Kejadian di dapur beberapa hari lalu benar-benar tidak ada di dalam kamus Basuki. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika dia akan berbuat senekat itu pada Asma. Yang notabene-nya ada putri sambungnya.Namun hal yang membuatnya bimbang hingga saat ini bukan kejadian tersebut. Melainkan respon Asma yang justru tidak menolaknya.Jika dulu Asma akan menghentikannya saat dirinya akan berbuat jauh, lain halnya dengan apa yang terjadi hari itu. Asma justru lebih agresif dan membiarkan dirinya melakukan apa yang ingin dia lakukan.Masih teringat jelas bagaimana lekuk tubuh Asma yang indah di benak Basuki. Dimana tanpa sadar dirinya sudah menanggalkan seluruh kain yang melekat di tubuh Asma. Yang tersisa hanyalah seutas kain yang menutupi area tersembunyi gadis itu.Basuki masih memiliki kewarasan untuk tidak menyentuh bagian itu. Setidaknya tidak untuk saat ini. Pria itu memilih bermain dengan tubuh atas Asma. Dan merasakan cairan putih yang biasanya dikuasai oleh Dika, anaknya.Mengingat adeg
Asma memutuskan untuk pulang bersama Basuki saja. Sebelumnya dia tidak ingin menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Namun entah mengapa begitu melihat iris gelap pria itu yang menatapnya dengan teduh, membuat Asma merasa begitu nyaman. Hingga mengalir lah cerita mengenai cibiran yang sering Yati lontarkan padanya.Selama menunggu pria itu menyelesaikan pekerjaannya mencabuti rumput liar yang menempel di padi, netra bening Asma tak lepas menatap Basuki. Sosok jangkung dengan kulit legam yang dia dapatkan karena terlalu sering terpapar sinar matahari.Jika boleh jujur, walaupun Basuki sering bekerja panas-panasan seperti ini namun tak menghilangkan kadar ketampanan pria dewasa itu. Asma akui Basuki memiliki daya tarik tersendiri yang orang lain tidak miliki.Apa mungkin karena sehari-hari dia selalu bersama pria itu? Bisa saja. Lagipula setelah lulus SMA dua tahun yang lalu, gadis itu tidak pernah dekat dengan siapapun. "Kenapa Bapak nggak mau Asma bantuin? Kan biar cepet selesai,
Deru motor milik Basuki menarik perhatian seorang wanita paruh baya yang tengah menggendong bayi di teras rumah. Begitu juga dengan pemuda yang tengah mengotak-atik motor besarnya. Keduanya kompak menatap kedatangan Basuki dan Asma yang baru saja pulang dari sawah.Basuki menghentikan motornya di depan rumahnya yang tengah kedatangan tamu. Asma yang berada di boncengannya segera turun begitu melihat raut tidak suka yang terlihat jelas dari wajah Yati saat ini. Tanpa sadar dia menggenggam erat kaos yang Basuki kenakan.Basuki yang merasakan cengkraman pada kaosnya sadar betul jika Asma merasa resah. Tergambar jelas raut kecemasan di wajah gadis itu saat ini. Dan dia benar-benar tidak nyaman melihat Asma seperti itu. Asma tidak perlu merasa setakut itu pada Yati."Kamu itu kemana aja? Kenapa nggak balik-balik dari sawah?" cecar Yati begitu melihat Asma. Wanita itu tak menunggu Asma turun dari motornya. Langsung saja dia suarakan kekesalannya pada gadis itu.Dengan ragu Asma turun dari b
Mendengar deheman keras yang berasal dari belakang mereka, membuat Asma dan juga Yoga menoleh serentak. Tepat di ambang pintu dapur, berdiri sosok Basuki yang tengah menatap ke arah mereka dengan pandangan tajam.Asma tanpa sadar menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Yoga. Sedangkan pemuda itu tak menyadarinya karena masih terpaku melihat Basuki di sebrang sana.Langkah kaki Basuki tampak begitu tenang. Namun tidak dengan iris gelapnya yang menghunus tajam tepat di manik Yoga saat ini. Membuat pemuda itu dapat merasakan aura suram yang mulai mencekam."Ada tujuan apa kamu masuk ke sini, Yo-ga?" tanya Basuki dengan sengaja menekan suaranya saat menyebut nama pemuda itu.Raut wajah Yoga terlihat tak tenang. Siapa yang tidak tegang jika berhadapan dengan pria jangkung berbadan kekar yang menatap kita seolah ingin memakan kita hidup-hidup?"I-Itu, Om.. Aku mau ngambil minum. Terus nggak sengaja ketemu Asma di sini." kata Yoga ber
Tok tok..Basuki mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengar ketukan pintu kamarnya. Hal pertama yang dia lihat adalah jendela kamarnya yang menampilkan warna langit yang mulai menguning. Tanda jika hari mulai beranjak petang. Sepertinya Basuki ikut terlelap setelah menemani Dika tidur. Sehingga begitu bangun, tubuhnya merasa begitu lemas dan bingung.Menurut orang tua jaman dulu, tidur di sore hari atau menjelang petang akan membuat tubuh menjadi lemas dan linglung. Dulu Basuki tidak percaya dengan mitos itu. Namun ternyata beberapa ucapan orang tua dulu ada benarnya juga. Menurut ilmu kesehatan, tidur di sore hari justru membuat tubuh jadi lemas. Pasalnya sore hari bukan waktu yang bagus untuk tidur. Justru tubuh akan kekurangan oksigen jika tidur pada sore hari sehingga tubuh terasa lemas. Parahnya lagi, rasa lemas itu bisa dialami sampai keesokan harinya karena asupan oksigen pada tubuh tidak berjalan dengan lancar."Masuk." seru Basuki
Asma memegang jantungnya yang tak berhenti berdebar dengan keras ketika mengingat apa yang baru saja Basuki lakukan beberapa menit yang lalu. Dengan santainya pria itu memeluk dirinya ketika dia tengah menggendong Dika.Tidak hanya itu saja. Basuki juga dengan terang-terangan mengatakan jika dia tidak boleh dekat-dekat dengan Yoga. Awalnya Asma mengira jika pria itu melakukannya karena tidak ingin pemuda kaya raya dan tampan seperti Yoga, mendapatkan dirinya yang hanya seorang gadis biasa.Namun setelah mendengar alasan yang sebenarnya, membuat Asma menjadi kehilangan kata-katanya. Basuki mengatakan jika dia merasa cemburu melihat Asma bersama Yoga. Karena alasan itulah kenapa pria itu sempat bersikap acuh terhadap dirinya.Mengingat penuturan Basuki waktu itu, membuat debaran di dadanya kembali muncul tanpa bisa dia cegah. Entahlah Asma merasakan perasaannya campur aduk saat ini.Ribuan pertanyaan kini hadir di dalam pikirannya. Tentang alasan kenapa Basuki merasa cemburu? Kenapa h
Dulu Asma memang sering melihat pria itu bertelanjang dada jika di rumah ketika ibunya masih ada. Dan Asma merasa biasa saja dengan hal itu. Namun entah mengapa rasanya kini terasa berbeda setiap melihat Basuki dengan kondisi seperti itu. Membuat dirinya merasa malu dengan wajah memanas."Dika masih belum selesai?" Basuki melirik putranya yang masih asik menyusu pada kakak tirinya. Bayi itu terlihat sangat menikmati cairan putih yang tengah disesapnya. Membuat Basuki tanpa sadar menelan ludahnya susah payah, menginginkan hal yang sama.Asma yang sadar melihat tatapan Basuki yang tertuju pada dadanya buru-buru menutupinya dengan bajunya. Walaupun semua itu percuma saja karena pria itu masih bisa melihat ujung puncaknya yang tengah dikulum oleh Dika.Basuki mengulum bibirnya melihat apa yang Asma lakukan. Untuk apa gadis itu sibuk menutupinya jika dia sudah biasa melihatnya? Bahkan Basuki juga pernah merasakannya walau hanya sekali.Mengingat kejadian itu membuat wajah Basuki memanas. S
Seperti biasa, Asma bangun lebih awal dari para penghuni rumah yang lain. Sembari mencepol rambut panjangnya asal dan meninggalkan beberapa helaian rambut nakal yang menjuntai di lehernya, Asma turun dari ranjangnya dengan hati-hati. Takut pergerakannya membuat Dika yang semalam tidur bersamanya terbangun.Sebelum benar-benar keluar dari kamarnya, gadis itu memastikan sekali lagi keadaan adik tirinya yang masih bergelung dengan nyaman. Bayi mungil itu begitu pulas tertidur setelah membuatnya kalang kabut tadi malam.Dika memang sempat terserang demam kemarin. Sehingga membuat bayi mungil itu sedikit rewel. Asma dan Basuki sampai harus bergantian mengurusnya.Menutup pintu kamarnya dengan hati-hati, Asma melirik pintu yang ada di depannya dengan ekor matanya. Pintu berwarna coklat itu masih tertutup rapat. Sepertinya Basuki masih belum bangun dari tidurnya.Tak ingin mengganggu bapak sambungnya, Asma memutuskan untuk menuju kamar mandi. Membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar walau