Heran ... dari sekian banyak lelaki kenapa malah makhluk halus ini yang membuatku 'klepek-klepek'. Arwah aneh yang bucin dan kepo, level akut. Andai saja aku dan Dokter Doddy sama-sama manusia biasa pasti kami jadi pasangan yang sangat serasi, seorang Dokter Tampan dan perawat Cantik. Namun kenyataannya semua hanya khayalan yang tak mungkin jadi kenyataan.
Sejak awal bertemu Dokter Doddy yakin jika aku bisa membangunkan tidur panjangnya, masa iya? Aku sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Iya ... aku memang indigo, tapi aku bukan paranormal atau pesulap, mana bisa membangunkan orang koma? Semua itu bukan kapasitasku. Hanya keajaiban yang bisa membangunkan orang koma.
Koma adalah situasi darurat medis yang dialami seseorang ketika dalam keadaan tidak sadar. Ketidaksadaran yang disebabkan menurunnya aktivitas dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi. Meskipun dalam keadaan tidak sadar sebagian pasien yang mengalami koma masih bisa bernapas secara spontan.<
"Maaf salah orang, Suster Ageeza masih di dalam, belum offer shift," Pak Reza yang sudah tidak berpakaian Dinas, menarikku keluar dari kerumunan."Pak Polisi? Ada apa, kok wartawan-wartawan itu mencariku?" tanyaku polos."Mereka mau cari berita tentang bayi yang semalam kita temukan di semak. Biar Komandan nanti yang jekaskan pada mereka. Ngadepin wartawan cape loh, Sus," jelasnya." O ... untung Pak Polisi cepat menarikku dari kerumunan, terima kasih, Pak!" ucapku."Sama-sama, cepet pulang. Kalau ada salah satu dari wartawan ke rumah, jangan kasih komentar apapun. Jawab saja tidak tahu!" titahnya."Baik, Pak."Aku berlalu menuju parkiran, sialnya mesin motorku mati. Aku kembali ke lobi menghampiri security untuk meminta bantuan."Kenapa balik lagi Suster!!" tegur Pak Polisi."Motorku mati, mau minta bantuan security buat nge-cek.""Lama!! Keburu wartawan-wartawan itu pada
Malam ini jenazah bu Farida akan di bawa oleh keluarganya begitupun bayi mungilnya yang malang.Bu Farida kembali menujukan wujudnya padaku tapi kali ini wajah Bu Farida sudah tidak menakutkan lagi. Beliau berterima kasih dengan seulas senyum di bibir pucatnya. Dia tersenyum sampai akhirnya menghilang di balik tembok Rumah Sakit.Kakek dan Nenek si bayi malang sempat menemuiku, mereka berdua sangat berterima kasih karena aku bisa menemukan Bayi bernama Raya itu di TKP kecelakaan. Sedih sekali melihatnya, Raya yang masih bayi sekarang harus tinggal bersama kakek dan neneknya yang sudah tidak muda lagi.******"Za, ada nasi sama minuman tuh, dari Bapak Polisi ganteng buat kamu.""Siapa San? Pak Reza?" sahutku."Aku gak tanya namanya siapa, males. Orangnya judes banget.""Hehe ... ya gak salah kalau judes ya dia, Pak Reza."Tak terasa waktu menunjukan setengah sebelas malam, setelah
Pagi-pagi sekali handphone ku sudah berbunyi berulang-ulang, ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan masuk di sana."[Assalamualaikum Suster, ini Reza. Motornya sudah diantar ya.]""[Suster belum bayar ongkosnya.]""[Ongkosnya harus di bayar, nanti malam.]"Gak sabaran banget nih Pak Polisi, pesannya belum di balas terus aja mengirim pesan."[ Waalaikumsalam, Pak Reza, maaf saya baru buka handphone. Berapa ongkos perbaikannya, Pak? Mohon maaf minta nomor rekening Bapak, saya akan transfer.]"Pesan itu centang dua, dengan cepat dia membalas kembali pesanku."[Saya gak mau ditransfer, nanti malam saya mampir ke Rumah Sakit.]""[Baiklah terserah Bapak, terima kasih sudah membantu.]""[Sama-sama Suster.]"Baru saja disimpan di atas nakas handphoneku sudah berdering lagi. Rupanya telepon dari Mas Faiz."Assalamualaikum,
Mataku membola menatap Pak Reza, tanpa kompromi denganku tiba-tiba dia minta izin pada Ayah untuk dekat denganku."Ayah silakan saja. Selama ini, tak pernah melarang Geeza dekat dengan siapapun. Untuk Ayah, yang penting tidak membawa pengaruh buruk untuk Geeza."Sementara dia tersenyum sangat manis mendengar jawaban Ayah."Saya tidak akan mengecewakan, Om, Saya janji." Pak Reza kembali menyalami tangan Ayah. "Saya permisi, assalamualaikum.""Waalaikumsalam," Ayah langsung masuk Rumah sementara aku masih mematung di teras."Cepat masuk, Istirahat!""Kenapa?? Pak Reza ....." ucapku terputus."Sudah, Za, jangan tanya alasannya. Aku suka sama kamu, itu jawabannya."Seenaknya saja dia berlalu bersama taksi online yang membawanya meninggalkan halaman rumahku sementara jantungku hampir saja meledak karena kelakuannya._________Hatiku tak karuan, ada rasa bersal
Setelah kedatanganku hampir sebulan lalu Mas Deddy dan Mama Pak Dokter selalu bermimpi aneh. Pak Dokter datang ke mimpi mereka dan ingin aku yang merawatnya, dia menangis memandangi bunga kering yang kubingkai dalam frame silver yang aku berikan.Awalnya mereka hanya menganggap semua mimpi belaka, tapi ternyata mimpi itu datang setiap malam. Selama hampir tiga puluh hari berturut-turut."Maaf Mas, Bu, kalau untuk menjaga 24jam tidak mungkin. Aku bekerja di Rumah Sakit," jelasku."Bagaimana kalau dua hari sekali, Suster bisa?""Orang tuaku pasti khawatir. Tak akan ada izin pergi sendiri, Abang bekerja dan tidak akan selalu bisa mengantarku""Kami pasti bayar.""Bukan masalah bayaran, Bu. Saya ikhlas menolong Pak Dokter, bukan soal uang.""Mmm ... maaf sebelumnya, Mas, Bu saya punya saran. Bagaimana kalau dr. Doddy dipindah ke Bandung? jadi adik saya bisa tiap hari menengok.""Bagai
Beberapa hari yang lalu aku sudah menghubungi mas Faiz, menanyakan perihal gaun yang ia kirim untukku. Hari ini Pertunangan Keponakan Mas Faiz, putri sulung Bude Aruna, Mas Faiz memberikan gaun itu untuk acara malam ini.Alhamdulillah, kata Bude Aruna, Saina sudah siuman. Anak kecil yang berjuang melawan penyakitnya selama hampir dua tahun itu, bangun setelah koma hampir satu tahun. Lega rasanya mendengar kabar gembira itu, aku sudah tidak sabar menunggu gadis kecil itu kembali.Pantas saja dia tak pernah gentayangan lagi, biasanya dia berlari mengekor setiap langkahku di Rumah Sakit.Aku di jemput Mas Faiz setelah Maghrib, laki-laki berparas Arabian itu memindaiku dari atas hingga bawah, lalu ia lalu terlihat mengalihkan pandanga kearag lain."Maaf ya, Za, ini semua kerjaan Kak Aruna. Kak Aruna memang niat sekali menjodohkan kita," ujarnya."Kenapa minta maaf, Mas? Aku biasa saja, jodohkan sudah Allah atur
Pagi hari yang cerah, walaupun tak secerah perasaanku yang campur aduk. Masih sangat sedih karena baru ditinggal Saina dan kesal sekali sama sikap Pak ... eh ... Bang Reza, maksudnya."Dekkk! Sudah bangun belum?" teriak Bang Gaza diluar kamar."Sudah, Bang. Masuk saja."Setelah mandi aku berdiri di balkon menghirup udara pagi sambil melihat orang lalu-lalang di jalanan sekitar komplek."Mas Deddy barusan telpon, 'deal' , katanya, Mas Deddy dan Mamanya setuju untuk membawa dr.Doddy ke kota. Lagi nyari tempat dulu, nanti sudah dapat tempat tinggal kita dikabari lagi.""Serius, Bang? Alhamdulillah aku senang sekali mendengarnya.""Oh iya, Dek. Ini celana jeans dari Pak Bachir, bonus katanya sama t-shirt nya juga.""Ini kan baju bekas pemotretan waktu itu? Wah ... Pak Bachir dan Mas Faiz baik sekali.""Memang, makanya dikasih ke kamu.""Dasar, Pak Bachir. Tapi lumayan deh
Sudah empat hari aku bulak-balik Bandung-Lembang, meski belum bisa berbicara perkembangan dr.Doddy sangat siknifikan. Aku tetap semangat agar dr.Doddy juga semangat untuk sembuh.Lelah seusai bekerja sudah tak kuhiraukan yang ada dibenakku hanya janji dan tanggung jawabku untuk menepatinya. Cuaca yang tak bersahabat juga aku hadang semuanya demi pak Dokter.Setelah memarkirkan motor di depan Villa aku berpapasan dengan dr. Mayda, wajah judesnya yang begitu konsisten memindai penampilanku dari atas sampsi bawah. Dari awal memang sepertinya dia tidak menyukaiku. Peduli amat, aku memang hanya perawat jauh dengannya yang seorang Dokter tapi aku pastikan aku lebih istimewa dimata dr.Doddy."Siang Ma, Mas," sapaku."Siang, Suster ayo masuk. Mama senang, sekarang Doddy sudah bisa duduk.""Syukurlah, Ma. Geeza senang mendengarnya. Selamat siang, Dokter, makan yuk! Geeza suapi," ucapku.Matanya berbinar, seakan m