terima kasih sudah membaca cerita ini.. jangan lupa untuk memberikan dukungannya ya!! selamat menikmati cerita pada bab selanjutnya :)
"Ambilin laporan mingguan di sekretaris saya" ujar Arga membuyarkan lamunan Shenna. Perempuan dengan kemeja putih itu terlihat sedang bengong, entah ke mana pikirannya namun matanya menatap lurus menembus tembok. Shenna yang hampir terkesiab dengan perintah tiba-tiba itu langsung menyadarkan dirinya, "Baik pak" ujar Shenna yang sudah siap untuk melangkah. Karena Arga tidak lagi bicara, perempuan dengan heel yang tidak terlalu tinggi itu langsung keluar dari ruangan pria itu. Shenna berjalan menuju ruangan Mbak Indy yang berada satu lantai di bawah ruangan Arga, Shenna berjalan pelan terdengar mengikuti ketukan satu per satu suara heelsnya. Shenna yang sudah sampai di ruangan mbak Indy langsung mengetuk pintu itu dengan cepat, mendengar suara mbak Indy yang memintanya masuk membuat perempuan itu membuka pintu. "Eh Shen, ada apa?" tanya mbak Indy saat melihat ada Shenna di ambang pintu. "Pak Arga minta hasil laporan mingguan mbak" ujar Shenna pelan. "Oh iya! duh sampe lup
Shenna membukakan pintu untuk Arga yang hendak masuk ke ruangan kerjanya, "Silahkan, pak" ujar Shenna membiarkan Arga masuk lebih dulu. Tanpa banyak bicara, pria dengan setelan jas yang pas di tubuhnya itu langsung duduk di kursi kerjanya. Sepertinya hari ini Arga terlihat berbeda, entah apa yang berubah dari pria itu hari ini. Pria yang biasanya banyak memerintahkan Shenna untuk ke sana ke mari, kali ini hanya diam saja dan fokus pada layar laptop di depan matanya. Saat melihat Arga yang sedang membuka laci-laci mejanya, Shenna langsung bertanya, mungkin saja pria itu butuh bantuannya. "Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Shenna menawarkan bantuan. Arga tidak menggubris pertanyaan perempuan itu, Arga terus mencari di mana letak barang yang entah apa Shenna tidak tahu. "Kalau boleh tahu, bapak sedang mencari apa ya?" tanya Shenna lagi. "Bisa ga, kamu gausah ngomong dulu? saya lagi pusing!" sahut Arga membuat Shenna mengerutkan keningnya. Padahal kan niatnya baik ingin me
Sepulang dari kantor Shenna melanjutkan tugasnya yang lain, kewajibannya sebagai mahasiswa membuat Shenna harus mengerjakan tugas kuliahnya juga. Shenna dan Tiara mengerjakan tugas di kedai Kevin yang sangat cocok untuk anak muda semacam mereka, banyak colokan dan free wifi adalah surganya para anak muda. Sebelum itu Shenna pulang dulu ke apartemennya, membersihkan diri setelah bekerja agar lebih segar karena sekalian ingin bertemu dengan kekasihnya yang tampan. Sehabis mandi, perempuan itu mengambil crop top berwarna putih untuk atasan, dan jeans panjang untuk bawahannya. Shenna menyisir rambutnya rapi, tidak lupa dengan polesan bedak natural sehingga wajahnya terlihat lebih bersinar. Sebelum keluar tidak lupa ia menyemprotkan parfum pada tubuhnya agar lebih wangi. Shenna mengambil tas yang sudah berisi laptop di dalamnya, dengan senyuman yang cerah ia tersenyum di depan cermin, lalu keluar dari kamarnya dan pergi. Kevin: "Lagi di jalan ya?" Shenna yang sudah di dalam mo
Setelah menyelesaikan tugas kuliahnya yang sangat banyak itu, Shenna dan Tiara pulang karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Kedai Kevin juga sudah sepi pelanggan karena saatnya untuk tutup kedai. "Gua pulang duluan ya Shen" ujar Tiara membawa totebag berwarna tosca. "Lo balik bareng gua aja ya, ini udah malem, jangan sendirian bawa motornya" sahut Shenna. Tiara memang selalu mengendarai motor kemanapun ia pergi, itu adalah satu-satunya transportasi yang diberikan ayahnya untuk Tiara. "Motor lo taruh sini aja dulu, besok kita ambil lagi" tambah Shenna. "Gamau ah, rawan tahu parkir motor di luar sampe pagi. Sekarang emang masih ada, besok taunya udah hilang aja" sahut Tiara parno, akibat banyak sekali kasus kehilangan motor yang beredar. "Yaudah kalau gitu, gua ikutin lo dari belakang aja gimana?" tanya Shenna kembali memberi tawaran agar Tiara tidak pulang sendiri. Kevin dan Damar berjalan keluar dari kedai, melihat dua perempuan itu masih berdiri di depan sama
Perempuan dengan kemeja kerja itu sudah siap untuk berangkat sekarang. Ia tidak sabar untuk duduk di meja kerja mulai hari ini, sudah cukup kakinya terus berdiri selama hampir satu bulan. Tanpa menunggu lama, Shenna langsung mengambil kunci mobilnya dan turun menuju lantai bawah. Sejujurnya high heels yang ia gunakan hari ini cukup tinggi dari biasanya, tapi tidak masalah karena ia tidak akan berdiri lagi selama jam kerja. Sampai di parkiran perempuan itu dengan cepat masuk ke dalam mobilnya, langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang karena tidak ingin terlambat. Ini masih sangat pagi, Shenna tidak mungkin terlambat jika bukan bosnya yang datang lebih awal. Sesampainya di kantor, Shenna langsung masuk ke dalam. Wajahnya berekspresi rama menyapa para karyawan lain. "Pagi mbak" sapa Shenna saat keduanya berada di dalam lift yang sama. Perempuan yang mendapat sapaan dari Shenna hanya mengangguk pelan. Setibanya di ruangan kerja milik bosnya, Shenna langsung membulatkan m
Setelah kejadian tadi saat Arga menahan tubuh mungil Shenna, pria itu duduk sendirian di ruangan kerjanya. Arga mengetuk-ngetukkan bolpointnya, memikirkan kejadian tadi yang mengganggu pikirannya. "Hati-hati kalau jalan" ujar Arga pada Shenna yang langsung menegakkan tubuhnya. Perempuan itu menundukkan kepalanya, kakinya terasa sakit akibat heelsnya yang tinggi dan pekerjaannya yang terus naik turun sejak pagi. "Maaf pak" ujar Shenna lagi dengan suara yang pelan. "Kamu istirahat aja, udah jam juga" suruh Arga agar Shenna berhenti bekerja. "Saya ada meeting di luar, kamu bisa pulang setelah jam istirahat" ujar Arga lagi sebelum pergi. "Hah?" Shenna selalu saja telmi. "Perlu saya ulang lagi?!" tanya Arga dengan suara datarnya yang membuat Shenna merasa ngeri. "Baik pak, saya mengerti" sahut Shenna cepat. Sebenarnya bukannya Shenna tidak mendengar apapun yang Arga katakan, namun ia hanya ingin mendengar lebih jelas. Pasalnya Arga berbicara terlalu cepat, jadi Shenna belu
Kevin yang sudah menyelesaikan tugasnya di kampus langsung memilih untuk pulang, tujuannya sekarang adalah bertemu sang kekasih yang sangat ia rindukan itu. Kevin masuk ke dalam mobilnya yang terparkir rapi, dengan cepat ia melajukan kendaraannya meninggalkan area kampus yang sangat luas ini. Sebelum menghampiri apartemen Shenna, laki-laki ingin membeli sesuatu agar tidak datang dengan tangan kosong. Kevin memilih untuk berhenti di depan super market untuk membeli cemilan yang bisa ia makan dengan Shenna. Kevin dan Shenna setuju untuk menghabiskan waktunya berdua, sambil menikmati tontonan series netflax. Kevin mengambil satu keranjang kecil untuk menampung cemilan yang akan ia beli, saat memasuki rak cemilan, ponsel laki-laki itu berdering menandakan ada pesan yang di kirim oleh seseorang untuknya. Shenna: "Nanti mau nonton apa?" Kevin: "Apa aja yang kamu suka" Shenna: "Bilang dong, kamu sukanya apa?" Kevin: "Aku sukanya kamu" Shenna: "Ihh, serius Vin!!" Kevin: "Se
Shenna duduk di ruang tengah apartemennya, menunggu kedatangan Kevin yang belum juga sampai padahal bulan sudah menunjukkan sinarnya. Perempuan dengan tangan yang terus mengganti saluran televisi itu, sesekali menggerutu kesal karena Kevin tidak memberikannya kabar. "Kevin ke mana sih" ujarnya sendiri dengan nada sedikit kesal. Seharusnya Kevin sudah sampai sejak beberapa jam yang lalu, namun sampai sekarang laki-laki itu belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Atau mungkin saja kekasihnya sedang terjebak macet, tapi mana mungkin macet hingga berjam-jam. Jarak yang seharusnya Kevin tempuh dari super market hingga apartemen Shenna tidak lebih dari satu jam. Bahkan jika jalanan macet pun, seharusnya laki-laki itu memberikan kabar agar Shenna tidak berpikir hal aneh. Maklum saja namanya perempuan, perasaannya sedikit berlebihan. Shenna mengambil ponselnya yang berada tidak jauh dari tempat duduknya, mencari nomer Kevin untuk ia hubungi. "Angakat dong, angkat" ujar Shenna