Barata melepaskan serangan yang begitu cepat dan mematikan. Lintasan pedangnya begitu tajam, dan mengarah ke leher monster singa. Dengan kecepatan ayunan pedang yang begitu tinggi, Barata memiliki momentum yang besar.
Celah mulai terbuka ketika monster singa melangkah ke depan, dan peluang itulah yang Barata ambil. Dia mengayunkan pedangnya sekuat tenaga, tetapi serangannya dimentahkan dengan tanduk monster itu.
Terjadi sebuah benturan yang kuat, hingga sekujur tubuh Barata bergidik dalam waktu yang singkat. Barata melihat pedangnya retak dan patah. Tak lama kemudian diikuti oleh suara retakan lainnya.
Barata menyunggingkan senyuman kecil di wajahnya saat dia melihat tanduk monster singa itu retak. Meskipun tidak patah, retakan itu cukup besar, dan hanya perlu satu tekanan saja untuk membuatnya patah.
Dengan kekuatan layaknya seorang pria dewasa biasa, ia mampu melukai monster tangguh itu. Hal ini membuat Barata senang. Sayangnya, hal ini juga memberinya tamparan keras, jika semua sudah berubah saat ini.
Ketika Barata kehilangan tenaga dalamnya, dia menjadi putus asa. Dia memiliki keinginan untuk meninggalkan dunia ini dan perasaan itu begitu besar. Namun, dia tidak ingin mencapai hal itu dengan mati di tangan monster singa.
Barata hanya ingin meninggalkan dunia dengan cara yang lebih terhormat, seperti berada di dalam pertempuran besar. Ketika Barata melihat ke belakang beberapa saat lalu, dia merasa jika keinginannya didorong oleh perasaannya. Tidak seperti biasanya Barata seperti itu, menggunakan perasaannya daripada kepalanya.
“Bagaimana caranya? Sulit sekali. Monster itu sama sekali tidak menunjukkan celah maupun kelemahannya. Kekuatannya juga terus meningkat. Dan juga, apa ini? Semakin dia marah, kekuatannya meningkat berkali-kali lipa!" Barata tidak bisa mengesampingkan kekuatan monster yang ada dihadapannyai. Sebelumnya, ia pernah bertemu dengan seorang pendekar yang memiliki kemampuan mirip dengan monster singa.
Barata meningkatkan kekuatannya ketika amarah berada di puncak. Saat Barata menghadapi lawan seperti ini, dia benar-benar membutuhkan usaha yang keras. Selain itu, dia juga merasa perlu menyelesaikan pertarungan dengan cepat atau dia yang akan dirugikan.
“Dia unggul dalam segi kecepatan dan kekuatan. Sangat sulit untuk mencari kelemahannya. Pada saat tanduknya retak, dia marah dan menyerang secara membabi-buta. Berbeda saat tanduknya masih utuh!!! Apa mungkin tanduknya itu kelemahannya? Apa yang akan terjadi jika aku menghancurkannya?" Barata bergumam, menatap tajam ke arah monster singa.
Barata segera bergerak. Kecepatannya tak secepat sebelumnya, tetapi jauh lebih cepat dari rata-rata pria dewasa.
Tanpa adanya senjata lain kecuali pedang patah, daya serangnya menurun dengan tajam. Barata hanya bisa memanfaatkan senjata yang ada saja. Sulit memang, apalagi ia juga mendapatkan tekanan yang cukup besar dari aura monster singa itu.
Barata tidak ragu untuk menyerang monster itu setelah dia menimbang-nimbangnya. Meskipun pertaruhan yang Barata lakukan memiliki persentase kekalahan yang cukup besar, ia terus maju untuk menyerang.
Barata menggunakan pedang patah di tangannya untuk merusak tanduk di dahi monster singa. Saat pedangnya menebas tanduk monster tersebut, dia menerima serangan yang kuat hingga tubuhnya terhempas jauh sampai menabrak pohon untuk kesekian kalinya.
“Ugh!!!” Pandangan mata Barata tak lagi fokus. Dia tak begitu jelas melihat keadaan monster singa itu. Dia hanya bisa melihatnya secara samar-samar.
Monster singa itu meronta-ronta kesakitan. Aumannya begitu kuat hingga menggetarkan sekitarnya. Auman itu pula yang membuat Barata sadar, dan dia tak memiliki pikiran untuk melawannya lagi. Barata merasa belum memiliki kekuatan yang besar untuk menghancurkannya. Ia juga berpikir kalau dia perlu menambah kekuatannya lagi.
Dengan sekuat tenaga, ia bangkit. Beberapa kali ia goyah saat berjalan. Namun, ia tetap memaksakan diri. Ia harus menyelamatkan diri dari tempat itu, maka dia segera lari.
Bagaimanapun, dia sudah asal masuk ke wilayah monster singa tanpa mengetahui apapun, sehingga dia menyebut dirinya sendiri ceroboh dan bodoh.
Sebelum dia meninggalkan monster singa itu, Barata mengamatinya sekali lagi. Monster itu menatap dirinya dengan penuh kebencian dengan niat membunuh yang sangat besar.
Tidak ada keraguan jika dirinya akan terbunuh jika dia maju dan menyerangnya lagi. Barata menggertakkan giginya, dan dia lari berlawanan arah dari posisi monster singa itu.
“Makhluk itu benar-benar mengerikan. Tidak ada celah maupun peluang yang bisa aku manfaatkan, dan aku sudah membuatnya marah. Sepertinya, aku hanya bisa lari dan kembali lagi kemari ketika kekuatanku sedikit pulih,” ujar Barata. Dia memang berhasil membuat luka pada tubuh monster singa, hanya saja dia tidak yakin seberapa besar dampak dari luka itu pada monster tersebut.
Barata mempercepat langkahnya, dan dia menggunakan sisa kekuatannya. Dia berlari menuju ke arah dalam lembah. Entah mengapa, dia merasa akan aman jika masuk ke area tersebut daripada berlari keluar. Tidak peduli sekuat apa monster itu mengejar dan meraung, Barata terus berlari mengerahkan seluruh kekuatannya yang tersisa.
Nafas Barata tak beraturan dan dadanya terasa sangat sesak. Dia nyaris kehabisan nafas ketika melarikan diri. Walaupun Barata tak memiliki perubahan pada fisiknya, kekuatannya benar-benar dikembalikan sepertii pria dewasa pada umumnya.
Ketika ia melarikan diri, Barata sempat berpikir tentang keadaannya, apakah kejadian ini hanya dia seorang yang mengalaminya atau juga menimpa seluruh pendekar. Pertanyaan itu terus menggelayut di pikirannya, dan membuatnya penasaran.
Barata terus saja melangkah hingga dia sampai di suatu tempat yang sangat berbeda. Entah tempat apa itu, tetapi dia merasa jika tempat itu tak pernah ada di area tersebut. Sulit untuk menerima apa yang ada di depannya saat itu. Sungguh tidak masuk akal bahkan dia sendiri tak bisa mempercayainya
Perlahan, dia mendekati tempat tersebut. Saat berada di depannya saja, dia merasa seperti berhadapan dengan binatang yang tengah kelaparan dan berubah menjadi tak terkendali.
Barata mengamati area sekelilingnya. Dibalik tempat yang cukup indah ini tersimpan kengerian yang tak terkira. Tanah yang awalnya bidang dan datar membentuk kawah yang tak sedikit. Banyak retakan di antaranya. Selain itu, banyak sekali batu-batu kokoh di sekitar tempat itu membentuk sebuah dinding yang kuat.
“Tempat macam apa ini? Apa sebelumnya ada tempat semacam ini? Pasti ada yang aneh dengan tempat ini. Huft ... Huft ....” Barata berusaha mengatur nafasnya. Dia mendekati tempat tersebut dan memegang beberapa bagian yang cukup unik dan tak pernah dia lihat sebelumnya.
“Ada yang aneh dengan tempat ini. Apa aku harus lari atau masuk? Huft ... risiko terlalu besar, tetapi aku yakin aku bisa melewatinya,” ucap Barata membulatkan tekadnya.
Sambil memegangi dadanya yang terus berdebar-debar, Barata memasuki bangunan aneh itu. Sebuah bangunan dengan bentuk mirip dengan sebuah tabung dan memiliki kemiripan dengan sebuah menara, tapi tak terlalu tinggi. Hanya ada satu pintu masuk.Hanya berada di depannya saja sudah membuat Barata bergidik. Dia tidak pernah melihat sebuah tempat dengan aura yang begitu mengerikan seperti ini.Ketika Barata melewati pintu besar, seketika kakinya menginjak masuk ke dalam. Tekanan yang dia rasakan pun meningkat berkali-kali lipat. Barata merasa seperti berhadapan dengan seorang pendekar tingkat dewa.Barata sama sekali tidak mengerti mengapa dia merasakan tekanan tersebut. Bangunan itu memang aneh dan bergaya tidak biasa, apalagi ornamen di sekitarnya terlihat seperti area yang berada di rawa-rawa, padahal di Lembah Iblis ini sendiri tidak ada rawa.Di Nusantara, para pendekar terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu pemula, menengah, ahli, dan Dewa. Semua tin
Sesosok makhluk yang tak Barata kenali muncul dari balik debu yang berterbangan, dengan tubuh yang mencengangkan seperti makhluk mitos. Bagian bawah seperti tubuh laba-laba, sedangkan tubuh bagian atasnya berupa manusia. Ia nampak cantik.Penampilannya begitu menggoda, bahkan seorang putri kerajaan akan menciut ketika berada di sampingnya. Dua gunung penuh nan besar menjulang dengan bangganya, saat makhluk itu melihat Barata dengan sebuah senyuman. Jari telunjuknya yang lentik menunjuk ke arah Barata.Mata makhluk itu begitu indah dan memikat, seperti ada pesona yang tak dapat ditolak. Auranya tidak hanya kuat, ada sebuah keseksian dan godaan yang begitu mendominasi darinya.Makhluk itu berada di belakang benda yang tadinya Barata sentuh. Makhluk itu terlihat seperti seorang pelindung, hawa keberadaannya begitu besar, dan dia tampak menjadi pusat dari seluruh kekuatan yang ada di dalam ruangan itu.Barata terdiam dan tak bergerak. Dia hanya bisa memperhat
Barata menghela nafas. Dia tidak beranjak dari posisinya ketika menyaksikan bangunan itu menghilang dari pandangannya.Barata mengambil belati di pinggangnya, dan dia merasakan adanya kekuatan yang terasa akrab. Perasaan itu mengalir ke dalam dirinya saat dia menggenggam belati itu.Ketika dia merasakan kekuatan yang mengalir dari belati yang kemudian masuk ke dalam dirinya, Barata mengernyitkan dahi. Perasaan itu sangatlah kuat hingga urat-urat di tubuhnya seakan mencuat keluar.Pada awalnya, Barata menggenggam belati dengan satu tangan, tapi setelah merasakan aliran energi yang masuk ke dalam dirinya, dia mulai menggenggam dengan kedua tangannya.Ketika dia melakukannya, riak-riak energi yang masuk ke dalam tubuhnya mulai memengaruhi area sekitarnya.Perlahan, Barata merasakannya, dan dia mencoba untuk memahami kekuatan itu. Ketika dia semakin tenggelam saat merasakan energi itu, samar-samar dia melihat sosok yang sama seperti yang ia lihat ketik
Barata membuka matanya, persepsinya mulai berbeda, dan penglihatannya menjadi lebih baik. Dia tidak melihat pemandangan di sekitarnya ini seperti sebelumnya, dan berubah menjadi lebih baik seperti saat ini.Tidak lama kemudian, rasa sakit yang sebelumnya menderu-deru dan ia rasakan perlahan memudar, dan dia merasa jauh lebih baik dari beberapa waktu lalu.Barata melihat belati yang ia letakkan dekat dadanya. Saat dia mengingat kembali percakapannya dengan roh yang ada di dalam belati itu, dia menghela nafas.“Wanita itu sangat mengerikan. Aura yang dia keluarkan saja sudah setara dengan pendekar ahli. Tidak, dia sendiri terlihat seperti dibatasi. Mungkin saja kekuatannya setara atau lebih dari pendekar dewa. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” Barata menggenggam kuat-kuat belati di tangannya. Ia bingung harus berbuat apa. Bagaimanapun juga, dia tidak memiliki kekuatan kecuali belati yang ada di tangannya.Apalagi, tubuhnya juga masih menderi
Pada saat dia sampai di tempat yang menjadi sarang monster singa, Barata melihat makhluk itu sedang tertidur pulas. Ada rasa ingin kabur, dan meninggalkan tempat tersebut. Namun, dia juga tidak menampik jika dia ingin menguji kekuatannya dan mencari tahu seberapa jauh perbedaan antara dirinya saat ini dengan beberapa waktu lalu.Barata bergegas meninggalkan posisinya. Ia berlari menuju ke sebuah pohon, lantas dia bersembunyi di balik pohon itu sambil memperhatikan monster singa tersebut.Dia tidak tahu akankah ini berhasil atau tidak. Namun, dia tetap menatap monster itu dengan mata yang tajam. Perlahan, dia mengedarkan energi yang ada di dalam Pusaka Kalimedeni, dan mengarahkannya tepat ke arah monster tersebut.Setelah itu, Barata mendekatinya. Langkah kakinya begitu hening, tak ada suara. Tangannya menggenggam kuat-kuat Pusaka Kalimedeni, dan tubuhnya terselimuti energi yang berasal dari pusaka itu.Barata mendekati monster itu. Setelah ia berada sanga
Barata terbaring lemah. Masuknya cahaya dari pusaka ke dalam tubuhnya sama sekali tidak ia duga. Sulit baginya untuk mengatakan apa yang tengah terjadi. Pada saat cahaya itu masuk ke tubuhnya, dia merasa mendapatkan kekuatan yang besar.Kekuatan itu membuat tubuhnya semakin kuat dan mempercepat proses penyembuhannya. Luka yang ia terima dari monster singa itu cukuplah parah. Bahunya mati rasa dan nafasnya memberat. Akan tetapi ketika cahaya itu masuk ke tubuhnya, dia merasa lebih baik, seolah-olah dia mendapatkan tubuh baru.Saat Barata bangkit untuk duduk pun dia mampu melakukannya. Padahal, dengan luka di tubuhnya, ia seharusnya sulit untuk duduk. Pandangan matanya tertuju pada pusaka di tangannya yang mengeluarkan aura sedikit lebih kuat daripada sebelumnya. Pancaran aura itu seperti menunjukkan jika kekuatannya telah bertambah. Barata terdiam, dia mencoba mencerna apa yang tengah terjadi, minimnya informasi yang ia miliki membuat Barata tidak tahu apa yang sedang t
Setelah melakukan pertapaan selama beberapa waktu, Barata tidak lagi merasa asing dengan energi yang ada di dalam pusaka. Di atas batu, Barata diselimuti aliran energi yang kuat, dan energi itu terus masuk ke dalam tubuhnya. Lantas dia mendapatkan kembali kekuatan yang dulunya menghilang. Pada saat itulah dia percaya jika energi itu merupakan tenaga dalam yang beberapa waktu lalu menghilang. Begitu ia mengonfirmasi hal itu, dia menjadi lebih paham akan kekuatan yang bisa ia gunakan. “Kekuatan ini terbagi menjadi tahapan tertentu. Ilusi yang aku gunakan sewaktu melawan monster singa itu merupakan tahapan kedua yang cukup kuat, tetapi bukan yang paling menakutkan. Tetap Hukuman Ilahi yang paling berbahaya dari keterampilan di pusaka ini. Tahap awal hanya bisa memengaruhi satu orang saja, sedangkan tahap kedua mampu memengaruhi area sekitarnya, tahap ketiga mampu digunakan untuk melukai lawan secara langsung, dan yang terakhir, itu yang paling mengerikan. Betapa kuasany
“Tuan Pendekar, namaku Bowo. Aku yang memimpin rombongan ini. Kami dari Desa Soman. Letaknya tidak jauh dari Lembah Iblis ini, Tuan Pendekar. Kami terpaksa masuk kemari karena tidak ada pilihan lain. Beberapa hari lalu, kami melihat sosok yang menakutkan. Dia tidak bisa dibunuh meskipun kami menusuknya dengan parang ataupun sabit. Dia tidak bisa mati, dan tak lama setelah itu, ada banyak dari mereka yang datang dan mengejar kami,” ucap Bowo—Kepala Desa Soman. Setelah itu, lelaki itu juga mulai menjelaskan apa yang dia temui. Monster dengan wujud seekor anjing, dan beberapa makhluk aneh lainnya serta sebuah bangunan yang tak pernah mereka lihat. Banyak korban berjatuhan ketika mereka meninggalkan desa. Awalnya, rombongan ini berjumlah ratusan orang. Akan tetapi, banyaknya orang dalam rombongan ini menarik perhatian entitas bernama Zombie. Jadi, mereka terpaksa berhadapan dengan puluhan makhluk itu. Rombongan yang awalnya berjumlah ratusan menurun secara drasti