Tidak berapa lama Nia dan Riko sudah tiba di sebuah hotel mewah yang ada di kota Surabaya. Sesaat Nia terlihat bingung saat baru saja tiba di hotel tersebut. Terlihat Nia sedang melihat sekeliling lobby hotel dengan rasa takjub.
"Mas, kenapa kita ke hotel ini?" tanya Nia yang sedikit bingung."Pertemuan memang diadakan di sini, jadi jangan buat aku malu." Riko mencoba memperingatkan Nia."Ya Allah, besar sekali hotel ini. Sepertinya Mas Riko memang memiliki pekerjaan yang lebih baik," gumam Nia sambil melihat sekeliling hotel.Riko yang sejak tadi berdiri di loby hotel langsung meminta Nia untuk duduk di sebuah sofa. Sementara Riko langsung berjalan ke arah sebuah meja yang berjarak 50 meter dari tempat duduk Nia. Terlihat Riko sedang berbicara dengan seorang pria yang berusia sekitar 40 tahun.“Mas Riko sedang bicara dengan siapa itu? Apa mungkin itu Bos besar yang dia maksud,” ucap Nia sambil memperhatikan Riko dari kejauhan.Setelah cukup lama berbincang-bincang, Riko pun kembali menemui sang istri. Dengan lembut Riko mengajak Nia untuk berjalan ke arah sebuah kamar yang telah dipesan sebelumnya. Nia yang tidak menaruh curiga kepada sang suami akhirnya menuruti ajakan Riko.“Wah, luas sekali kamar ini. Mas,” ucap Nia yang terlihat kagum dengan kemewahan dan keluasan kamar hotel itu.“Bagaimana, apa kamu menyukai kamar ini?" tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba keluar dari dalam kamar mandi."Bapak, bukannya Bapak ini yang bicara denganmu tadi. Mas?" tanya Nia yang terlihat terkejut."Kamu benar. Ini Pak Boby, dia adalah pemilik usaha percetakan terbesar di Surabaya.""Oh jadi kamu bekerja di percetakan Pak Boby?" tanya Nia dengan wajah bangga.Sambil memegang kedua pundak Nia. "Bukan aku, tapi kamu.""Aku! Maksudmu apa, Mas?" tanya Nia yang mulai tidak mengerti dengan ucapan sang suami."Malam ini kamu bekerja di hotel ini bersama Pak Boby, aku minta kamu benar-benar memastikan jika pelayanan yang kamu berikan bisa membuatnya puas," jelas Riko sambil tersenyum.Boby yang melihat kemolekan tubuh Nia terlihat begitu bernafsu. Tatapan mata Boby persis seperti seekor serigala yang siap memangsa mangsanya. Ada rasa risih dalam diri Nia saat melihat Boby terus melihat bagian dadanya.“Maksudmu, aku harus melayani laki-laki ini. Mas?” tanya Nia seolah memastikan.“Benar, kamu hanya perlu berbaring dan menikmati permainan Pak Boby. Mudah ‘kan,” ucap Riko dengan entengnya.“Tidak! Aku tidak akan mau melayani laki-laki yang bukan suamiku, lagi pula apa kamu sudah gila menjual istrimu sendiri!” bentak Nia sambil mendorong tubuh Riko.“Tapi kita tidak ada pilihan lain selain ini, apa kamu mau seumur hidup kita di kejar depkolektor!” teriak Riko sambil memegang tangan sang istri.“Hutang itu kamu yang memulai, jadi lebih baik kamu juga yang menyelesaikannya.”“Aku! Apa kamu lupa jika hutang-hutang itu adalah atas nama mu, dan aku yakin mereka akan mengejarmu sebagai pemilik hutang bukan aku.” Riko terlihat tertawa.“Ayolah, aku akan membayarmu mahal untuk satu malam ini,” ucap Boby yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari Nia.“Maaf, walaupun Bapak membayar ratusan juta saya tetap menolak. Karena tubuh saya hanya untuk suami saya, bukan laki-laki lain,” jawab Nia yang langsung keluar dari kamar itu.Boby yang tidak terima dengan penolakan Nia langsung meminta Riko untuk mengembalikan sebagian uang yang sudah dikirim. Terlihat wajah gugup dan takut dari Riko, pasalnya uang itu telah habis digunakannya untuk foya-foya. Riko yang panik langsung meminta Boby untuk menunggunya di kamar."Nia! Nia, berhenti disitu. Atau aku akan menghajarmu di tempat ini," ancam Riko hingga membuat Nia langsung berhenti.Nia yang mendengar teriakan Riko langsung menghentikan langkahnya. Bukan karena dia takut, tapi lebih kepada malu jika pertengkarannya harus di dengar banyak orang. Riko yang melihat Nia sudah berhenti langsung menghampiri sang istri."Kali ini kamu harus mau melakukan apa yang aku perintahkan! Semua ini demi untuk melunasi hutang-hutang yang menjadi tanggung jawabmu," ucap Riko yang langsung menggegam tangan Nia."Aku akan menyelesaikan hutang itu, tapi tidak dengan cara ini. Mas," jawab Nia dengan tatapan mata kecewa."Lalu dengan cara apa, apa dengan cara menjaga warung makan kita yang tidak pernah ada pembeli? Atau kamu mau bekerja hanya dengan modal KTP," tanya Riko.Sesaat Nia terdiam mendengar ucapan sang suami. Nia yang saat itu hamil diluar nikah membuatnya di DO dari SMA nya. Hal itu membuat Nia tidak dapat memiliki ijazah SMA."Atau kamu mau masuk penjara karena dituduh melakukan kasus penggelapan motor dan penipuan.""Aku janji setelah semua hutang kita lunas kamu boleh berhenti dari pekerjaan ini," tambah Riko seolah meyakinkan sang istri.Nia yang terlalu percaya dengan janji manis Riko akhirnya menyetujui keinginan sang suami. Tanpa berpikir berapa banyak laki-laki yang nantinya akan dia puaskan. Setelah melakukan perdebatan panjang, Nia pun akhirnya masuk ke dalam kamar."Akhirnya kamu kembali, Manis." Boby terlihat bahagia saat melihat Nia masuk ke dalam kamar.Nia bukanlah gadis yang cantik dan memiliki kulit putih seperti wanita kebanyakan. Namun, wajah manis dan bentuk tubuh yang dimilikinya mampu membuat semua mata tertuju padanya. Malam itu adalah malam yang paling menyiksa bagi Nia, pasalnya dia haus terpaksa melayani Boby yang jelas-jelas bukan suaminya.“Ya Allah, ampuni aku. Aku terpaksa melakukan ini demi untuk membayar hutang-hutang suamiku," batin Nia sambil memejamkan mata.Nia yang saat itu sudah berbaring di tempat tidur terlihat memejamkan mata. Sementara itu Boby terlihat begitu menikmati setiap lekuk tubuh Nia yang sudah dalam keadaan tanpa busana. Air mata terlihat keluar dari dua mata cantik wanita muda itu.30 menit berlalu, Boby yang sudah terpuaskan dengan pelayanan Nia lagsung memakai bajunya dan meninggalkan Nia yang masih dalam balutan selimut. Tidak ada yang bisa dia katakan saat itu selain menangisi apa yang baru saja terjadi. Sementara itu Riko yang berada di luar, terlihat bahagia saat melihat layar ponselnya."Kamu benar-benar istri yang berbakti, Sayang. Lihat ini uang hasil kerjamu malam ini," ucap Riko sambil menunjukkan nominal yang tertulis di layar ponselnya.Sejak malam itu Riko terus memaksa Nia untuk melayani laki-laki hidung belang. Tidak hanya laki-laki dalam kota, tapi kebanyakan dari mereka adalah laki-laki dari luar kota. 2 tahun berlalu, hutang yang seharusnya sudah lunas justru belum ada yang terbayarkan."Hari ini aku didatangi para penagih hutang, mereka bilang kamu belum membayar lunas hutang-hutang itu. Sementara aku tahu semua uang pembayaran laki-laki itu masuk ke dalam rekening kamu, lalu kenapa kamu tidak membayarkan nya?" tanya Nia kepada sang suami."Aku lelah, lebih baik kamu keluar dari kamar karena aku mau istirahat!" perintah Riko sambil menutup wajahnya dengan bantal."Mas! Aku selama ini sudah menuruti kemauanmu, tapi kenapa kamu justru mengingkari janji yang sudah kamu ucapkan," bentak Nia yang mulai hilang kesabaran."Lalu sekarang apa maumu? Kamu berhenti! Silahkan, tapi jangan salahkan aku jika ada Polisi datang untuk menangkapmu," ancam Riko sambil menatap Nia dengan tajam."Lebih baik aku menceritakan perbuatan Mas Riko pada orang tuaku," batin Nia sambi duduk di tempat tidur.Sejak pertengkaran itu, Nia akhirnya berusaha mencari solusi dengan menceritakan semua perbuatan Riko kepada orang tuanya. Harapan akan pembelaan orang tuanya ternyata hanyalah isapan jempol belakang. Bukannya mendapat pembelaan Nia justru disalahkan atas apa yang dikatakannya. "Kamu pikir Ayah percaya dengan ceritamu? Tidak, karena selama ini Ayah tidak pernah melihat keburukan pada diri Riko!" bentak Budi yang terlihat kesal. “Ayah memang tidak pernah melihat keburukan pada Riko karena selama ini dia selalu bersikap baik di depan kalian, berbeda saat dia ada dirumahnya!” teriak Nia sambil menangis. “Nia, jaga ucapanmu! Selama ini Ayah tidak pernah mengajarimu menjadi wanita pembangkang, apalagi pada suami,” bentak Budi yang langsung menampar pipi sang putri. "Nia, semua masalah itu pasti ada di setiap rumah tangga. Tetapi Ibu yakin Riko tidak akan sampai hati menjualmu pada l
"Kalian berdua memalukan! Anak tiga saja kalian tidak mampu memberi kehidupan yang layak, sekarang malah mau punya anak lagi." Sukma masuk ke dalam rumah sambil marah-marah. "Ada apa, Bu? Pulang dari Rumah sakit malah marah-marah seperti itu?" tanya Rumi yang saat iti duduk di sofa bersama Sari. Sambil menoleh ke arah Nia dan Riko yang ada di belakangnya. "Kalian tanya saja sama saudara kalian ini." "Nia! Apa kamu tidak melakukan KB selama ini?" tanya Riko pada sang istri. "Tidak, Mas. Karena selama ini aku tidak pernah cocok setiap melakukan KB," jawab Nia sambil menunduk. "Itulah bodohnya dirimu, sudah tahu miskin masih saja sok-sokan punya anak lagi," ucap Sukma. "Riko Ibu tidak mau tahu kalian harus menggugurkan anak itu." "Apa di gugurkan? Tidak aku tidak mau mengugurkan anak ini!" bentak Nia sambil memegang perutnya. "Jadi wanita miskin ini sedang hamil, dasar tidak tahu diri. Bayakin itu uang bukan anak," ucap Sari sambil memandang Nia dengan tatapan hina. "Ibu benar, ka
"Riko! Apa kamu tidak mendengar istrimu berteriak seperti itu?" tanya Sukma yang terlihat kesal. "Halah, sudahlah. Bu, biarkan dia berteriak sesuka hati nanti kalau capek juga diam sendiri," jawab Riko sambil terus menatap ke arah televisi. "Bukan masalah dia nanti diam atau apa, tapi Ibu ini pusing mendengar teriakan istrimu. Lagi pula tidak enak jika sampai tetangga mendengarnya," ucap Sukma. "Lalu sekarang apa yang harus aku lakukan, Ibu tahu sendiri aku sedang melihat acara televisi." Sambil menarik tangan Riko."Sekarang kamu masuk ke dalam dan minta istrimu untuk menghentikan teriakannya." "Tidak mau, aku masih melihat acara ini." Riko langsung menolak perintah Sukma. "Dasar anak tidak bisa di atur," gerutu Sukma sambil berjalan ke arah kamar Nia. Sukma yang baru saja membuka pintu terkejut saat melihat menantunya duduk di lantai dengan darah segar yang menggalir. Merasa khawatir Sukma langsung berteriak memanggil Riko. Hingga membuat seluruh orang yang ada di rumah itu te
"Aku akan membawa mu bertemu dengan Maya, tapi ada syaratnya." "Syarat? Apa syaratnya?" tanya Nia yang terlihat penasaran. "Yang pertama kamu tidak boleh menyakitinya, dan yang kedua setelah bertemu dengannya kamu harus mau melayani seorang tamu," jawab Riko sambil dudukdi tempat tidur. "Syarat pertama aku terima, tapi tidak dengan syarat kedua. Aku akan bekerja sebagai pembatu untuk membayar semua hutang-hutang mu," ucap Nia dengan tatapan tajam. "Tidak bisa! Kamu harus terus melayani tamu yang datang, jika tidak aku akan melaporkanmu ke Polisi. Sekaligus tidak ada pertemuan dengan Maya." Bagaimana ini, lebih baik aku iyakan saja. Semua ini aku lakukan untuk mengetahui siapa wanita bernama Maya tersebut," batin Nia sambil menatap wajah licik sang suami. "Baik, aku terima semua syarat darimu." *** Keesokan harinya, Nia dan Riko akhirya pergi ke ruma Maya. Nia yang saat itu memiliki sedikit uang pemberian ibunya. Meminta sang suami untuk berhenti di sebuah toko kue. "Assalammua
Riko yang sudah menahan amarahnya sejak tadi. Langsung menyeret Nia kedalam kamar. Dengan sadis Riko langsung mencambuk istrinya itu dengan menggunakan ikat pinggang. "Dasar perempuan tidak tahu diuntung! Bisa-bisanya kamu kabur dari tempat itu." Riko terus mencambuk sang istri tanpa belas kasihan. "Ampun, Mas. Aku mohon ampuni aku!" teriak Nia sambil menangis. "Kamu tahu, gara-gara kelakuanmu itu hari ini aku rugi banyak! Dan kamu harus mengganti semua kerugian itu," jelas Riko sambil terus mencambuk tubuh sang istri. "Aku janji akan membayar semua, tapi aku mohon jangan paksa aku untuk melakukan pekerjaan itu lagi. Mas, aku lebih baik menjadi pembantu daripada harus melayani laki-laki yang bukan suamiku!" teriak Nia sambil memohon. "Tutup mulutmu! Ingat aku tidak akan segan-segan menyakitimu jika kamu melaporkan hal ini pada orang lain," ancam Riko sambil menjambak rambut Nia. Sambil mengetuk pintu kamar. "Riko! Riko. Cepat buka pintu kamarnya." "Ibu, ada apa sih mengganggu sa
Riko yang sejak tadi pergi. Kini sudah ada di depan pintu. Dengan segera dia langsung menarik tangan sang istri dengan kasar dan membawanya masuk kedalam kamar. "Riko! Lepaskan putriku. Kamu tidak bisa memperlakukannya seperti itu!" bentak Indah sambil menangis. "Kenapa tidak bisa? Aku suaminya, jadi aku bebas melakukan apapun yang aku mau," jawab Riko sambil mendorong mertuanya. "Dasar menantu durhaka, bisa-bisanya kamu memperlakukan mertua sendiri seperti itu!" bentak Rosa sambil membantu Indah berdiri. "Nia! Nia, keluar. Nak! Ayo kita pulang, lepaskan saja suamimu ini!" teriak Indah sambil menangis. Riko yang tidak mau tetangga mendengar pertengkaran itu. Langsung menyeret tangan Indah keluar dari rumahnya. Sukma yang melihat kejadian itu terlihat tertawa bahagia. "Kamu benar-benar menantu tidak punya hati, aku menyesal sudah menikahkan putriku dengan laki-laki sepertimu!" teriak Indah. Teriakan Indah ternyata didengar oleh beberapa tetangga Riko. Hingga membuat mereka semua
"Eh! Perempuan benalu, apa kamu tidak melihat cucian piring sudah menumpuk di belakang!" bentak Sukma hingga membuat Nia terkejut. "Maaf. Bu, apa tidak bisa hari ini aku beristirahat sebentar. Karena aku sedang tidak enak badan," jawab Nia sambil duduk di tempat tidurnya. "Tidak bisa! Pokoknya sekarang kamu bangun dan cepat kerjakan semua pekerjaan rumah." Sukma langsung menarik tubuh menantunya dan langsung membawanya ke dapur. Kehidupan Nia jauh dari kata sempurna. Bukan hanya dalam rumah tangga. Tapi dalam hal keuangan pun dia selalu kekurangan. Selama ini dia memang bekerja melayani lelaki hidung belang. Namun, seluruh uang tersebut justru di bawah oleh sang suami. Dia hanya memberikan uang 50 ribu per tamu. "Ya ampun lelah sekali rasanya," ucapnya sambil duduk di tempat tidur. Nia yang sudah kelelahan memutuskan untuk membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Baru juga dia memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara ponsel berbunyi. [Halo, Nia. Apa kabar?] tanya Rafli m
"Apa jangan-jangan dia di rumah orang tuanya?" tebak Sukma. Mendengar perkataan sang ibu, Riko langsung melajukan motornya ke rumah mertuanya. Riko yang baru saja datang terlihat heran. Pasalnya rumah itu terlihat sepi seperti biasanya. Bahkan suara sang istri pun tidak terdengar. "Assalamualaikum … ." Riko mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. "Waalaikumsalam," jawab Indah. "Mau apa kamu kemari! Apa kamu belum puas karena sudah menghina kami di depan tetanggamu." "Kedatangan ku ke sini … ." "Ayah!" teriak ketiga anak Riko sambil berlari ke arahnya. "Ayah, Bunda mana? Kenapa hari ini dia tidak ke sini untuk menjenguk kami," tanya Sesil yang berdiri di hadapan sang ayah. "Nia belum kemari, apa jangan-jangan dia pergi bersama laki-laki itu," batin Riko yang terlihat berdiri mematung. "Ayah! Kenapa Ayah diam," ucap Sandi dan Doni secara bersamaan. Sambil terkejut. "Sekarang kalian masuk dulu, Ayah mau bicara sama Mbah Utie dan Akong." Mendengar perintah sang