Share

Undangan Pernikahan

Aku berdagang sempol di pusat Kota Kalteng. Bu Aisya adalah bos, sekaligus pemilik usaha sempol terbesar. Aku hanya karyawan yang bertugas untuk melayani para pembeli. Yang masak itu Hana–teman baruku.

Hari-hari yang kutempuh seperti suatu kehampaan. Aku bekerja pada pukul delapan pagi, hingga pukul sembilan malam. Hana bisa motoran, sedangkan aku tak bisa. Anak gadis semata wayangnya Bu Aisya itu sering menjemputku, karena rumah kami kebetulan tak terlalu jauh.

Hana–gadis pirang keturunan bule Amerika. Ya, Bu Aisya bercerai dengan Tuan Jake, beberapa tahun silam. Aku tahu cerita itu dari Hana. Gadis cantik itu selalu bercerita, di sela-sela waktu bekerja.

"Hari ini kamu gajian, Ra. Oh iya, kamu mau ikut ke mall, nggak?" Hana meletakkan piring-piring kotor di sampingku. "Ra, kamu orangnya memang pendiem, atau gimana?"

"Eh, sejak kapan kamu di sini?" tanyaku kebingungan. Seingatku, sebelumnya aku hanya sendiri di ruangan khusus cuci piring itu.

"Kamu sering melamun akhir-akhir ini. Pad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status