Tok tok tok!
Daiki membuka pintu lalu tanpa menunggu sahutan dari dalam dia langsung masuk dan duduk di sofa. Izumie yang melihat tingkah Putranya mencoba untuk memahami, bahwasannya selama ini Daiki tinggal memang bersama Ayahnya. Sehingga jika sikapnya slengekan dan jauh berbeda dengan Daisuke, dia mencoba untuk mengerti. Perempuan paruh baya itu beranjak berdiri melangkah mendekati Daiki dan berdiri di samping sofa mengusap dengan lembut ujung kepala Putranya.“Daiki” sapanya dengan lembut. Daiki tahu kemana arah pembicaraan Ibunya, maka dari itu dia langsung menyahut pembicaraan.“Kalau Ibu memintaku untuk bersikap manis di sekolah, aku tidak bisa!” Ucapannya langsung mematahkan usaha Izumie untuk melembutkan hatinya. “Daiki, Ibu tahu ini pasti sulit bagimu. Tapi melihat kau sangat kurang di beberapa mata pelajaran setidaknya kau bisa bersikap baik kepada Sensei. Karena mereka pasti akan berusaha keras untuk membantumu mendapat nilai bagus jika kau bersikap baik dengan mereka” ucapnya dengan sungguh-sungguh berharap kata-kata lembutnya akan merubah jalan pikiran Daiki. “Tapi, aku jago di basket! Bukankah kalau bisa memenangkan kejuaraan olympic aku bisa mendapat nilai plus dari sana?” Daiki mencoba membela diri. "Ibu tahu, tapi tidak melulu kau menggantungkan keberuntunganmu pada basket, kau juga harus bisa mengejar akademikmu. Ibu mohon Daiki, oke?” Lelaki itu sepertinya tak benar-benar memikirkan ucapan Ibunya, dia hanya bersikap manis di depannya karena tak ingin Ibunya khwatir. “Oh, seingat Ibu murid baru pindahan dari sekolah lain yang mendapatkan beasiswa juga masuk di kelas yang sama denganmu, bukan?” “Siapa?” Daiki menoleh ke arah Ibunya. “Mmm, kalau tidak salah namanya Yukie. Dia sangat pandai maka dari itu Ibu memilihnya untuk sekolah di sini dan membebaskannya dari semua biaya, kalau kau ada waktu luang kalian bisa belajar bersama” Izumie berharap bahwa Daiki akan membuka hatinya untuk berteman dengan siapapun. “Baiklah Ibu, akan aku ushakan” ucapnya sembari beranjak dari sofa.“Masih adakah yang ingin Ibu bicarakan denganku? Kalau tidak aku akan kembali ke kelas” dengan sikap angkuh Daiki melangkah menuju pintu kemudian keluar dari ruangan itu.Izumie tak bisa dengan cepat merubah sikap buruknya karena itu terbentuk sejak kecil, setidaknya Izumie kalau ingin mengubah sikap buruknya harus secara perlahan. ************* Jam istirahat masih tersisa beberapa menit lagi, setelah selesai makan Yukie mencoba untuk menghabiskan wakyunya di perpustakaan.Dia sedang berada di lorong mencari buku yang diinginkan. Setelah mendapatkannya Yukie kemudian duduk di meja yang tersedia di tengah-tengah ruangan itu. Nampak dari lorong lain Daisuke yang juga sudah mendapatkan bukunya langsung duduk di seberang meja tepat di depan Yukie. Semula Yukie terlalu fokus dengan bukunya sehingga dia tak sadar bahwa laki-laki yang duduk di sana adalah orang yang sama dengan teman sebangkunya.Hingga akhirnya dia tertarik untuk melirik ke arahnya. Perlahan Yukie yang sedang menunduk menggerakkan bola matanya ke atas menatap wajah Daisuke yang serang fokus membaca. Yukie terkekeh sinis, dia paham keberadaannya di perpustakaan sehingga tak mungkin baginya untuk tertawa dengan keras. Merasa ada yang aneh Daisuke langsung melihat ke arah depan, menatap Yukie yang masih melihat ke arahnya dengan pandnagan sengit di sertai senyum sinis.Bukannya marah atau tersinggung, Daisuke justru tersenyum manis saat mengingat bahwa gadis yang ada di depannya itu adalah gadis penjual bakpao.“Kau, gadis penjual bakpao itu bukan?” Daisuke merasa senang karena bisa bertemu dengannya lagi. “Astaga! Kau bertanya seolah kita bertemu untuk yang kedua kalinya. Kita sudah membahas masalah ini tadi! Sekarang kau berpura-pura seperti hilang ingatan lagi? sama seperti saat kau datang kembali dan aku memaksmu untuk membayar tagihanmu!“ Yukie harus berbicara bisik-bisik karena sadar dia ada di perpustakaan. Daisuke yang dibuat kebingungan akhirnya mulai paham bahwa sepertinya Yukie belum sadar kalau yang di maksud oleh gadis itu adalah Daiki, adiknya.“Kau sepertinya belum tahu siapa aku” dengan nada tenang dan lembut Daisuke berucap, dia bahkan sama sekali tak marah karena Yukie selalu menuduhnya. “Hah! Siapa yang tidak tahu? Siswa berperingai buruk di kelas dan tidak bisa mengerjakan soal semudah itu di papan tulis, tapi sekarang dia berlagak sok-sokan belajar seperti murid teladan di perpustakaan. Apa sebenarnya yang terjadi pada otakmu? Apa kau memiliki dua sifat kepribadian yang berbeda? Aneh!” Yukie terus menghujanni Daisuke dengan kata-kata kesalnya. Daisuke justru mengulurkan tangannya ke arah Yukie sembari melempar senyum manis.“Daisuke Nakagawa! Kau bisa memanggilku Daisuke. Kelasku ada di lantai 3. Kelas 3A aku senoiormu” jelasnya dengan sangat-sangat detail. Seakan mematahkan pikiran Yukie bahwa yang dia maksud adalah orang yang berbeda. Untuk sesaat Yukie terpaku melihat senyum Daisuke yang membuat dadanya menghangat, Wajah serta sikapnya yang ramah membuat dirinya seketika tenang. Namun saat teringat bahwa Daisuke menyebut kalau dirinya adalah seniornya maka Yukie langsung tersadar dari lamunannya.“Apa? Seniorku?” “Umm!” Daisuke menganggukkan kepalanya. Di sisi lain Daiki yang baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah terlihat sedang berjalan kembali menuju ke kelas namun saat melewati gedung perpustakaan pandangannya teralihkan ke pada Daisuke di sana. Kebetulan setelah selesai jam pelajaran nanti Daiki memang ingin menemuinya namun kebetulan karena dia ada di perpustakaan sehingga Daiki pun langsung menemuinya. Dia melangkah masuk ke arah dalam, melihat Daisuke sedang berbincang dengan gadis teman sebangkunya membuat raut wajahnya langsung berubah malas.“Daisuke!” sahut Daiki dengan suara kerasnya. Sang Kakak langsung menoleh dan menarik Daiki untuk duduk di sampingnya.“Kecilkan suaramu! Kau sedang berada di perpustakaan!” Daisuke mencoba mengingatkan Adiknya yang seolah tak peduli denga keadaan sekitar. Daiki memilih fokus kepada Kakaknya untuk membicarakan permasalahan dirinya yang ingin masuk ke tim basket sekolah. Sementara di seberang meja Yukie terpaku melihat dua pemuda dengan kemiripan yang nyaris sama namun dengan sikap dan rona wajah yang berbeda.“Ya Tuhan! Berarti selama ini aku marah-marah dengan orang yang salah? Ya ampun bagaimana ini? Bagaimana aku bisa menghadapi kesalahpahamanku selama ini?” Yukie menggigit jari malu, melihat mereka masih sibuk berbincang Yukie memilih untuk pergi sebelum mereka sadar. Dia perlahan menghindar dan bersembunyi di belakang rak buku. “Kau ingin masuk ke tim basket?” Daisuke menghela nafas panjang mendengar permintaan Adiknya. “Hm! Bukankah kau ketua siswa di sekolah ini? Bisakah kau mengatur semuanya untukku?” “Daiki! Tapi bukan berarti aku semena-mena bisa memasukkanmu ke tim basket sekolah. Harus ada tes dan beberapa ketentuan yang kau jalani untuk bisa lolos.” “Apa ketentuannya? Apapun itu syaratnya... aku mampu dan bisa melakukannya. Aku yakin aku bisa lolos tapi kau bisa memasukkan namaku ke salah satu daftar nama yang ingin mendaftar masuk ke club basket, kan?” Daisuke berfikir keras agar nantinya tidak akan menimbulkan kecemburuan sosial di antara para siswa jika Daiki ikut dalam tes nanti.“Akan aku usahakan agar namamu tercantum di daftar, tapi selebihnya kau harus berusaha sendiri!” Daiki bukan tipe orang yang mudah putus asa, terlebih lagi untuk masalah basket yang memang sudah sejak kecil dia tekuni saat berada di Amerika. Pandangannya teralihkan ke kursi yang sudah kosong di mana sebelumnya dia sadar bahwa gadis teman sebangkunya duduk di sana. Yukie selalu mengawasi mereka dari balik rak, sembari mengintip dari sela-sela buku dia mencoba untuk menguping pembicaraan mereka namun jelas saja dia tak mendengar apapun. Ternyata Daiki berada di sampingnya berdiri dengan santai memergoki Yukie tengah mengintip dirinya.“Apa yang sedang kau lakukan! ucapnya seketika membuat Yukie terkejut hingga mencoba menjauh namun tanpa sengaja malah menabrak rak di belakangnya. Semua buku yang tertata rapih di sana berjatuhan kebawah sementara di sana ada Yukie. “Aa!” Yukie hampir berteriak saat melihat buku mulai berjatuhan. Namun Daiki yang melihatnya dengan sikap santai serta raut wajah tenang dia melangkah maju melindungi kepala Yukie dari buku.Salah satu tangannya tengah membekap mulut Yukie agar tidak berteriak karena akan menggnggu yang lainnya belum lagi nanti Yukie pasti akan mendapat sanksi karena telah membuat kegaduhan di perpustakaan.Tubuhnya yang jangkung dan besar itu mampu menangkis buku yang mulai jatuh mengenai kepala dan punggungnya. Matanya membulat saat menyadari Daiki sedang melindunginya, tubuh lelaki itu sangat dekat tepat berdiri depannya bahkan jarak di antara mereka setipis kertas. Hanya seragam yang mereka kenakan yang menjadi jarak di antara mereka. Kedekatan di antara mereka membuat dada Yukie berdebar kencang Bahkan Yukie mampu mencium aroma wangi parfume yang sudah bercampur keringat Daiki. Aromanya benar-benar sangat wangi. Yukie menelan ludahnya dengan susah payah. Menjaga agar tubuhnya tak terlalu melekat ke tubuh Daiki. Brugh! Semua buku telah mendarat di lantai, hingga terakhir buku yang ketebalannya mencapai 500 lembar itu terjatuh paling akhir tepat di bagian tengkuk Daiki.“Ah!” rintihnya menahan sakit. Setelah semua buku terjatuh semua Daiki tak segera menjauh darinya, dia justru berucap membuat Yukie terpaksa mendongakkan kepala menatap wajah Daiki yang jauh lebih tinggi darinya. Dengan raut wajah dingin serta suara berat dia berucap.“Kau sudah melihatnya, bukan? Bahwa orang yang membayar bakpao waktu itu bukan diriku! Dia adalah Kakakku, kedepannya jangan pernah bilang kalau aku berpura-pura atau amnesia! Kita dua orang yang berbeda!” setelahnya Daiki pergi meninggalkan Yukie yang masih berdiam diri terpaku menata hati yang hampir saja detak jantungnya serasa mau meledak. “Rapihkan sendiri buku-buku itu!” tambahnya sembari berlalu meninggalkan Yukie.“Jadi, mereka kembar? Astagaa kenapa aku bodoh ya. Bagaimana mungkin satu orang memiliki dua kepribadian yang berbeda! Tapi ada juga yang seperti itu. Lalu bagaimana kalau aku bertemu dengan Senior nanti” Yukie merasa malu karena sikapnya yang selalu marah-marah kepada Daisuke karena ketidak tahuannya.Setelah selesai memberskan buku yang berserakan di lantai Yukie bergegas masuk ke kelas karena jam pelajaran akan di mulai.“Perhatain semuanya, untuk tugas biologi kalian harus berkelompok. Satu grub terdiri dari 3 siswa dan tunjuk salah satu sebagai pemimpinnya. Ingat aku tidak ingin kalian mengambil laporan hasil kerja dari artikel internet aku ingin kalian bekerja keras membuat laporan sesuai data riset yang kalian kerkajan di lapangan” Sensei memberi tugas untuk semua murid di akhir minggu ini dan harus di kumpulkan hai senin.Yukie tak tahu harus berkelompok dengan siapa, dia mulai kebingungan karena semu
“Dasar anak setan! Ke sini kau!” Bibi Mai beranjak ingin mengejar Daiki namun Anak itu segera kabur berlari menjauh. Dan itu Yukie jadikan kesempatan untuk masuk ke dalam kamar bersembunyi.Flash back Off. ****************Terlihat Daiki tengah berdiri di depan taman hiburan di mana tempat itu mengingatkannya pada gadis kecil yang pernah dia temui dulu. Jika saja Daiki mengingat namanya mungkin tak sulit untuk mencarinya kembali.Namun sayang dia benar-benar lupa dengan namanya yang dia ingat hanya ketika memberikan kalung miliknya pada gadis itu.“Au!” Daiki mengeluh sakit di bagian belakang kepalanya.Ada rasa nyeri saat tangannya menyentuh tengkuknya. &nbs
Masalah pun beres, namun Yukie tetap kesal karena barang-barangnya sudah pergi di bawa oleh mobil pengangkut sampah.Karena adanya masalah Yukie mereka akhirnya menyudahi pertemuan kali itu. Ginji memilih kembali terlebih dulu sementara Yukie nampak berjalan menuju ke jalan utama.“Astagaaa bagaimana aku menghadapi Bibiku nanti. Aku yakin dia pasti akan menghajarku habis-habisan” gumamnya resah sepanjang jalan.Yukie mulai gelisah matanya yang basah mulai meteskan airnya. Dengan kasar tangannya mengusap pipinya yang basah.Kesal karena hidupnya selalu saja ada masalah yang membuatnya semakin terpuruk dan terkadang sempat terbesit ingin mengakhiri semuanya.“Kenapa hidupku seperti ini!” teriaknya dalam hati.Tin tiiiiinnn!Daiki menghentikan mobilnya tepat di depan Yukie yang sedang duduk di bangku halte.“Astgaaa! Anak ini benar-benar senang sekal
“Siapa itu?”Terkejut mendengar suara Yukie yang menyadari ada seseorang di luar pintu, Daiki langsung bergegas pergi.Yukie cepat-cepat memakai kaos olah raganya lalu segera keluar dari ruangan itu. Dengan cepat Yukie membuka pintuna, namun dia tak menemukan siapapun di sana.Prrriiiiiiittt!!!Sensei meminta semua murid untuk berkumpul di tengah-temgah lapangan dan menunjuk salah satu dari mereka untuk memimpin pemanasan.“Daiki, maju! Pimpin pemanasan kali ini!”Mendengar nama Daiki di sebut Yukie langsung menoleh kearah lain mencari keberadaan Daiki, ternyata lelaki itu berdiri di barisan belakang. Entah kenapa Yukie merasa senang melihat Daiki tak membolos sekolah.Daiki dengan santai melangkah maju ke depan. Dia terlihat sangat tampan mengenakan seragam olah raga yang sengaja di bagian lengannya di lipat sampai ke pertengahan. Entah kenapa jus
Selesai jam pelajaran olah raga Daiki kembali ke ruang ganti untuk berganti seragam. Dia membuka lokernya dan mengambil kemeja serta celananya.“Hei! Ada apa denganmu?” Ginji mulai khawatir melihat Daiki yang tak bisa fokus hari ini.“Aku tidak apa-apa!!” seketika Daiki terdiam, entah apa yang membuatnya kesal. Mengingat kebelakang bahwa Yukie berjualan bakpao setiap pulang sekolah lalu teringat ketika Yukie marah karena barang dagangannya di buang oleh pelayan coffee dan lagi tubuhnya yang memar di mana-mana membuat Daiki penasaran.Tidak tahu apa penyebabnya namun melihat Yukie seperti kesakitan saat itu dia merasa tak bisa tinggal diam.Mungkin itulah penyebabnya Daiki jengkel karena terlalu memikirkan Gadis itu.“Aaaaaaa!!!!!!” suara teriakan itu berasal dari ruangan sebelah, di mana di sana adalah ruangan tempat untuk para murid perempuan berganti baju.Semua murid
Ting ting ting!Bel berbunyi tanda bahwa kereta akan segera tiba, Yukie langsung memposisikan dirinya di barisan paling depan. Sementara Daiki di belakangnya menahan para gerombolan orang yang berdesak-desakan agar tubuh Yukie tak terdorong ke depan karena pastinya sangat berbahaya.Kereta berhenti tepat di depannya, setelah pintu terbuka Yukie pun masuk. Daiki yang berdiri di belakang tak mampu lagi menahan mereka yang jumlahnya semakin bertambar dan lebih banyak, zseperti arus yang kuat dia ikut terdorong sampai menabrak tubuh Yukie. Mereka saling mendorong masuk karena takut akan tertinggal kereta.Yukie terkejut saat tubuhnya terdorong maju. Tak siap menahan dorongan dari belakang, tubuhnya seperti terseret arus yang membuatnya sampai terhimpit ke ujung.Brugh!!“Aduh” rintih Yukie, hampir saja kepalanya terbentur besi.Kejadian itu membuat Daiki terkejut dan langsung re
Yukie hanya bisa diam menunduk menatap tangannya yang di genggam oleh Daiki. Sangat erat, tangan Daiki begitu besar dan lebar. Nampak terlihat urat halus di punggung tangannya.Yukie bisa merasakan tangan Daiki begitu terasa dingin namun rasanya seperti mengalirkan arus panas seperti tersengat listrik melalui tangannya yang membuat sekujur tubuh Yukie menjadi hangat.“Lepas! Aku bukan anak kecil!” Yukie berusaha menepis tangannya karena sangat gugup.Bukannya mengindahkan permintaan Yukie, Daiki justru semakin menguatkan cengkeraman tangannya kepada Yukie.Daiki membuang pandangannya ke sekitar.“Apa rumahmu masih jauh!” Daiki mencoba mengalihkan pembicaraan.Yukie yang sengaja memperlambat langkah kakinya mulai mengalihkan perhatiannya dari Daiki yang langkahnya jauh lebih cepat selangkah darinya.“Ada apa dengan lelaki ini sebenarnya! Setiap saat membuatku kesal tapi dia sepertinya
Bayangan wajah gadis kecil itu terlintas di benaknya namun tidak lama wajahnya berbayang dan berganti dengan wajah Yukie yang tepat berada di depan matanya."Apa kau bilang? Gadis kecil, Apa maksudmu?" Yukie terlihat bingung tak mengerti apa yang diucapkan oleh Daiki."E... lupakan!" dia kembali berjalan sambil terus memikirkan dan mengingat tentang masa lalu.“Dia Kenapa sih, hari ini sangat aneh sekali!" gumam Yukie sembari mempercepat langkahnya yang tertinggal oleh Daiki.Sesampainya di ujung jalan Daiki terpaku melihat pintu yang sama persis dengan yang ada di bayangannya.Langkah Yukie terhenti tepat di depan pintu itu kemudian berucap Kepada Daiki."Kau hanya bisa mengantarku sampai disini, kau tidak bisa masuk!”Lamunannya terbuyarkan oleh ucapan Yukie."Lagi pula siapa yang ingin masuk ke dalam?" Sahut Daiki.Mereka pun terdiam sejenak membuat suasana menjadi canggung sementara Daiki mula