"Ohh ... jadi kamu juga mau liburan ke Perth ya, Rihanna? Kita berangkat bareng aja kalo begitu, gimana?" ujar Nyonya Femmy dengan bersemangat.Sore weekend itu mamanya Martin bertandang ke rumah sahabatnya yaitu Nyonya Diah Hermawan. Kebetulan puteri bungsunya sedang mudik ke Bandung karena biasanya berkuliah di Jakarta. Kemudian mereka berbincang bersama di ruang tamu yang nyaman di rumah mewah nan asri tersebut."Boleh, Tante. Aku pengin ketemu sama Martin juga sih, sudah lama nggak jumpa dia!" jawab Rihanna yang seakan mendapat angin segar dari pihak mama pemuda gebetannya tersebut.Nyonya Diah pun tersenyum lega seraya mengatakan, "Aku malah senang lho, Jeng Femmy. Tadinya cemas kalau Rihanna berangkat liburan ke Ausie berdua aja sama kakaknya. Mereka masih sama-sama muda belia, kalau kenapa-kenapa di sana, gimana? Untungnya Jeng Femmy kebetulan mau jenguk Nak Martin juga, nitip anak-anak ya!""Beres kalau itu, Jeng Diah. Mereka juga 'kan sudah remaja dewasa pastinya nggak semere
"Kita ke pantai ya siang ini habis jalan-jalan ke mall!" ujar Martin saat sarapan bersama rombongan dari Bandung di restoran hotel tempat mereka menginap.Semua setuju dan menganggukkan kepala di meja makan. Kemudian Rihanna pun bertanya, "Kalo remaja di Perth apa juga sama kayak di Indonesia gitu, Tin, suka nongkrong di mall?""Iya, sebagian sih sama aja. Tapi sih tergantung hobinya. Aku sama teman-teman sepergaulanku di sini lebih hobi sport jadi kami kadang main voli pantai, bowling, surfing, basket, sepak bola, macem-macem sih tergantung mood!" Martin menjawab dengan santai sembari menikmati menu sarapan di piringnya."Kalo Martin mah jangan ditanya, Hann. Dia sejak SMA 'kan memang suka olah raga dan berbakat, jadi olah raga apa aja bisa!" timpal Nyonya Femmy membanggakan putera kesayangannya.Rihanna pun tersenyum penuh kekaguman, dia memang sedari SMP sudah menjadi secret admirer cowok ganteng dan sporty itu. "Besok temenin jogging di Kings Park dong, Tin!" pinta gadis itu yang
"Cher, kamu libur nyanyi aja malam ini. Biar aku yang minta izin ke Lino, sebentar biar kutemuin dia di kantor. Oya, stop nangisnya nanti mata kamu bengkak!" ujar Nicky Jansen usai memberikan bahunya sebagai tempat bersandar gadis belia yang sedang bersedih hati itu.Selepas kepergian Nicky dari ruang rias, Cherry membuka kembali ponselnya. Ada update story media sosial Rihanna dan dia melihat foto terbaru Martin yang sedang berjalan di tepi pantai dengan latar belakang langit senja. Caption mantan sahabatnya itu membuat Cherry langsung galau lagi. 'Gantengnya calon jodohku!' Ada dua bentuk hati warna merah dengan inisial mereka berdua.Cherry enggan menanggapi maupun berkomentar. Alih-alih dia menutup saja aplikasi itu dan menyimpan ponselnya ke tas tangan pemberian Nicky. Sebersit senyum sendu menghiasi wajah teduhnya, sejak semula dia pun tahu bahwa cintanya melawan restu. Mungkin sudah saatnya dia melepas pemuda tercintanya agar dapat meraih kebahagiaan bersama perempuan pilihan o
"Tin, sini Mama mau ngomong penting sama kamu!" panggil Nyonya Femmy usai berkeliling kota Perth bersama rombongan dari Bandung sore itu.Dengan kening berkerut Martin pun mengangguk lalu mengikuti mamanya ke salah satu sofa di lantai lobi hotel tempat mereka menginap. Sedangkan, keluarganya yang lain bersama kakak beradik Monica-Rihanna naik ke kamar mereka masing-masing. Kemudian pemuda itu duduk di sebelah Nyonya Femmy dan berkata, "Mama mau ngomong penting apa sih?""Hmm ... Mama lihat sepertinya Rihanna ada rasa spesial ke kamu deh. Kalau kamu mau nyenengin Mama, dengerin kata-kata Mama! Jangan kamu ingat lagi si Cherry, mendingan kamu buka lembaran baru di Perth sama Rihanna aja. Dia itu puteri sahabat Mama yang bobot, bibit, bebetnya jelas. Anaknya juga hormat sama papa mama kamu," tutur Nyonya Femmy dengan nada 'harus dituruti' kepada putera kesayangannya tersebut.Raut muka Martin nampak syok bercampur galau. Tentu saja hati kecilnya menolak desakan mamanya untuk menjalin hub
"Gimana, Cher ... nggak pusing 'kan habis naik pesawat pertama kalinya?" tanya Nicky sambil terkekeh pelan menatap wajah gadis manis yang menyeret koper berukuran sedang warna hitam di sampingnya."Biasa saja kok, Mas Nicky. Penerbangannya mulus tadi nggak nyeremin. Oya, setelah ini kita mau ke mana ya?" sahut Cherry sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling Bandara Changi yang tertata apik dan modern itu.Merlino yang juga ikut dalam rombongan bertiga bersama Nicky dan Cherry menjawab, "Ke hotel punya Nicky buat check-in naruh barang dulu lalu kita lihat-lihat venue buat cafe and bar yang ditawarin sama mamanya Nicky.""Ohh ... oke, Pak. Saya ngikut saja rencananya bagaimana—" Cherry masih takjub dengan keindahan dekorasi bandara Singapura tersebut sekalipun tidak mengutarakannya terang-terangan dan hanya menyimpan kekagumannya dalam hati saja."Ada yang jemput kita kok, tuh ... karyawan mamaku bawa kertas bertuliskan namaku!" ujar Nicky Jansen menghampiri penjemputnya bersama M
Suara merdu Cherry yang diiringi seorang pianis yang menarikan jemari lentiknya di atas tuts grand piano membuat seisi bar hotel itu terkesima. "Wow, penyanyi andalanmu memang beda, Lino. Dia dibawa ke luar negeri nggak demam panggung juga. Kurasa nanti malam saat manggung, Cherry bakal jadi magnet para pengunjung bar ini!" puji Nicky dengan antusias. Sorot matanya berbinar penuh kekaguman memandang lurus ke arah panggung.Merlino menggeleng-gelengkan kepalanya menanggapi kekaguman sobatnya kepada Cherry. Dia lalu menanggapi, "Kamu ini kenapa sih nahan-nahan nggak ngejar si Cherry terang-terangan aja, Nick? Takut sama cowoknya yang bocah ingusan itu?""Yaelah ... bukan takut sama pacarnya. Kemarin aja itu laki udah ada cewek lain di Perth, cuma si Cherry masih belum move on. Masa mau kupaksa sih, Lino?" balas Nicky bersedekap dan bersandar di sofa VIP bar hotel miliknya."Hajarrr ... nggak pake lama, Nick!" seru Merlino mengompori sobatnya.Nicky terkekeh lalu mengendikkan bahunya, d
Terpaksa Nicky kembali ke kamarnya sendirian untuk berganti pakaian kantornya yang basah kuyup akibat menceburkan diri ke kolam renang tadi. Dalam hatinya dia merasa waswas karena kakak laki-laki bocah bernama Jose itu nampaknya tertarik kepada Cherry.Untungnya Adam sepertinya punya acara lain sehingga dia meninggalkan Cherry berenang sendirian di kolam renang hotel. Jose diajaknya masuk ke bangunan utama hotel tersebut.Meeting bersama managemen hotel milik keluarga Jansen itu sedikit membuatnya terkejut karena Adam Tilman ternyata adalah Head HRD baru di jaringan hotel Jansen cabang Singapura."Hai, Sir. Kita bertemu kembali setelah tadi di tepi kolam renang," sapa Adam dengan ramah kepada CEO hotel tempatnya bekerja."Hmm ... aku tak menyangkanya, Adam. Baiklah, mari kita mulai saja meeting pagi ini karena aku ada urusan lain pukul 10.00 nanti!" sahut Nicky dingin kepada Adam.Sementara Nicky sedang meeting, Cherry mandi lalu bersiap-siap di kamarnya. Dia berdandan natural dengan
"Sepertinya big boss sedang jatuh cinta sama Cherry!" ujar Azriel, salah satu pengawal Nicky Jansen kepada ketiga rekannya saat mereka memasukkan tas-tas belanjaan ke bagasi mobil.Benny menyahut, "Begitulah, tapi kulihat Cherry bukan gadis yang materialistis. Dia berulang kali menolak barang-barang belanjaan mewah ini, bos aja yang memaksanya menerima semuanya!" Setelah menaruh tas belanjaan di mobil, mereka kembali mengawal Nicky dan Cherry yang tak lama kemudian meninggalkan ION mall dan pindah ke Vivocity mall.Ketika sudah duduk di dalam mobil yang penuh dengan barang belanjaan, Nicky berkata ke pengawalnya, "Benny, kirim barang yang tadi kami beli ke hotel. Minta kunci cadangan ke resepsionis, katakan aku yang menyuruh kalian!""Baik, Sir. Nanti biar Azriel dan Zack yang menemani Anda berkeliling di Vivocity," jawab Benny yang dimengerti oleh rekan-rekannya.Hari telah menuju senja saat mereka sampai di Vivocity mall. Lampu-lampu di bagian outdoor landscape sudah mulai dinyalak