Share

Keanehan Asma #1

Sudah 4 minggu lamanya program laktasi Asma jalani. Selama itu juga dia rutin memijat dadanya setiap 3 jam sekali untuk merangsang ASI agar cepat keluar.

Seperti kata Dokter Juanda, untuk melakukan program ini dibutuhkan kesabaran dan komitmen. Dan selama ASI-nya belum keluar, Dokter menyarankan Dika untuk meminum susu kedelai atau susu formula.

Saat ini Asma tengah mencuri kesempatan untuk memijat dadanya di dalam kamar. Sedangkan Dika tengah digendong oleh bapak sambungnya di teras rumah.

Sampai sekarang Asma selalu diam-diam melakukan kegiatannya itu tanpa sepengetahuan Basuki. Selama sepuluh menit itu dia habiskan untuk memijat serta memerah dadanya.

Selama menjalani program ini, Asma mulai merasakan perubahan pada dadanya. Dari ukurannya yang bertambah besar dan ketat, serta dadanya yang mulai terasa berat.

Sibuk memerah dadanya di tepi ranjang, Asma sampai tidak menyadari jika seorang pria tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya bersama bayi yang ada digendongannya. Suara terkesiap dari pria itu lah yang justru membuat Asma akhirnya tersadar.

"Ya Tuhan." kejut Basuki saat tak sengaja melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat.

Asma yang menyadari akan kehadiran bapaknya buru-buru berbalik. Wajahnya terlihat merah padam. Asma mencengkram bajunya dengan erat demi menahan rasa malunya.

"Ma-Maaf Bapak em.. "

"Ng-Nggak papa, Pak. Asma juga udah selesai." jawab Asma kikuk, sengaja menyela ucapan Basuki. Dia sadar jika bapaknya itu pasti merasa malu.

Setelah membenahi bajunya, Asma segera beranjak dari ranjang. Dengan muka merah dia mendekati Basuki yang masih senantiasa memunggunginya. Pundak pria itu terlihat naik turun dengan napas terengah. Sepertinya Basuki benar-benar syok dengan apa yang baru saja dia lihat beberapa menit lalu.

"Sini, Pak. Biar Asma yang gendong Dika." pinta Asma mencoba untuk mencairkan kecanggungan di antara mereka. Berusaha untuk tidak mempedulikan gemuruh di jantungnya.

Masih dengan muka memerah, Basuki membiarkan putra kecilnya digendong oleh kakak tirinya. Beberapa kali dia menarik napas dalam untuk menghilangkan rasa terkejutnya.

Asma kini fokus menidurkan Dika yang berada digendongannya. Bersenandung pelan sembari menimangnya. Yang membuat bayi itu terbuai dan akhirnya tertidur dengan mudahnya.

Basuki berdecak kagum dalam hati karena Asma begitu pandai menidurkan Dika. Padahal sudah hampir satu jam dia mencoba menidurkan bayi itu. Namun tak juga kunjung tertidur. Maka dari itu dia berniat membawa Dika ke kamar Asma untuk meminta bantuannya. Namun dia justru tidak sengaja melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat.

Lagi-lagi Basuki menarik napas dalam. Bayang-bayang gunung kembar Asma terus terngiang di dalam pikirannya. Bagaimana pun juga dirinya adalah lelaki normal.

Sudah hampir 3 bulan dia menduda. Dan selama itu dia hanya bisa menuntaskan hasratnya seorang diri. Sungguh malang sekali nasibnya.

"Sshhh.. "

Lamunan Basuki terjeda saat mendengar suara rintihan pelan yang keluar dari bibir Asma. Pria itu mengernyit bingung sembari menatap wajah putri tirinya yang terlihat kesakitan.

"Kamu kenapa, Ma?" tanya Basuki tampak khawatir.

Basuki merasa ragu untuk mendekat ke arah Asma. Mengingat apa yang baru saja terjadi di antara mereka. Tapi melihat raut kesakitan yang tergambar jelas di wajah Asma saat ini membuat Basuki merasa tidak tega.

Asma menggigit bibir bawahnya dengan wajah memerah. Gadis itu menggeleng kecil sembari menundukkan wajahnya. Tak ingin bertemu pandang dengan netra kelam bapak sambungnya yang menyorotnya dengan penuh kekhawatiran.

Basuki diam setelah melihat gelengan yang Asma berikan. Namun iris matanya terus menatap setiap pergerakan dari gadis berusia 20 tahun itu. Rasanya dia tidak percaya jika saat ini Asma baik-baik saja. Mengingat tadi dia sempat melihat wajah gadis itu yang memerah dengan bulir keringat menghiasi pelipisnya.

"Ssshhh.."

Lagi-lagi Basuki kembali mendengar suara rintihan Asma. Membuat dirinya merasa janggal dengan hal itu.

"Kamu kenapa? Jujur sama Bapak." desak Basuki sembari memegang pundak Asma agar mau menatapnya.

Setelah cukup lama terdiam, Asma akhirnya mendongak. Iris beningnya yang berkaca-kaca kini bertemu pandang dengan netra kelam milik Basuki yang menyorotnya khawatir.

"Dada Asma sakit, Pak." cicit Asma dengan mata berkaca-kaca.

|•|

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status