Author's POV
Kejadian demi kejadian yang menguji cinta serta kesetiaan Akira dan Zaidan telah mereka lalui. Sudah hampir tiga bulan berlalu sejak kejadian di malam itu, ketika semuanya terungkap. Keluarga besar ini dipenuhi dengan kebahagiaan. Tiga rumah besar yang berdampingan ini tak akan lama lagi akan dihadiri suara anak kecil. Semua orang begitu menyayangi Naisha, yang saat ini tengah mengandung. Vishal apalagi. Setiap hari tak pernah lelah Vishal menemani istrinya untuk sekadar jalan-jalan sore mengitari kompleks.
"Zaid, kemarin aku bertemu Geeta di kampus, dia yang baru saja menikah bulan lalu sekarang sudah hamil. Betapa bahagia suaminya." Akira membereskan beberapa baju dan bersiap untuk menyusul Zaidan di tempat tidur.
"Ya, baguslah." Mata Zaidan tet
Akira's POVSuara mobil Zaidan mengalihkanku dari buku yang sedang kubaca. Aku berharap ada kabar baik yang kuterima darinya. Segera saja kurapikan kerudungku dan gaun tidurku. Aku sengaja memilih gaun tidur warna abu ini, kesukaannya."Assalamu'alaikum,Istriku." Ia langsung menyapaku dan tak lupa dengan ciumannya di keningku."Wa'alaikumsalaam,Suamiku. Semuanya lancar, kan?""Kamu tidak beritahu siapapun, kan?" Zaidan bertanya dan aku menggelengkan kepala tanda aku tidak memberitahu siapapun."Semuanya berjalan dengan lancar, Yang.""Alhamdulillah.Aku harap semu
Sampai di rumah, Aaliya segera membersihkan diri. Sudah tak sabar ia ingin segera mengerjakan tugas kuliah agar nanti malam ia bisa menonton film yang sudah ia tunggu-tunggu.Aaliya asyik dengan laptopnya, mencari sumber dari berbagai jurnal dan buku. Ia memang mudah terdistraksi denganhandphone,saat ada notifikasi dari akun media sosial-nya, Aaliya tidak bisa mengabaikan.Harry Fawaz yang memang sudah merencanakan untuk mengenal Aaliya lebih dekat tentu memanfaatkan momen di mana Aaliya tengahonlinedi media sosial-nya. Tanpa pikir panjang, Harry mengirim pesan pada Aaliya, berterima kasih karena telah mengikuti kembali akun instagramnya. Di sisi lain Harry merasa bahwa tindakannya konyol, mengingat ia adalah seorang dosen tapi malah bersikap santai seperti ini. Apakah wibawanya akan hilang? Dan
Tiga puluh menit berlalu setelah isya, Aaliya akhirnya pamit pulang karena Zaidan sudah berada di depan rumah. Zaidan menyapa Aaliya dan Akira. Ia tetap bersikap biasa saja meskipun banyak masalah yang sedang ia hadapi."Sayang, bagaimana dengan kelanjutannya?" Akira segera bertanya sembari membantu melepaskan kemeja yang Zaidan kenakan."Masih dalam penyelidikan. Aku dan Vishal sedang berusaha melakukan yang terbaik agar perusahaan kita tetap berjalan dan tidak kehilangan kepercayaan dari klien. Tapi yang aku takutkan adalah ada dalang di balik semua ini. Ada seseorang yang tidak suka denganku yang sengaja menjebakku.""Aku harap Allah selalu menjaga kita semua. Mungkin saja memang benar ada yang berniat buruk pada kita, tapi aku harap semuanya akan segera membaik." Zaidan tersenyum.
Aaliya dan Harry membuat janji pertemuan pertama kali mereka di sebuah kafe dekat kampus. Mereka yang sudah mengenal satu sama lain lewat media sosial terlihat kikuk ketika bertemu secara langsung. Harry pandai mencairkan suasana dengan memulai pembicaraan dengan santai. Aaliya pun terbawa suasana, sesekali ia tertawa mendengar Harry yang bercanda menceritakan beberapa hal lucu ketika mengajar."Jadi, Kakak sudah lama menjadi dosen atau...?""Haha.Nggak.Sebelumnya akungajardi SMA, terus setelah S2 kuputuskan untuk melamar menjadi dosen di beberapa kampus, tapi tak ada yang menerimaku satupun. Terus di sini ada satu teman yang kukenal, katanya ada lowongan untuk dosen ilmu sosial." Terlihat Aaliya menampilkan ekspresi kagum."Tapi, ini adalah ke
Author's POVAkira dan Zaidan segera membuat temu janji dengan salah satu dokter kandungan di salah satu rumah sakit ibu dan anak yang juga tempat Naishacheck up.Wajah Zaidan berseri-seri sepanjang perjalanan mengantar istrinya ke rumah sakit. Akira tak pernah sebahagia ini sebelumnya. Tak henti-hentinya ucapan syukur mereka panjatkan. Ia sudah tak sabar ingin menyiapkan berbagai macam perlengkapan bayi untuk calon anaknya nanti. Bayangan demi bayangan tentang masa depan setelah kelahiran menyibukkan pikirannya hingga ia tak sadar sudah sampai di rumah sakit. Akira memperbanyakdzikrullah,di sisi lain ia memikirkan banyak kemungkinan buruk lainnya. Bagaimana jika ia sebenarnya tidak hamil? Bagaimana jika... Zaidan segera menghentikan lamunan Akira.
Dua hari sebelum keberangkatan, Akira menemani Aaliya untuk menyiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan. Berbelanja beberapa kerudung dan gamis, membeli makanan ringan untuk bekal perjalanan, sampai hal kecil lainnya. Dua kopor besar dan satu ransel yang akan menemani Aaliya terbang dari Jakarta menuju Palembang.Tiket sudah berada di tangan. Waktu tempuh menggunakan pesawat tidak lebih dari tujuh puluh menit, kemudian dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II menuju kampus yang dituju pun hanya memerlukan waktu sekitar satu jam. Tidak terlalu lama, namun meskipun begitu jarak dari rumahnya menuju Bandara Soekarno-Hatta pun cukup jauh, apalagi keadaan jalanan Jakarta yang sudah tak asing lagi dengan kemacetan. Aaliya harus tetap menjaga kesehatan agar melakukan perjalanan dalam kondisi yangfit.Aaliya memin
Setelah lelah perjalanan mengantar Aaliya, Zaidan dan Akira santai berdua di pekarangan belakang rumah, di situ terdapat sebuah ayunan menghadap kolam ikan kecil yang sekelilingnya banyak tanaman bunga. Zaidan berinisiatif untuk menghubungi kakak iparnya, Riza, melalui videocall.Di sebrang sana nampak keceriaan Riza meskipun baru pulang kerja. Ada Sandhya yang sedang hamil besar duduk di sampingnya.Seperti biasa mereka saling mengucapkan salam, slaing mendoakan kebaikan, menanyakan kabar, dan mengobrolkan topik ringan."Dokter perkirakan akhir April, Ra. Tapi yang pastinya belum tahu kapan." Suara Riza di sebrang sana."Ini juga sudah persiapan kok, semua yang diperlukan ketika aku ke bidan nanti." Disusul Sandhya melengkapi kalimat suaminya.
Naisha menggandeng tangan Akira. Mereka bercerita banyak hal, sampai tak sengaja obrolan tentang masa lalu kembali terbahas."Aku bahagia melihat kamu sama Zaidan harmonis banget." Akira hanya tersenyum."Aku berharap kalian selamanya seperti ini, tak ada lagi halangan apapun yang membuat hubungan kalian terganggu.""Aamiin...Semoga kakak juga dan Kak Vishal selalu harmonis, penuh dengan kebahagiaan dan cinta.""Aamiin...Aku sempat dengar dari Vishal, kalau Yumna pernah datang ke kantor waktu perusahaan Zaid sedang ada masalah saat itu." Akira terlihat mengernyitkan dahi."Aku gak tahu lebih jelasnya bagaimana, tapi Yumna sempat datang dan berbicara berd