"Ra." Tegur pria yang kini mengejar perempuan yang tanpa ia sadari, sudah ia lukai dengan sikap 'selengean'nya itu. Niatnya bercanda tapi ia mungkin belum menyadari bahwa gadis ini memiliki hati yang setipis kertas. Kena air sedikit, bisa-bisa hancur tak bersisa.
Clara masih mendorong troli itu tanpa arah. Yang jelas ia harus pergi sejenak untuk menetralkan perasaanya.
Clara akui, ia memang tipe orang yang terlalu serius dan sulit beradaptasi karena pikiran kuno, kaku dan serius juga sensitif, itulah mengapa ia sulit sekali membuka hati dan berakhir dengan suatu hubungan dengan lawan jenis. Rendy saja sulit setengah mati meyakinkan Clara, ya walau pada akhirnya lelaki itu tetap mengecewakannya.
Matanya yang tadi memanas sudah mulai kembali normal, degup jantungnya masih kebas sedikit dan pikirannya mulai kembali fokus.
"Clara."
Enggan sekali tapi setelah berhasil meyakinkan dirinya kuat, ia pun menoleh. "Udahkan belanjanya?"
Joy menatap waja
"Kamu masih bercanda ya rupanya.""Bagian mana yang mengindikasikan kalau aku bercanda?"Kali ini Clara dapat melihat kilatan marah pada tatapan pria itu. "Jujur, aku meragukan kamu dari awal hingga saat ini.""Kamu aja belum mencoba kenapa malah meragukan aku?""Sekian tahun, kenapa harus sekarang? Dua minggu kurang, bahkan satu minggu kita baru deket kilat danapa tadi?Jokes 'teman hidup' dan 'istri' udah melayang."Joy mendengus kasar. "Jadi menurut kamu orang pdkt yang normal berapa lama? Satu bulan? Satu tahun?"Clara tergagu. Benar juga, masa pendekatan antara sepasang sejoli tidak bisa diukur dari lamanya masa tersebut atau sudah berapa lama saling mengenal. Bahkan ada orang yang sudah cinta mati pada pandangan pertama di pertemuan pertama."Clara Devina."Perempuan itu mendongak ketika pria disampingnya sudah berdiri dan yang membuat matanya membulat ketika pria ini bersimpuh di depannya, mengambil k
"Ra.""Ya?""Kamu pulang jam berapa?""Seperti biasanya kok, jam enam atau tujuh." Clara mengapit ponselnya diantara pundak dan kepalanya, sedangkan tangannya dengan cepat mengetik dokumen yang sudah diminta oleh atasannya."Kamu lagi sibuk ya?""Lumayan."Joy terdiam sejenak sebelum berkata. "Semangat ya, pacarku sayang."Clara menghentikan kegiatannya dan menggeram. "Joyyyy.""Hahaha. Iya, iya.Bye.""Bye."Sudah dua hari setelah hubungan mereka resmi menjadi sepasang kekasih, keduanya sama sekali belum bertemu tapi kekasihnya itu tidak pernah absen menghubungi Clara. Seperti minum obat, tiga kali sehari plus video call ketika keduanya sudah selesai dengan rutinitas malam sebelum tidur.Pak Irwan—Manager Operation—tadi memanggil dan meminta tolong Clara untuk dibuatkan rekapan hasil penggunaan jasapaid promote berharga fantastis dariinfl
Begitu selesai membersihkan badan, ketika keluar kamar mandi arah pandangnya menyapu ke nakas yang berada di sebelah kiri kasurnya. Tepatnya, kotak kecil yang ada di samping nakas itu hampir tidak terlihat kalau tidak benar-benar dia perhatikan.Perlahan Clara mendekat dan mengambil kotak itu.Mungkin ketika beberapa minggu yang lalu ketika dirinya sedang pada mode 'Clara yang galau dan lebay' menangisi perihal perasaannya yang tak berbalas oleh lelaki yang dia cintai, membuatnya lupa akan kotak itu. Pasalnya setelah memangis, dia melempar asal karena saat itu pikiran untuk membuang kotak dan isinya sudah hampir terlaksana tapi apa daya, Clara yang sentimentil tidak akan semudah itu membuang barang berharganya.Deringan pada ponselnya membuat Clara dengan cepat menggeser gambar telepon ke kanan—tanda mengangkat panggilan tersebut."Hi."Clara tersenyum. "Hi."Hening sejenak. Clara bisa merasakan degup jantungnya perlahan semakin mening
“Maaf.”Clara yang semenjak masuk ke dalam mobil kekasihnya hanya terdiam. Bahkan beberapa kali pria itu berusaha mengajaknya bicara yang berakhir dengan dengan keheningan karena sepertinya tidak ada usaha gadis itu untuk melanjutkan percakapan.“Maaf kenapa?”Clara memalingkan muka ketika Joy melihatnya sekilas, karena Joy masih mengemudi.
Nggak apa-apa, Ra. Lo harus bersyukur.Nggak boleh sedih. Harus bersyukur.Jangan marah sama Joy. Harus bersyukur.Sudah ribuan kali kalimat-kalimat itu Clara ucapkan demi meredam banyaknya suara kekecewaan di hati dan benaknya. Sore tadi, setelah Clara menjawab dan gadis itu langsung mengajak pulang yang di iyakan oleh Joy.Setengah jam yang lalu lelaki itu pun baru selesai menelfonnya, seperti malam sebelumnya. Jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam tidak membuat Clara mengantuk.Badannya bergerak gelisah ke kanan dan ke kiri, akhirnya tangan kanannya memanjang ke nakas dan mengambil ponselnya.Begitu ponselnya berada di genggaman tangannya, po
Clara menyantap makanannya dalam diam. Radit dan Joy asik mengobrol membahas game yang saat ini sedang menjadi trending topic karena level yang diciptakan oleh game developer-nya yang terus berkembang dan mengikuti keinginan para pemainnya. Dia tidak mengerti jadi memilih diam saja. Ketika Radit selesai makan, dia pun pamit pergi ke rumah temannya untuk mabar—main bareng—bersama teman-teman satu tongkrongannya. "Anak itu, bener-bener deh." Gumam Clara kesal. Mendorong kursinya, Clara bergerak untuk menumpuk piring-piring yang kotor. "Sini aku bantuin." Joy mengambil piring kotor, menumpukkannya lalu membawa ke washdisher
Sudah masuk di bulan kedua. Hubungan Joy dan Clara masih berjalan tanpa ada hambatan. Clara bersyukur karena tidak ada tanda-tanda keanehan dari kekasihnya yang sempat membuat Clara ragu dan takut pada awal kedekatan pria itu. Yang juga menjadi peringatan dari sahabat-sahabatnya. Clara tersenyum ketika mobil Pajero hitam kekasihnya berhenti di depan lobi. "Pas banget aku baru sampe lobi dan kamu langsung dateng." Kalimat pertama yang Clara katakan ketika sudah berhasil masuk ke dalam mobil. Joy tertawa. "Pake dulu seatbelt-nya." "Iya." Sesudah Clara memasang seatbelt, Joy pun mulai membawa mobilnya kembali ke jalanan yang sudah dipadati oleh orang-orang yang baru pulang kantor. Sesekali Clara melirik ke arah tangan pria itu yang ada di atas kemudi mobil. Telah terbiasa digenggam, membuat Claramencari jemari besar yang biasa menggenggamnya. "Kenapa?" Tanya Joy bingung ketika Clara menarik tangan kir
"Radit, Mbak mau nginep di rumah temen dulu ya. Mau nenangin diri." Adalah pesannya pada adik bungsunya ketika melihat keributan tadi pagi.Adiknya yang memang tidak pernah ikut campur atau membantu, mengangguk ragu dan pergi dari kamarnya.Clara ingin menjerit.Pernah dengar kalimat ini?"Jangan tertalu banyak tersenyum, nanti bisa nangis."Dan itulah yang Clara lalukan. Semalaman tak henti-hentinya dia tersenyum karena pertama kalinya dalam hidupnya yang absurd ini, dia merasakan bahagia tak terhingga.Namun paginya, kebahagaian itu sirna tatkala ibunya menyeretnya dari atas ranjang dan mengguyurnya dengan air dingin tanpa alasan. Clara saja belum sepenuhnya sadar ketika kejadian itu terjadi. Selama 25 tahun hidupnya, pagi ini adalah titik lelahnya untuk bersabar.Mungkin ibunya itu berani karena ayahnya sedang dinas keluar kota tapi Clara masih belum bisa menebak kenapa ibunya bisa melakukan hal itu.Di samping kanannya suda