Share

Bab 17 Lupa Menghirup Udara

Pada pagi hari, aku mengetuk pintu apartemen Pram. Dua puluh menit terlewati, dia tidak muncul. Ponselnya pun sudah tidak aktif sedari subuh tadi.

Keningku menempel pada pintu. "Pram ...." Aku mengetuk pelan. "Jangan bercanda."

"Sepertinya si Pram belum pulang," ujar Bu Janti--tetangga yang apartemennya berhadapan dengan Pram. "Coba cek motornya di tempat parkir." Perempuan itu meneruskan lebih kakinya.

Seumur hidup aku belum pernah segelisah ini. Berdentam-dentam rasa tidak berdaya. Aku menarik napas panjang, lalu mengembuskan perlahan. Belum satu hari Pram tanpa kabar. Aku harus tenang.

Aku berlalu dari depan pintu apartemen Pram.

"Aciieee, yang tadi malam, makan bersama. Uhuk," komentar Miranda.

Aku memutar badan. Gadis itu sudah rapi dengan setelan kemeja kebesaran warna merah muda dan celana panjang cokelat. "Maksudnya? Makan malam? Kamu dengan Ryan, anak pemilik mini

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status