Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Walaupun ia menguap sedari tadi, tapi matanya belum mau terpejam untuk beristirahat dan bangun lagi esok hari.
Dengan ukuran ranjang yang besar, Renata sudah melakukan aksi berguling ke sana dan kemari nyaris hampir satu jam.
Setelah ia dijemput lagi oleh Ervin dari kampus, otak Rena masih belum bersih dari kenyataan yang ia dapatkan di dalam mobil Ervin. Dan bayangan foto-foto yang ia lihat berhasil merusak semua sistem otaknya.
Rena mengeram kesal. Ia membanting guling yang ia pakai ke lantai dan langsung duduk dari posisi tidurnya.
"Apa-apaan sih ni otak. Susah banget merintahin mata buat tidur. Malah mikirin hal kotor.." rutuknya sambil memukul kepalanya kesal.
Mentari pagi bersinar begitu eloknya. Hembusan angin serta kicauan burung yang terdengar dari peliharaan papinya membuat Renata serasa berdiri di tepian pematang sawah.Pasalnya memang rumah Renata memiliki taman yang luas dengan pohon cemara banyak tertanam di sana.Ia berdiri di balkon kamar. Melihat pemandangan asri yang dihasilkan dari taman milik maminya tersebut.Rena melirik ke bawah. Dari atas ia bisa melihat maminya berbicara dengan Mang Anton, ART yang ditugaskan mengurus taman milik mami."Pagi mami.." sapa Rena membuat wanits itu melirik ke atas."Oh. Pagi sayang. Udah bangun..?"Rena mengangguk, "Udah mi. Dari tadi..heh
Rena terdiam saat ia mendengar suara Ervin tiba-tiba muncul di belakangnya. Dengan perlahan, ia memutar kepalanya ke belakang dan spontan ia terpekik saat Ervin menatapnya tajam."Lo... Lo ngapain di rumah gue..lo...""Siapa yang lo panggil burik? Ha?" tanya Ervin lagi dan kali ini dengan nada yang tak suka."Gue...gue nggak nyebut siapa-siapa kok..." jawab Rena mencoba santai. "Lagian lo kenapa pagi-pagi udah muncul di sini? Mau makan gratis lagi ya?" tuduh Rena namun tak ditanggapi oleh Ervin.Ervin berjalan mendekati Orang tua Rena dan bersalaman dengan mereka."Papi yang suruh Ervin ke sini.." ucap Irman menjawab pertanyaan Rena tadi.
"Naaaaa.. Pesenan lo dateng tuh!!" teriak Ervin saat ia masih fokus dengan gamenya.Renata seketika menatap Ervin tajam, "Denger gue coeg! Nggak perlu lo teriak gitu..""Yeee, mama gue tahu lo masih di dapur."Rena tak merespon lagi. Ia langsung memilih berjalan menuju arah luar yang sedari tadi bel nya berbunyi."Siang Mbak. Mbak mesen ayam pedesnya?" tanya Mas mas yang antar makanan pada Rena."Oh iya mas. Dua paket kan?""Iya mbak. Ini totalnya.." Rena mengambil bon tersebut dari mas delivery dan meliriknya sejenak."Ya udah, bentar ya mas. Saya ambilin uangnya dulu.." setelah p
"Kamu yakin mau pulang sayang? Aku belum puas sama kamu.." Silva merajuk dan bergelayut manja di lengan Ervin."Belum puas? Beneran belum puas?" Ervin mengedipkan matanya menggoda Silva membuat gadis itu merona malu.Silva yang merona langsung memukul dada Ervin, "Aku serius sayang.." manja Silva lagi."Aku pun serius honey. Aku harus kembali..""Tapi kan pacar kamu itu aku, bukan Rena. Sejak kamu jadi penjaga pribadi dia, kamu jadi jarang ketemu aku.." rengeknya.Ervin yang gemas langsung mencubit hidung kekasihnya yang masih bergelayut manja di lengannya."Mau gimana lagi sayang. Aku ngelakuin ini juga atas permintaan papinya Rena
Langit mendadak berubah gelap segelap gelapnya. Bintang yang tadinya begitu indah menghiasi angkasa sana berubah menjadi hitam kelam. Awan hitam juga ikut menjadi alasan kenapa bintang bintang itu menghilang.Ervin melirik ke arah kaca depan mobilnya untuk menatap langit yang mulai menjatuhkan rintik rintik kecil air."Haaahh.. Hujan.." gumamnya mendesah.Ervin melirik ke kiri dan ke kanan. Lampu merah masih terlihat lama untuk mengubah warnanya menjadi hijau.Ia memukul mukul kecil stir mobilnya untuk melenyapkan kesunyian malam dalam mobilnya. Padahal sebenarnya ia bisa menyalakan musik, namun ia tak berminat sedikitpun.Karena jika boleh jujur, mood nya sangat buruk malam ini. Apa
Rena baru saja sampai di rumah sakit. Ervin dengan cepat mengangkat tubuh Rena dari kursi belakang dan membawanya keluar lalu dengan keras meneriaki perawat yang malam itu masih berjaga agar membantunya menangani Rena yang tak sadarkan diri.Dengan cepat salah seorang perawat langsung mengarahkan Ervin untuk memasuki salah satu bilik UGD yang masih kosong.Ervin meletakkan Rena di atas ranjang yang tadi salah seorang perawat tunjuk."Pasien kenapa seperti ini mas?" tanya seorang perawat sambil menyiapkan alat-alat yang akan perawat itu gunakan untuk memeriksa Rena."Saya juga tak tahu suster. Saya juga dihubungi seseorang untuk menjemput dia. Dan ternyata sudah seperti ini." Ervin terpaksa berbohong. Tak mungkin ia mengatakan jika dirinya menemukan Rena saat gadis itu diperkosa Dinar.Namun sepertinya sang perawat tak percaya. Ervin justru mendapatkan tatapan mencurigakan dari mereka.Namun untuk saat ini bukan tatapan mereka yang Ervin piki
Suasana tegang kini nampak terasa di dalam ruang rawat Rena. Walaupun di dalam sana ada Rena dan Ervin, namun ketegangan itu tak kunjung jua mencai.Pasalnya Rena baru saja melakukan tes pada fisiknya dan hasilnya akan keluar satu jam lagi.Dokter bilang jika tes seperti ini bisa dilakukan secara cepat dan bisa dilihat hasilnya saat itu juga, namun sebaiknya dilakukan hal menyeluruh. Jadilah Rena harus bersabar menanti.Baik Rena maupun Ervin mereka berdua sama-sama harap-harap cemas. dalam hati mereka, doa yang sama selalu mereka ucapkan yaitu semoga Rena belum di nodai oleh Dinar."Hasilnya gimana ya? Ya ampun Kok gue panik gini ya?" ucap Rena yang nampak gugup dan sedikit pucat."Jangankan lo, gue sendiri aja sekarang gugupnya bukan main." bals Ervin," Gua nggak tahu apa yang akan gua lakuin sama mantan lo itu jika hasil tesnya menyatakan lo udah diapa-apain sama dia.." Rena terdiam mendenga
LAngit sedang tak bersahabat dengan orang-orang pejalan kaki diluaran sana. pasalnya udara mendingin karena langit yang mendadak gelap dan berat. seolah awan sudah begitu kesusahan menampung tumpukan air dan ingin air tersebut turun membasahi bumi.di rumah sakit, Rena tengah harap-harap cemas saat menunggu kedatangan Ervin. Lima menit yang lalu, pria itu baru saja diminta dokter untuk datang menemui dokter tersebut ke ruangannya.Nasibnya akan ditentukan di sini.Rena kembali melirik jam di dinding kamar rawatnya. Iya kembali merutuk kesal menyumpahi Ervin yang pergi cukup lama. padahal jika diingat kembali, Ervin baru keluar dari ruang rawat Rena sekitar lima menit yang lalu. itu artinya Ervin masih berada di ruang dokter saat ini.Tapi Penantian dan harap-harap cemas dari Rena membuat waktu terasa berjalan cukup lama.Lima menit dua puluh menit lima belas menit, Rena terus menanti sampai akhirnya pintu ruang rawatnya terbuka dan memunculkan Ervi