Share

Bab 9 Gosip

Aku hanya membalas dengan anggukan.

"Emang, ya, Hera itu orangnya enggak jelas. Tertutup. Hanya Pak RT yang sering ketangkap basah bolak balik ke rumahnya. Secara Pak RT itu duda," terang salah satu tetangga.

"Tahun depan, kita ganti saja RT-nya," seru tukang warung.

"Iya, pasti ada apa-apanya," sahut si ibu tambun.

Karena tidak terbiasa bergosip, kupingku berasa panas saat mendengar gunjingan mereka. Menyimak sebentar saja, bahuku diam-diam bergidik. Buru-buru kuselesaikan proses transaksi beli telurnya.

"Jadi berapa, Bu?"

"Dua puluh lima ribu, Neng."

Kusodorkan uang selembar Soekarno-Hatta. Setelah mendapat kembalian aku lekas meninggalkan warung.

"Mari semua," pamitku.

"Iya, silahkan, Mbak."

Sehabis dari warung aku langsung menuju dapur. Kuambil wajan dan menuangkan minyak goreng seperti yang biasa Hans lakukan.

"Telur ceplok sajalah yang gampang." Aku bergumam sendiri.

Satu telur kupecahkan ke atas penggorengan dengan hati-hati. Eh, ya Allah, lupa kompornya belum dinyalakan. Karen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Heny Hendriarti
mau baca lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status