang menatapnya penuh amarah, Hanna bukannya ketakutan, dia malah tersenyum senang. “Akhirnya kamu mengkhawatirkan aku, suamiku,” ucapnya seraya berjalan mendekati Adrian dan mengedipkan mata.“Mengkhawatirkanmu? Itu tidak mungkin terjadi.” Adrian menatap jijik Hanna.“Lain kali, setidaknya kamu menyelesaikan semua pekerjaan rumah terlebih dulu sebelum pergi. Lihatlah, rumah ini terlihat kotor dan berdebu. Perutku lapar dan tidak ada satu pun makanan yang bisa dimakan,” ocehnya panjang lebar.“Jadi hanya karena itu kamu marah kepadaku? Kamu hanya mengkhawatirkan rumah yang kotor dan berdebu.” Hanna melengkungkan bibirnya ke bawah. Dia mengambil posisi duduk di sebelah Adrian.“Memangnya apa yang kamu pikirkan? Kamu berpikir aku mengkhawatirkanmu? Jangan harap!” ketus Adri
Elmira keluar dari kolong tempat tidur dengan kepala penuh dengan kotoran dan sarang laba-laba. Dia bersembunyi di kolong tempat tidur saat Adrian sedang menggeledah rumah Ricky.Elmira mengibas-ngibaskan rambutnya yang penuh dengan debu dan kotoran. Dia menyipitkan mata melihat Ricky yang berlari masuk ke dalan kamar. Elmira mendekati Ricky yang sedang membuka lemari. Dia menggerak-gerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk mengintip benda yang berada di lemari Ricky. 'Apa yang sedang disembunyikan Ricky di lemari itu?' gumamnya ingin tahu.“Apa itu, Ricky?” Elmira bertanya penasaran. Dia berjalan mendekati Ricky.“Bukan apa-apa.” Ricky segera menutup lemarinya dan menoleh ke arah Elmira. Raut wajah Ricky terlihat tegang. Elmira menyipitkan mata menatap Ricky. Dia merasa gerak-gerik Ricky sangat aneh dan mencurigakan, tetapi dia tidak ingin mengutarakan dan membahasnya lebih lanjut. “Baiklah. Aku hanya ingin mengucap
"Memangnya kenapa jika Adrian melaporkan kita ke polisi? Apa dia mempunyai bukti yang bisa memberatkan kita?" tanya Hanna. Dia masih tersenyum santai."Kenapa kamu masih bisa tersenyum, Hanna. Kita sedang dalam bahaya. Selain dugaan pencurian, kita juga bisa terkena kasus penipuan." Ricky serius menjelaskan."Penipuan?" Hanna mengerutkan kening tidak mengerti. "Memangnya kita menipu dia dalam hal apa?"Ricky mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya kembali. "Bukankah kamu berkenalan dengan Adrian menggunakan nama Cindy? Jika sampai Adrian tahu, dia bisa melaporkanmu dengan kasus penipuan atau pemalsuan identitas. Apalagi kamu juga mengambil dompetnya."Sebuah ide muncul di kepala Ricky. Dia memajukan wajahnya, lalu berkata bersemangat, "Sekarang ikuti saranku. Sebaiknya kamu temui Adrian secepatnya. Kembalikan dompet itu dan minta maaflah kepadanya." "Kamu percaya jika aku mengambil dompet itu?" Hanna menyipitkan mata menatap Ricky