Share

5.King of Mafia ( King AB )

"Cepat masuk!" teriak Albern kepada Harnum.

Harnum hanya berdiam diri dan berdiri saja di pekarangan rumah tua milik Albern. Albern merasa sangat geram melihatnya. Lalu, ia menjambak rambut harnum dan diseret ke dalam rumah.

"Lebih baik bunuh saja aku!" teriak Harnum.

"Shut up! Atau aku pecahkan kepalamu!" Albern berteriak kencang.

Bu Mira dan Pak Toni yang sedang berada di paviliun, bergegas berlari menuju rumah tua tersebut ketika mereka mendengar suara teriakan Albern.

"Pak, sepertinya Tuan Al pulang," ucap Bu Mira.

"Iya, Bu. Dan sepertinya Tuan Al sedang mengamuk," jawab Pak Toni.

"Ayo, Pak, kita segera ke rumah tua," ajak Bu Mira.

Sementara Harnum tengah bersimpuh di hadapan Albern. Dia menangis tergugu, tubuhnya berguncang hebat.

"Aku mohon lebih baik kau bunuh saja aku. Aku tidak sanggup jika kau akan menyiksaku setiap harinya," mohon Harnum.

Albern tersenyum tipis mendengar permohonan Harnum tersebut. Jiwa gilanya semakin meronta-ronta untuk menyiksa Harnum.

'Memang itulah yang aku inginkan wanita sialan! Wanita jalang! Karena aku akan selalu menyiksamu untuk melampiaskan dendamku pada suami laknatmu yang sudah di neraka itu!' batinnya.

"Tuan Al, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Bu Mira.

"Bu Mira, Pak Toni. Awasi wanita sialan ini. Jangan sampai dia melarikan diri ataupun melakukan hal-hal yang tidak diinginkan!" perintah Albern kepada sepasang suami istri tersebut.

"B-baik, Tuan," jawab Bu Mira dan Pak Toni secara bersamaan.

Albern melangkahkan kakinya menuju ke paviliun. Sementara Harnum masih bersimpuh di lantai dengan menangis terisak-isak. Bu Mira dan Pak Toni merasa sangat iba melihat keadaan Harnum.

"Non, mari ikut saya ke lantai atas. Non silakan istirahat dulu di kamar atas," ujar Bu Mira.

Harnum mendongakkan wajahnya dan menatap Bu Mira dan Pak Toni secara bergantian. Bu Mira mengulurkan tangannya dan Harnum menerima uluran tangan tersebut.

Bu Mira membantu Harnum untuk berdiri. Setelah itu, ia menuntun Harnum untuk berjalan ke lantai atas. Mereka menaiki tangga bersama.

"Siapa yang menyuruh wanita sialan itu untuk beristirahat di kamar atas?!"

Tiba-tiba suara Albern menggema di ruangan rumah tua tersebut. Bu Mira dan Harnum menghentikan langkah kaki mereka. Bu Mira langsung berbalik dan membungkukkan setengah badannya.

"Maaf, Tuan. Saya mengira bahwa Nona ini harus dibawa ke kamar atas," ucap Bu Mira.

"Tidak perlu! Dan jangan pernah berani-beraninya dia memasuki kamar di lantai atas itu. Suruh saja dia tidur di gudang belakang!" titah Albern.

"B-baik, Tuan."

Setelah mengatakan itu, Albern pergi menuju paviliun kembali. Sementara Bu Mira dengan berat hati mengajak Harnum menuju gudang belakang.

Keadaan gudang yang sangat pengap, berantakan, dan berdebu itu, membuat Harnum dan Bu Mira terbatuk-batuk.

"Gudang ini sangat kotor sekali. Karena sudah sangat lama tidak ditempati. Non, mohon maaf ya karena saya harus menempatkan 'Non di gudang ini," ucap Bu Mira.

"Iya, Bu, tidak mengapa. Saya ucapkan terima kasih atas waktu Ibu yang sudah berbaik hati membantu saya," ujar Harnum.

"Iya, 'Non, sama-sama. Kalau 'Non butuh sesuatu, bilang saja sama saya."

"Iya, Bu."

"Saya permisi dulu ya, 'Non."

"Silakan, Bu."

Bu Mira berpamitan keluar, sedangkan Harnum kembali merapikan gudang tersebut. Keadaannya yang baru di operasi itu, membuat tubuhnya terasa lemah dan sakit. Namun, perjalanan hidupnya untuk ke depan baru akan dimulai.

'Perutku terasa kram. Aku juga sangat lapar, tapi ... aku tidak memiliki makanan. Ya Tuhan, tolonglah hambamu ini,' batinnya.

***

Sementara itu, di belahan dunia lainnya, tepatnya di Negara Italia. Di sebuah night club yang terdapat sekelompok klan Mafia, yaitu Klan AB—klan milik Albern. Mereka merupakan anak buah Albern yang sedang berpesta yang tengah menari menikmati hiburan malam.

"King AB kapan akan kembali ke sini? Sudah lama dia belum kembali ke Italia. Apakah urusannya di Indonesia belum selesai juga?" George, orang yang menjadi tangan kanan Albern membuka percakapan.

"Aku juga belum mendapatkan kabar dari King AB. Aku tidak berani jika harus menghubunginya terlebih dahulu. Karena dia pasti akan mengamuk," sahut Willy, tangan kanan Albern yang lainnya.

"Lebih baik kita menikmati kebebasan ini. Karena jika King AB sudah kembali ke sini, waktu kita habis hanya untuk bertempur," ucap Niel, yang merupakan tangan kanan Albern yang satunya lagi.

"Ya, kau benar, Neil. Mari kita menikmati pesta ini. Lihatlah, para wanita seksi itu sedang menari erotis. Aku sangat menyukainya," ujar Willy.

"Dasar kau, Will. Yang ada di otakmu itu hanya selangkangan saja, ahahaha." George tertawa terbahak.

"Nikmatilah surga dunia ini, George. Jika kita sudah mati, kita sudah tidak bisa melakukannya lagi," sahut Willy.

"Ya, kau benar, Will. Kalau begitu, ayo, kita bersenang-senang!" teriak Neil.

Ketiga laki-laki itu langsung bergegas mendekati para wanita penghibur yang sedang menari erotis. Mereka membawa saling satu wanita penghibur tersebut, lalu dibawa ke dalam kamar yang sudah tersedia di club tersebut.

'Nikmatilah semuanya karena sebentar lagi Klan AB akan hancur. Dan akan aku pastikan King kalian itu akan menjadi target utama. Kalian akan kehilangan King yang selalu kalian agung-agungkan itu,' batin seseorang yang tersenyum tipis menatap kepergian George, Willy, dan Neil.

Ketiga tangan kanan Albern tersebut sedang menikmati surga dunia di dalam kamar masing-masing. Mereka tengah menaungi lautan kenikmatan dunia hingga pagi menjelang. Mereka bertiga benar-benar sedang menikmati kebebasan tanpa adanya sang King Mafia.

"Baby, bangun!" ucap seorang wanita yang bernama Jennifer kepada Willy.

Willy menggeliatkan tubuhnya yang masih polos tanpa sehelai benang pun dan hanya tertutup oleh selimut tebal.

"Baby, sekarang jam berapa?" tanya Willy.

"Sudah jam sembilan, Baby. Kau ini tidak bisa jika dalam semalam hanya melakukannya satu kali saja. Akhirnya kau kelelahan, hmm."

"Karena kau selalu mampu membuatku ketagihan hingga kelelahan, Baby."

Willy menarik tubuh Jennifer hingga jatuh di dadanya yang bidang. Willy langsung melumat bibir Jennifer dengan penuh gairah. Tangannya tidak tinggal diam terus meraba-raba lekuk tubuh Jennifer yang sangat indah.

"Ouuhh ... Baby, I want you right now," racau Jennifer.

Willy langsung memasuki goa terlarang milik Jennifer. Kejantanannya sudah on kembali dan sedang mencari tempat ternyamannya.

"Ohhh ... Baby, ssshhh ... milikmu selalu membuatku gila!" racau Jennifer berteriak.

"Aaahhh ... milikmu juga selalu mampu memuaskan milikku, Baby," sahut Willy.

Willy dan Jennifer terus berpacu, tubuh mereka sudah bermandikan peluh. Kedua anak manusia itu saling mencari kenikmatan. Hingga akhirnya, mereka berdua mencapai puncak secara bersama.

"Baby, thanks so much," kata Willy.

Jennifer hanya menganggukkan kepalanya. Karena ia sudah tidak memiliki tenaga untuk berbicara. Jennifer memejamkan matanya dan terlelap, sedangkan Willy langsung membersihkan diri, lalu ia mencium kening Jennifer. Dan setelah itu Willy pergi.

'Maafkan aku, Will. Karena aku telah berkhianat padamu, tapi aku terpaksa melakukan ini.'

TO BE CONTINUED

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status