Share

Bab 3. Pria Yang Tak Pernah Berubah Baik

Di dalam kamar, Rizal dan Nana tengah saling berpagut mesra. Sejauh ini dari sekian banyak wanita yang dekat dengannya, hanya Nana yang mampu membuat pria itu klepek-klepek.

"Sayang, apa kamu menyukai kamar ini?" tanya Rizal setelah dia puas dengan service ciuman panas dari wanita yang ingin dinikahinya itu.

Kedua mata Nana mengerling genit, "hmm… tapi ini kan kamar kamu sama istri kamu." Balasnya.

"Kamu harus tahu, nanti dia akan pindah dari kamar utama ini. Dengan begitu orang rumah akan tahu siapa nyonya di rumah ini." Jawab Rizal, dia kembali akan mencium bibir Nana namun perempuan itu segera mencegah bibir nyosor pria itu dengan jari telunjuknya.

"Bentar-bentar, orang rumah? Memangnya ada siapa saja disini selain istri kamu dan anaknya?"

"Ekhem, ayo sini duduk dulu. Akan aku jelaskan." Pinta Rizal sambil menepuk-nepuk kasur disampingnya.

Nana duduk di samping Rizal, bagaimanapun juga dia harus tahu apa yang mau disampaikan oleh pria itu.

"Hem… aku suka wanita cantik penurut ini." Puji Rizal sambil menyentuh hidung mancung Nana dengan gemas.

"Jadi disini ada ibuku, tapi dia sedang sakit struk dan selalu ada di dalam kamar. Jadi kamu jangan khawatir dia tidak akan mengganggumu."

Nana mengangguk, "terus ada siapa lagi?" tanyanya.

"Terus ada kakak perempuanku juga. Namanya Raya, aku yakin kalian akan berteman baik nantinya. Kakak aku itu pasti menyukai wanita cantik kayak kamu, terus ada wanita tadi sama anaknya. Segitu aja, ayahku sudah meninggal dua tahun lalu." Lanjutya menjelaskan.

Nana mengangguk-anggukan kepalanya, "tapi… aku gak mau loh ngurusin ibu kamu yang sakit itu, apa ada perawat yang mengurusinya?" tanya wanita itu lagi.

Rizal menggeleng, "sementara ini Revi lah yang mengurus ibu. Kamu jangan khawatir, kamu ini nyonya di rumah ini Sayang. Hiduplah bahagia bersamaku, kamu tidak perlu bekerja karas. Lagian gajiku cukup untuk memanjakanmu."

Nana tersenyum, kata-kata Rizal memang mampu menghipnotisnya. Dia tidak peduli jika pria itu memiliki istri, dia akan rebut Rizal dan menjadikan dirinya wanita satu-satunya di rumah itu.

"Jika aku hanya berdiam diri, lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Nana.

"Kamu hanya perlu berdandan cantik, mendampingiku pergi ke pesta dan melayaniku di tempat tidur. Apa itu setimpal?" Jawab Rizal, lalu dia bertanya genit.

Nana memukul manja dada Rizal, dan mereka saling berpandangan lalu tertawa bersama. Terdengar begitu bahagia hingga tawa itu terdengar keluar hingga Revi pun mendengarnya. Lalu entah apa yang terjadi di dalam, suasana rumah kembali hening.

Revi masih duduk bersimpuh di lantai ruang tengah, perasaannya semakin sakit dan rasanya dia ingin dobrak saja pintu kamar itu. Kali ini Rizal sudah benar-benar keterlauan, jika diingat-ingat lagi Rizal memang suka berselingkuh dan bersenang-senang dengan wanita lain diluaran sana. Namun, hari ini untuk pertama kalinya dia terang-terangan membawa madu ke dalam rumah.

"Seharusnya aku tidak menikah dengan pria bejat sepertimu."

Tiba-tiba saja kalimat itu keluar dari mulut Revi. Wanita itu teringat masa lalu, masa dimana beberapa tahun kebelakang. Masa-masa saat dirinya memiliki pekerjaan tetap, karir yang gemilang dan teman yang selalu ada untuknya.

Namun akibat dari kebodohannya juga kebucinannya terhadap Rizal, masa lalu gemilang itu harus hilang begitu saja dan tergantikan dengan hari-hari kelam bak hidup di Neraka. Selain dia harus menjadi pembantu di rumah itu, Rizal juga tidak pernah berubah dan kini bahkan rumah itu didatangi seorang madu.

"Maafkan aku Aryan, sebagai teman baik. Dulu aku tidak pernah mempercayai ucapanmu. Aku terlalu naif."

Bibir Revi terus bergumam, dia kembali mengingat temannya itu dan masa lalunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status