Ethan yang tidak menduga tindakan Emma itu langsung mematung karena terkejut. Matanya membesar karena tidak menyangka Emma akan mengecup bibirnya begitu tiba-tiba.Emma melepaskan ciumannya lalu menatap Ethan."Maafkan aku," bisik Emma sangat pelan. Ethan mendeham berusaha menenangkan pikirannya dan bersikap seolah-olah dia tidak terpengaruh dengan kecupan bibir Emma."Maaf Oliver, aku bukannya sok suci. Aku hanya tidak suka disentuh oleh pria dengan wajah dan hati sepertimu. Tapi untuk pria setampan dan sebaik Ethan, apapun akan kuberikan termasuk tubuh dan jiwaku," ucap Emma dengan senyum kebencian, lalu menarik tangan Ethan dan meninggalkan kedua orang yang paling dibenci Emma itu."Brengsek kau Emma!" teriak Oliver hingga semua orang yang berada disekitar mereka mendengarnya.Emma tetap berjalan dengan kepala terangkat dan dada membusung sambil terus menarik lengan Ethan. Dia sama sekali tidak berhenti hingga mereka tiba di depan mobil Ethan.Ethan juga tidak mengatakan sepatah k
Emma terbangun sebelum alarmnya berbunyi. Semalam dia tidur dengan nyenyak meskipun Ethan tidak memainkan gitar. Mungkin karena perutnya kenyang karena makanan lezat yang dimasak Ethan.Emma segera mandi, lalu keluar dari kamarnya. Dia berharap pagi ini dia bisa kembali bertemu Ethan dan sarapan bersama. Tapi ternyata tidak ada seorangpun disana. Meja makan pun kosong."Apa dia masih tidur?" tanya Emma sambil berjalan mendekati kamar Ethan.Dia menempelkan telinganya ke pintu kamar Ethan, tapi tidak terdengar suara apapun dari sana."Kemana dia pergi sepagi ini, di hari libur?" tanya Emma sambil menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.Tiba-tiba telepon genggam Emma berbunyi saat dia sedang melamun memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh Ethan."Selamat pagi, Nona," sapa Tony dengan sopan."Selamat pagi," jawab Emma tidak kalah sopan."Nona, saya punya kabar baik untuk anda. Atlantis Grup menyediakan tempat tinggal gratis untuk anak perusahaannya. Tempat nona bekerja termasuk di dalamnya.
"Aku baik-baik saja. Maaf Tuan Dods, aku sedang bicara di telepon dengan seseorang," jawab Emma dengan sopan."Oh maaf, aku tidak tahu. Silakan lanjutkan, aku akan menunggumu di dalam," jawab Dods lalu segera masuk."Halo Ethan," sapa Emma sekali lagi."Apakah aku mengganggumu?" tanya Ethan sedikit ketus."Oh tidak, aku hanya sedang karaoke bersama rekan-rekan kerjaku. Tadi supervisorku, sepertinya dia mengkhawatirkan aku karena keluar terlalu lama," jelas Emma dengan hati berbunga-bunga. Dia sangat bahagia karena akhirnya bisa mendengar suara Ethan lagi. Emma seperti mendapat tenaga dan semangat baru, hanya dengan mendengar suara Ethan."Aku hanya ingin memberitahu kalau Williams sudah ditangkap. Selain itu, semua petugas polisi di Calamba dari kepala polisi hingga petugas berpangkat paling rendah, sudah diganti. Jadi kau tidak perlu khawatir lagi kalau ingin kembali ke Calamba," ucap Ethan dengan suara yang sama sekali tidak hangat."Terima kasih banyak, Ethan. Aku sangat-"Emma be
"Ethan?" guman Emma pelan."Ya, Tuan Ethan Navarro. Dia memiliki kemampuan musik dan olahraga yang sangat luar biasa, selain itu dia juga sangat detail, ketat dan perfeksionis. Aku cukup khawatir dengan kehadirannya besok. Tapi kita tetap harus percaya diri. Jadi kau harus menampilkan yang terbaik. Ingat itu!"Emma mengangguk dengan sopan lalu keluar dan membereskan barang-barangnya sebelum pulang."Ethan, ternyata namamu benar-benar sama dengan nama bosmu," guman Emma sambil membereskan barang-barangnya.Mendengar nama Ethan disebut, entah mengapa Emma jadi merindukan pria itu lagi."Teman-teman, maaf aku harus meninggalkan kalian bekerja sendirian hari ini. Setelah lomba ini selesai, aku berjanji akan bekerja lebih keras lagi!" seru Emma kepada Dods, Leon dan Hazel.Mereka bertiga hanya tersenyum, tentu saja seperti biasanya, Leon bertepuk tangan untuk Emma."Jangan khawatirkan kami. Beristirahatlah dan lakukan yang terbaik. Besok kami semua akan hadir untuk mendukungmu," jawab Dods
Semua orang bertepuk tangan untuk menyambut kehadiran Ethan. Emma juga ikut bertepuk tangan, dia sangat penasaran dengan pria yang namanya sama dengan orang yang dia sukai itu."Apa kau tahu, kabarnya Ethan Navarro sangat tampan. Tapi sayangnya dia jarang mau tampil di hadapan orang banyak, jadi hanya segelintir orang yang mengenali wajahnya," ujar salah satu peserta yang berdiri di samping Emma.Tiba-tiba seorang pria berlari ke arah pembawa acara, lalu membisikkan sesuatu kepadanya."Oh, sayang sekali. Tuan Ethan Navarro tidak dapat hadir karena ada pekerjaan penting yang mendadak harus dia kerjakan. Jadi untuk itu mari kita panggilkan penggantinya," ucap pembawa acara dengan suara kecewa."Lihatkan? Aku sudah menduga dia akan menghindari tempat-tempat ramai," ujar peserta yang tadi membahas tentang Ethan.***"Kau sudah berjanji akan bekerja dengan baik di Atlantis, karena itu kami membiarkan kau membangun perusahaanmu sendiri. Tapi apa yang kau lakukan? Menemui para pegawai yang m
"Emma," bisik Ethan pelan begitu melihat Emma berdiri di hadapannya dengan wajah terkejut.Ethan tidak tahu kalau Emma lah pemenang ajang pertunjukkan bakat Atlantis Grup. Saat ini, dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Emma akhirnya mengetahui identitasnya yang sebenarnya.Emma berjalan ke panggung dengan senyum terpaksa.'Apa yang dia lakukan disana? Mengapa seorang asisten duduk di samping istri komisaris?' batin Emma sambil menerima mikrofon yang diberikan oleh petugas hotel.Ethan duduk dengan tegang dan menatap Emma yang sama sekali tidak melihat ke arahnya. Emma terlihat sangat cantik dan anggun, hingga Ethan tidak dapat melepaskan pandangannya.Emma menghela napas dan berusaha mengacuhkan Ethan. Malam ini, dia harus tampil maksimal karena nama perusahaannya dipertaruhkan. Emma meminta musik mulai dimainkan, dia memejamkan mata sesaat sebelum mulai bernyanyi.Suara Emma memenuhi ballroom yang tiba-tiba menjadi sunyi, karena suara indah Emma yang sedang menyanyikan sebua
"Apakah ini telepon Nona Emma?" tanya Ethan yang takut dia salah menekan nomor."Iya benar, dia sedang ke toilet sebentar.""Siapa ini?" tanya Ethan dengan suara basnya yang menggema."Saya Dods, rekan Emma. Oh, ini Emma datang, silakan berbicara dengannya.""Siapa?" tanya Emma bingung."Kau menyimpan namanya dengan kata 'asisten'," jawab Dods sambil menyerahkan telepon Emma.Emma langsung merebut telepon genggamnya dan mematikannya. Lalu dia menatap Dods dengan marah."Tuan Dods, apa anda tidak mengerti arti kata privasi? Mengapa anda mengangkat telepon saya?" tanya Emma dengan nada menakutkan."Maafkan aku Emma, hanya saja aku khawatir kalau itu telepon penting," jawab Dods panik."Anda bukan khawatir, anda cuma ingin tahu dan terlalu ikut campur!" bentak Emma dengan kesal."Sekarang, bisakah anda meninggalkan tempat ini? Saya ingin istirahat.""Tapi Emma, aku-""Saya mohon, pulanglah," pinta Emma dengan nada memaksa.Dods menatap Emma dengan penuh penyesalan. "Maafkan aku," ucap D
"Siapa pria itu?" balas Hazel juga berbisik."Jadi kalian mau makan atau berdiri disini saja?" tanya Dods yang juga sangat penasaran dengan pria yang bersama Emma."Makan!" seru Leon bersemangat.***Emma tiba tepat waktu di restoran tempat Ethan menunggu. Dia langsung masuk dan matanya langsung menatap Ethan yang memang sengaja duduk searah dengan pintu masuk agar bisa langsung melihat Emma.Jantung Emma berdetak sangat cepat begitu matanya menatap wajah Ethan. Rasanya Emma ingin berlari dan memeluk pria itu.'Emma sial! Kau sedang marah, mengapa malah memikirkan hal yang tidak-tidak?' batin Emma sambil menegakkan tubuhnya.Dia berjalan dengan gugup ke meja Ethan, sementara Ethan menatap Emma dengan mata terpana. Dia tidak mengerti mengapa selama ini dia tidak melihat kecantikan Emma yang begitu terpancar. Apa selama ini dia buta?"Ada apa, Tuan Ethan Logan Navarro?" tanya Emma berusaha tampak dingin."Ayolah Emma, selama ini kita sudah berteman baik. Mengapa harus bersikap seperti i