"Gw keberatan kalo lo deketin dia!" Jawab kak Drian tegas.
"Ini siapa Lex?" Tanya Moreno menatapku.
"Gw tunangannya Lexy!"
Dan aku hanya bisa mematung menatap kak Drian.
"Oh, sorry. Gw ga tau. Gw Moreno, senio
Sejak kejadian tempo lalu itu kak Drian terlihat menjaga jarak. Aku sedikit merasa bersalah saat tidak melihatnya selama seminggu penuh. Kak Elle bilang memang lagi banyak kerjaan di Rumah Sakit tempatnya bekerja. Dia hanya pulang tengah malam setelah semua orang tidur dan pergi pagi buta sebelum semua orang bangun. Pasti gara-gara aku dia sampai begitu. Apa aku harus bicara padanya? Tapi aku takut kak Elle marah lagi. Biarkan sajalah.. Satu bulan kemudian aku mendengar pembicaraan kak Elle dan suaminya dengan kedu
"Kamu pilih aja yang mana, aku setuju aja." Ujarnya saat kami tiba di gerai baju Korea di PIM. Aku hanya mengangguk dan mulai mencari dengan kak Drian mengekor dibelakangku. Aku memilih beberapa sweater, jaket tebal, kupluk, dan beberapa pakaian musim dingin lainnya. Seolah sudah tahu ukuran badannya, tanpa ragu aku mengambil pakaian-pakaian itu sambil membayangkan cocok atai tidak saat kak Drian mengenakannya. "Cobain kak..." Kami berjalan ke ruang ganti. Kak Drian masuk ke salah satu ruang ganti dan aku menunggu diluar
"Lexy..."Aku menoleh ke arah suara panggilan itu. Moreno melambai sambil tersenyum saat mendekat.Dia memelukku sesaat lalu menggenggam tanganku masuk ke restoran tempat kami janjian.Setelah melihat menu dan memesan makanan untuk kami berdua, dia menatapku.
Aku berjalan sedikit tergesa saat turun dari mobil di pelataran parkir apartemen kak Elle. Aku tidur terlalu lelap sehingga lupa jam enam sore akan ikut belanja dengan kakakku sebelum kami makan bersama.Kakakku memberitahu bahwa dia tidak sabar menunggu sehingga jalan terlebih dulu dan bilang kalau dia sudah belanja semuanya. Jadi aku tinggal bantu masaknya saja.Suara ponselku berbunyi dan aku mengangkatnya.
Seharian itu aku tidak fokus. Setelah Reno menjemputku, kami langsung berangkat ke Sanur. Aku lebih banyak diam saat dia menjelaskan panjang lebar tentang hotelnya ditengah perjalanan kami.Sudah lama Reno tahu kalau kak Drian bukan tunangan, tapi suami kakakku dan dia tertawa saat tahu dulu kami berbohong. Dia sempat curiga kenapa kak Drian begitu dekat denganku dan aku hanya bilang kalau kak Drian dan Brian sudah seperti kakakku sendiri, pastinya mereka harus menjagaku dari cowok hidung belang seperti dia dan dia hanya terbahak-bahak.Aku merasa nyaman dengan Moreno, entah apakah aku punya perasaan sayang padanya, tapi aku suka berdekatan dengannya. Dia orangnya santai dan menyenangkan.Dan sekarang aku sedikit merasa bersalah karena membiarkan diriku terpengaruh dengan kehadiran kak Drian padahal aku sedang bersamanya.Moreno terlalu mengenal kebiasaanku. Dia menyadari bahwa aku tidak terlalu memperhatikan ucapannya sedari tadi. Aku beralasan bahwa sem
Pukul 8 malam Reno pulang setelah kami makan malam. Aku bilang bahwa besok aku ingin dirumah saja, lagipula besok dia bilang akan cukup sibuk bertemu klien.Aku mengantarnya sampai ke bawah. Lalu aku berkeliling di sekitar kolam renang. Sepertinya berenang sebentar bisa buat aku cepat tidur nih..Suasana apartemen tidak ramai, dan orang jarang berenang malam. Aku naik ke unitku, lalu memakai bikini sopan dan kaos gombrong untuk menutupinya. Lalu aku turun dan membukanya setelah kembali lagi ke kolam.Tanpa pemanasan aku berenang bolak- balik berharap energiku terkuras sehingga aku akan tidur nyenyak dan melupakan banyak hal hari ini.Tapi perhitunganku salah, karena tidak pemanasan kakiku kram dan aku masih setengah perjalanan alias tepat ditengah kolam bagian dalam dan aku berusaha bergerak ke samping tapi kakiku semakin sakit.Aku mulai melambat dan kehilangan tenaga untuk tetap mengeluarkan kepalaku di atas air dan beberapa kali tenggelam.
Aku melangkah gontai ke arah apartemen kak Elle siang ini. Membayangkan harus bertemu dengan kak Drian setelah ucapannya kemarin rasanya tidak nyaman. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menolak saat kakakku bilang sedang kurang enak badan dan minta dibawakan obat masuk angin.Dahiku berkerut melihat sebuah sepatu kets menahan pintu tertutup."Kak..."Aku membuka perlahan pintu itu. Tidak terlihat siapapun. Aku berjalan perlahan ke dapur, dan kembali ke arah kamar. Aku melihat beberapa baju dan pakaian dalam berserakan sepanjang jalan menuju kamar dan aku mengepalkan tanganku.Astaga, aku memejamkan mataku. Aku tahu adegan ini, adegan seperti di film-film dimana sepasang kekasih terburu-buru untuk memadu kasih ke......"Masih pusing?"Mataku terbelalak, aku yakin itu suara manusai bukan kucing atau apapun juga. Aku melangkah perlahan dan mendengar suara cowok tapi kok sepertinya bukan suara kak Drian. Suara cowok itu lebih cempr
Aku membuka pintu apartemenku, lalu mempersilahkan kak Drian masuk. Aku meletakkan kunci di meja dan berjalan ke dapur. Entah mau apa aku mengajaknya kemari?Aku tidak berpikir panjang tadi, aku hanya mengira kalau kami kembali ke apartemen kak Elle dan ternyata mereka masih berdua disana, aduh... Membayangkannya saja aku tidak mau.Tapi apa kak Drian selama ini tidak pernah curiga meninggalkan istrinya dekat dengan saudaranya sendiri? Apalagi mereka tinggal satu bangunan. Aku menggeleng berusaha menyingkirkan keparnoan di otakku."Dek, kamu tadi udah ketemu kak Elle?"Lagi-lagi, perasaan bersalah menyergap. Aku menyaksikan apa yang aku tidak duga dan sekarang aku harus menutupi perselingkuhan kakakku."Kak.. kalau orang yang kakak cintai selingkuh gimana?" Tanpa sadar aku bertanya.Dia menatapku heran. "Kok tiba-tiba tanya begitu?"Aku duduk lemas di meja makan minimalis. Apa aku harus bilang jujur sekarang? Tapi kak Drian baru balik