Share

Seorang CEO Dingin

Dirga menghentikan pergerakannya dan kini pria itu menoleh ke arah Agatha seraya mendengarkan sebuah syarat yang diinginkan gadis di depannya itu.

"Aku memang materialistis sekarang! Semua karena pria itu dan aku tidak ingin percaya lagi dengan pria manapun, walaupun itu Anda," ungkapnya dengan tatapan matanya yang berapi-api.

Pria tampan itu tertegun dan bisa memastikan bahwa ada sebuah dendam yang tercipta di binar mata gadis itu, "Kau tenang saja, sebentar lagi sekretarisku akan datang dan menjelaskan perihal gajimu," jawab Dirga dengan tatapan penuh arti.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya sang sekretaris datang dan menjelaskan semua perihal pekerjaan dan gaji yang akan diterima oleh Agatha karena harus menemani Dirga meeting, maka besok Agatha disuruh untuk menemui Dirga di kantor tepat pukul delapan pagi, "Saya minta Anda tepat waktu datang ke kantor karena pak Dirga adalah tipikal pria yang disiplin," bisik sang sekretaris pelan di telinga Agatha.

Perempuan cantik dengan pakaian yang modis itu mengulas sebuah senyuman sebelum dia meninggalkan Agatha dan pergi berlalu bersama CEO dingin itu. Bagi Agatha sang CEO adalah pria dingin karena pria itu terus saja menatap dingin dan tajam padanya namun mengingat pria itu tadi membelanya sewaktu ada Zio, membuatnya sedikit heran dan tidak menyangka bila Dirga bisa membela dirinya.

Sejujurnya Agatha tidak pernah menduga bila ia akan menerima tawaran sebagus ini, mengingat Zio yang tiba-tiba datang menghampirinya dan mempermalukannya tadi membuat semangat Agatha jadi berapi-apai untuk menjadi asisten pribadi.

"Mungkin ini jalan untukku!" gumam Agatha masih terbalut dalam lamunan panjangnya.

***

Langit pagi itu begitu cerah, matahari mulai ingin menampakkan dirinya. Agatha yang hanya memiliki sebuah sepeda motor kini berjalan membela ke pusat kota, ternyata jarak rumah menuju kantor lumayan jauh, sepanjang jalan berbagai hipotesa negatif terus saja bersarang di kepalanya. Agatha begitu malas untuk bertemu dengan pria bule itu namun demi hutang yang menumpuk, mau tidak mau, ia harus melakukannya demi membayar uang sewa apartemen yang sudah menunggak beberapa bulan.

Setiba di depan sebuah gedung bertingkat, Agatha menghentikan laju motornya dan mengikuti instruksi dari satpam di sana untuk menuju ke area parkiran maka Agatha pun mengikutinya, tatapannya begitu jauh memandangi gedung yang menjulang tinggi, "Semoga saja si pria bule itu bukanlah pria yang cerewet," gumamnya dalam hati seraya menghela napas beratnya.

Langkah pertama memasuki gedung, tidak disangka Agatha disambut hangat oleh seorang pria yang sejak tadi berdiri menatapnya dari kejauhan.

"Selamat datang Nona Agatha, mari ikut saya menuju ke ruangan pak Dirga," ucap pria tampan dengan jas berwarna putih itu.

Agatha sedikit terkejut karena tidak menyangka bila pria yang tak dikenal itu mengetahui namnya, tetapi dari gaya bicaranya yang begitu sopan, ia sudah tahu betul bahwa pria itu sudah pasti suruhannya si pria bule itu.

Tanpa ragu, Agatha langsung mengikuti pria berjas putih itu, ia berjalan begitu lunglai menuju ke ruangan kantor yang tergolong mewah dan begitu tertata rapi, menoleh ke kanan dan ke kiri membuat pria yang berdiri di depannya menelisik tajam karena sejak tadi Agatha terus saja menoleh ke samping tanpa memerhatikan jalan di depannya.

Brukkk!!

Agatha menabrak seorang pria yang ada di depannya, "Maaf, aku tidak seng--" Gadis itu mengatupkan bibirnya begitu cepat ketika mendapati bahwa pria kini berdiri di depannya.

"Kau!!"

"Iya, ini aku! Apakah kau tidak melihat sejak tadi aku telah berdiri di sini untuk menyambutmu! Sebaiknya kau lepaskan saja kacamatamu itu karena percuma saja berkacamata, tetapi kau tidak melihat dengan jelas," tutur Dirga dengan panjang lebar.

Seorang gadis yang berdiri di belakang Dirga langsung mempersilahkan Agatha untuk masuk karena dia harus membahas perihal tugas apa saja yang harus Agatha lakukan untuk menjadi seorang asisten pribadi seorang CEO.

Tidak ingin berdebat dengan sang atasan maka Agatha hanya mengikuti perintah sang sekretaris yang memiliki sikap begitu sopan padanya.

Di balik sikap dingin dan juteknya itu, Dirga terus saja memerhatikan Agatha yang begitu fokus mendengarkan apa yang dikatakan Jessica padanya. Ya, nama sekretaris Dirga adalah Jessica dan nama asisten pribadinya adalah Boy.

"Apakah Anda yakin dengan keputusan Anda ini?" tanya pria dengan menghempaskan pantatnya di sebelah kusi kerajaan Dirga.

"Tentu saja aku yakin! Kaliann bisa menjalani bisnis di sana dan gadis itu mampu menggantikanmu sementara waktu," jawab Dirga tanpa ragu.

Seetelah memastikan bahwa Agatha telah megerti deengan apa yang dijelskan tadi, Jessica pun langsung bangun dari duduknya dan kini perempuan itu telah bersiap memeriksa kopernya dan memberikan sebuah tablet kepada Agatha karena di situ ada jadwal meeting Dirga.

"Baik, Bu. Saya sudah mengerti," jawab Agatha begitu yakin bahwa dia telah paham dengan apa yang telah dikataan oleh gadis itu.

"Bagus! Aku tahu bahwa pak Dirga selalu memilih orang yang tepat dan beliau tidak pernah salah dalam merekrut karyawannya," ungkap Jessica seraya memuji sang atasan.

Entah apa yang dikatkan ketiga orang itu hingga, Agatha pun diacuhkan. Ia menarik napasnya dalam-dalam karena menjadi seorang asisten dengan gaji yang sangat lumayan memiliki resiko yang besar juga.

Tak lama kemudian, kedua orang itu pun berpamitan, sebelum melagkah keluar pria yang menyambuntya tadi berpesan agar Agatha tetap bersabar menghadapi CEO dingin.

"Apa maksudmu, Boy," sela Dirga dengan gaya khasnya memasukkan tangan ke dalam saku celananya.

Jessica tersenyu seraya menggelengkan kepalanya, "Pak Dirga tidak sedingin itu kok, dia memiliki hati yang baik," sambung Jessica seraya melambaikan tangannya.

Agatha hanya menunduk dan tersenyum tipis, setelah kepergiaan dua orang itu, ia merasa sedikit canggung karena suasana ruangan pria itu begitu besar dan sangat dingin sama seperti yang punya.

"Bisakah kau duduk di sini," pinta Dirga dengan tatapan sangt tajam, bak hariamau yang akan menerkam mangsanya.

Agatha yang tengah berdiri agak jauh dari Dirga pun mengikuti perintah bossnya, dia duduk tepat di samping Dirga. "Ada apa, Pak?" tanya Agatha spontan.

"Apakah hari ini ada meeting?'

Pertanyaan itu membuat Agatha langsung mengangguk karena Jessica tadi bilang bahwa Dirga akan ada meeting di luar kantor, "Iya, Bapak ada meeting di luar am sembilan nanti."

"Ayo, kita berangkat sekarang," ajak Dirga langsung bangun dari duduknya.

"Bukannya masih satu jam lagi, Pak." Agatha sedikit menyela karena kebanyakan para boss biasanya akan datang terlambat.

"Apa kau tidak melihat jam berapa sekarang?" tanya Dirga balik bertanya.

Hal itu membuat Agatha tertegun, lantas dia menatap jam tangannya untuk memastikan bahwa dia tidak salah. "Ini baru jam delapan, Pak."

Dirga menarik tangan Agatha ssecara spontan dan menyuruh gadis itu menatap jam dinding di ruangannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lina Herlina
menarik nih, semakin ke sinj
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status