"Wuah!" Baobao melihat bubur nasi hambar, juga sayur liar yang ditumis tanpa minyak dan bumbu yang ada di depannya dengan mata berbinar. Dia terlihat sangat bahagia.
Sedangkan Xue Nuan dan Jing Yue hanya bisa merasa sakit hati di dalam hati mereka. Kehidupan mereka sangat sulit. Bahkan Baobao akan merasa sangat bahagia hanya karena melihat bubur nasi hambar yang sedikit kental. Baobao menoleh ke arah Xue Nuan dan berkata dengan polos, "Ibu, makanan hari ini sangat mewah!"Xue Nuan tersenyum lembut dan membelai pelan kepala Xue Bao, "makanlah kalau kamu suka.""Baik! Ayo Ibu, Nenek, Bibi, kita makan!" kata Xue Bao tidak lupa mengingatkan semua orang untuk makan.Li Jianli menyantap hidangan di atas meja dengan sangat tenang. Di kehidupan sebelumnya, dia memiliki orang tua yang sangat kaya dan keluarga yang harmonis. Sayangnya, itu hanya di permukaan.Kedua orang tuanya hanya memiliki Li Jianli dan kakak kembar laki-lakinya, Li Feng. Kedua orang tua Li Jianli sibuk bekerja. Selain itu mereka selalu mencari pasangan lain di luar rumah. Mereka juga bertengkar dari waktu ke waktu membuat Li Jianli dan Li Feng merasa tertekan.Li Jianli dan Li Feng hanya memiliki satu sama lain. Ketika dewasa, keduanya memilih keluar dari rumah dan menempati asrama di universitas. Ketika dewasa, Li Jianli menjadi peneliti tanaman yang sangat terkenal di Abad ke-25, sedangkan Li Feng menjadi seorang dokter bedah profesional.Li Jianli tertegun. Dokter bedah profesional? Dia kembali mengingat dirinya yang jatuh dari atas tebing. Kondisi tubuhnya tidak mungkin baik-baik saja.Li Jianli hanya bisa mendesah. Dia tidak peduli apakah kedua orang tuanya akan sedih dengan kematiannya atau tidak. Dia hanya berharap Li Feng tidak memaksa untuk melihat kondisi tubuhnya. Dia tidak tahan untuk membayangkan pukulan yang akan didapatkan Li Feng saat itu.Xue Nuan menyadari kemuraman Li Jianli. Dia segera menyumpit tumis sayuran liar dan meletakkannya di dalam mangkuk bubur Li Jianli, "makanlah. Kamu tidak perlu memikirkan semua yang sudah berlalu. Tidak ada yang bisa kita lakukan mengenai hal itu. Kamu hanya perlu menjalani dan berusaha untuk hidupmu sekarang. Aku yakin kamu adalah anak yang diberkati dan penuh keberuntungan."Li Jianli menatap Xue Nuan yang tersenyum tulus di depannya. Dia tahu kata-kata Xue Nuan mengacu pada kehidupan masa lalu pemilik asli tubuhnya. Namun entah mengapa, kata-kata itu juga mengenainya tepat di hatinya."Terima kasih, Kak," jawab Li Jianli seraya tersenyum tulus.Mereka berempat menyelesaikan makan malam itu dengan cepat. Satu hal yang disukai Li Jianli, meskipun keluarga Xue Nuan miskin, mereka tetap memperhatikan kebersihan. Rumah mereka mungkin bobrok, namun itu bersih dari debu. Pakaian yang mereka pakai juga penuh tambalan dan kusam, namun itu bersih."Li'er, aku sudah memasak air hangat untukmu. Pergilah mandi sebelum tidur," kata Xue Nuan."Terima kasih, Kak." Li Jianli tidak menolak dan bergegas menuju kamar mandi. Dia memang sudah mendambakan mandi semenjak dia tiba di dunia ini.Setelah selesai, Li Jianli membuang air di dalam bak dan membersihkan ember. Itu akan bersih untuk digunakan lagi."Kamu sudah selesai?" tanya Xue Nuan begitu melihat Li Jianli keluar dari kamar mandi."Sudah, Kak," jawab Li Jianli."Pergilah ke kamar untuk tidur. Aku akan tidur setelah mandi dan memandikan Baobao," kata Li Jianli."Ya," jawab Li Jianli. Dia segera meninggalkan dapur dan berjalan menuju kamar tidur. Li Jianli berpikir kalau dia tidak akan bisa tidur karena akan banyak berpikir, namun siapa yang menduga, dia akan tertidur lelap begitu kepalanya menyentuh bantal.Keesokan paginya, Li Jianli membuka matanya bahkan sebelum matahari terbit. Dia menoleh dan melihat Xue Nuan yang tertidur pulas di sebelahnya.Li Jianli turun dari tempat tidur dengan hati-hati. Kemarin malam ketika dia mandi, dia bisa mendengar suara air mengalir. Li Jianli penasaran, apakah ada sungai di dekat rumah mereka.Li Jianli pergi ke kamar mandi dan mencuci wajahnya. Airnya sangat dingin sampai Li Jianli menggertakkan giginya. Setelah beberapa saat, dia baru bisa berpikir. Bagaimana caranya dia menangkap ikan?Masyarakat di zaman ini tidak mengkonsumsi ikan, tidak mungkin dia bisa menemukan pancing ataupun jala ikan di dalam rumah. Setelah beberapa saat, Li Jianli akhirnya memutuskan untuk pergi ke sungai dan melihat medannya terlebih dahulu. Walau seperti itu, dia tetap meraih sebuah tembikar kosong. Dia ingin bertanya bisakah dia menggunakan tembikar itu kepada orang di rumah, namun dia tidak ingin membangunkan siapapun. Setelah beberapa saat ragu, dia tiba-tiba mendengar suara seseorang yang mengejutkannya."Li'er, kenapa kamu sudah bangun? Kenapa tidak tidur lebih lama lagi?"Li Jianli hampir melompat dari tempatnya berdiri, namun dia segera tenang ketika melihat sosok Jing Yue di ambang pintu dapur."Bibi Jing, bisakah aku menggunakan tembikar ini?" tanya Li Jianli."Tentu saja. Tetapi, untuk apa kamu menggunakannya?" tanya Jing Yue heran.Li Jianli tersenyum penuh rahasia lalu berkata, "Bibi, aku akan mencari bahan makanan. Kamu akan segera tahu!""Baiklah, baiklah. Kalau begitu, kamu harus berhati-hati," perintah Jing Yue."Terima kasih, Bibi," jawab Li Jianli.Li Jianli menutup pintu rumah dengan perlahan dan berjalan menuju belakang rumah. Ketika dia berjalan 20 langkah dari rumah, dia menemukan sebuah patung batu yang tergeletak di tanah dan seluruh tubuhnya hampir tertutup tanah. Li Jianli tertegun. Bukankah itu Dewa Bumi?Li Jianli meletakkan tembikar yang dibawanya dan menggali. Setelah beberapa saat, dia bisa melihat sebuah patung Dewa Bumi seukuran bayi berusia 2 atau 3 bulan. Dia sedikit bingung. Orang-orang di zaman ini sangat percaya dengan dewa, bagaimana mereka bisa membiarkan patung Dewa Bumi tergeletak begitu saja?Li Jianli melihat sekitarnya dan tatapannya jatuh pada sebuah pohon yang sangat besar. Pohon itu sangat tinggi, rimbun dan terlihat gagah. Di bawahnya, terlihat sebuah lubang dangkal yang cukup besar. Li Jianli yakin, patung Dewa Bumi akan masuk ke dalamnya.Li Jianli mengambil patung Dewa Bumi dan meletakkannya ke dalam lubang pohon. Itu tidak menyembunyikan patung Dewa Bumi namun bisa melindunginya dari panas dan hujan. Sangat pas dan cocok!Li Jianli melihat tampilan patung Dewa Bumi yang masih Kotor dengan tanah. Setelah beberapa saat, dia bersujud 3 kali dan berdoa, "Dewa Bumi, aku berjanji akan datang lagi dan membersihkanmu nanti. Sekarang, aku harus pergi ke sungai untuk menangkap ikan agar keluargaku bisa makan. Berkatilah aku."Li Jianli bangkit berdiri setelah berdoa. Dia melanjutkan berjalan mengikuti suara air. Benar saja, setelah berjalan selama 3 menit, dia bisa menemukan sebuah sungai yang sangat jernin. Sungai itu hanya selebar 2 meter namun tidak dalam. Itu hanya mencapai lutut Li Jianli.Ketika Li Jianli melihat ke dalam air, matanya berbinar terang. Keong sungai! Sangat banyak dan besar! Li Jianli bergegas mengisi tembikar dengan air dan mulai memasuki sungai untuk mengambil keong sungai. Hanya dalam sekejap, tembikar yang di awanya hampir setengah penuh. Li Jianli bisa melihat banyak ikan yang sangat gemuk sesekali melewatinya tanpa takut. Mungkin karena orang-orang tidak pernah menangkap mereka, ikan-ikan itu menjadi tidak waspada dengan manusia.Li Jianli berpikir sejenak, bagaimana caranya dia menangkap mereka? Bisakah dia menggiring mereka ke sisi sungai dan menangkapnya? Akankah begitu mudah?"Baiklah! Aku tidak bisa melakukan apapun selain mencoba!" kata Li Jianli pada akhirnya. Dia bergegas menggiring beberapa ekor ikan gemuk ke sisi sungai. Tanpa di duga, 3 di antaranya melompat ke atas dan menggelepar di atas tanah.Li Jianli tertegun. Bisakah keberuntungannya sebaik ini?Setelah beberapa detik, Li Jianli kembali pulih dari keterkejutannya dan bergegas menangkap 3 ekor ikan gemuk itu. Dia memasukan semuanya ke dalam tembikar. Kini, tembikar ya sangat penuh dan berat!Li Jianli mengangkat tembikar itu. Untung saja dia pernah belajar ilmu bela diri, setidaknya dia sedikit lebih kuat. Li Jianli kembali melayangkan pandangan ke sekelilingnya. Dia berharap bisa menemukan rempah-rempah liar untuk memasak. Lebih bagus lagi kalau dia bisa menemukan pohon Lemon. Tanpa diduga, matanya jatuh di sebuah pohon dengan banyak buah berwarna kuning yang bergelantung. Matanya terbelalak lebar.Lemon! Dia benar-benar bisa menemukan pohon Lemon! Betapa beruntungnya dia!Namun dia tidak bi
Hanya dalam beberapa saat, seluruh dapur ditutupi dengan bau yang sangat harum. Semua orang diam-diam menelan air liur mereka."Bibi Jianli, apakah menurutmu ikannya sudah matang?" tanya Xue Bao tidak sabar."Lihatlah, berapa rakusnya anak itu!" kata Jing Yue seraya tertawa.Li Jianli tertawa, "baiklah! Sepertinya sudah waktunya." Dia segera membuka tutup kukusan dan aroma harum masakan semakin menguat. Dia mengeluarkan ikan kukus dan meletakkannya di atas meja. Anda mereka memiliki minyak, dia bisa menggoreng salah satu ikan juga."Bubur juga sudah siap. Ayo kita makan," kata Xue Nuan. Dia segera memasukkan bubur ke dalam mangkuk masing-masing orang dan meletakkannya di atas meja. Dengan segera, 4 orang sudah duduk melingkari meja."Ayo kita makan," kata Li Jianli. Selain Li Jianli, ketiga orang lainnya masih memiliki keraguan di dalam hati mereka. Namun mereka tetap memberanikan diri mereka untuk mencobanya."Enak!"Semua orang berseru kaget ketika merasakan daging ikan yang segar,
"Li'er, kamu benar-benar beruntung!" Jing Yue mau tidak mau berteriak kaget ketika melihat sekeranjang penuh buah persik berukuran besar.Li Jianli tersenyum ketika mendengar pujian Jing Yue, lalu bertanya, "Bibi, bisakah kita menukarkan buah-buahan persik ini dengan uang? Aku pikir kita bisa menyimpan beberapa dan menjual sebagian ke Kota Teratai."Jing Yue berpikir dengan serius ketika mendengar perkataan Li Jianli, "kalau buah persik yang kamu dapatkan berukuran kecil, aku akan memintamu untuk memakannya sendiri. Tapi … buah persik ini besar dan terlihat bagus. Ya, aku pikir kamu bisa menjualnya dengan harga bagus.""Bibi, cobalah," kata Li Jianli seraya menyerahkan sebuah buah persik berukuran besar kepada Jing Yue.Jing Yue tidak menolaknya. Dia bergegas mencucinya lalu menggigit buah persik itu dengan gigitan besar."Ini … ini sangat manis dan berair. Juga kulitnya tipis dan dagingnya besar. Li'er, kamu benar-benar bisa menjualnya!" kata Jing Yue penuh semangat. "Dimana kamu men
"Kamu gadis baik, jangan pedulikan keluarga Li itu. Mereka orang-orang yang tidak masuk akal," dengus Xue Dafu. Siapa yang tidak mengenali betapa tidak masuk akalnya keluarga Li? Hanya dikarenakan mereka memiliki calon sarjana di rumah mereka, mereka bertindak seolah-olah mereka adalah keluarga pejabat dan selalu berbuat masalah dengan orang lain."Kakak Dafu, tenang saja. Sekarang itu tidak menggangguku sama sekali," jawab Li Jianli. "Ya, ya, ya." Xue Dafu tidak mengatakan apapun dan hanya mengangguk setuju. Xue Dafu menghentikan keretanya ketika mereka sampai di gerbang Kota Teratai, "Nuan, Jianli, apakah kalian akan pergi ke pasar? Kalau ya, kalian sebaiknya turun di sini karena aku harus mengambil jalur lain menuju Pusat Medis Zhang.""Kami mengerti," jawab Xue Nuan. Li Jianli segera membawa keranjangnya turun dari gerobak sapi dan membantu Xue Nuan untuk turun.Xue Dafu segera menambahkan, "Aku akan menunggu di gerbang kota paling lambat pukul 4 sore. Bila kalian tidak menemuk
Tiba-tiba, terdengar suara dari arah kerumunan, "Gadis, kenapa kamu begitu serakah? 50 koin koin tembaga untuk 1 kilo buah persik? Itu jelas sangat banyak!""Ya, ya, benar! Kenapa kamu harus menjadi begitu sulit?" celetuk lainnya."Gadis, jangan sampai begitu sulit!"Begitu suara-suara pembelaan datang, pedagang buah itu segera membusungkan dadanya dan mengangkat wajahnya dengan bangga. Dia merasa seperti di atas langit karena banyak yang membelanya.Beberapa suara kecaman membuat Li Jianli merasa sangat kesal. Xue Nuan bahkan menunduk takut dan mengeratkan genggaman tangannya di lengan Li Jianli. Belum sempat Li Jianli menjawab mereka, wanita tua yang baik tadi segera menyambar, "apa yang kalian tahu? Penjual buah ini pada awalnya tidak jujur dan menindasnya. Buah persik sebagus ini ingin dibelinya dengan harga 5 koin tembaga per kilonya. Apakah kalian pikir itu masuk akal? Bagaimana dia bisa menjadi senang? Lebih baik menjual ke Toko Buah Zhao Hong, mereka sangat baik dalam berbinis
"Apakah ada sesuatu yang lain, Bos Zhao?" tanya Li Jianli menghentikan langkahnya."Kalau kamu masih memiliki buah persik seperti ini, jangan lupa untuk membawanya ke sini lagi," kata Zhao Hong.Li Jianli mengangguk dan tersenyum senang, "tentu saja! Bos Zhao tidak perlu khawatir. Aku akan membawa buah persik lagi dalam 1 atau 2 hari.""Bagus! Bagus!" Zhao Hong tidak bisa merasa lebih puas lagi. Dia segera mengantarkan kedua gadis itu keluar dari tokonya.Setelah beberapa saat berjalan, Xue Nuan berbisik kepada Li Jianli, "Li'er, apakah benar masih ada buah persik?" Mereka sudah berjanji kepada Zhao Hong, mereka tidak boleh mengecewakannya."Tentu saja," Jawa Li Jianli. Dia segera mendekatkan kepalanya ke arah Xue Nuan dan ikut berbisik, "buah persik yang aku bawa hari ini hanya sebagian kecil dari buah yang ada di atas pohon. Entah mengapa pohon persik itu sangat besar dan berbuah lebat.""Benarkah?" Xue Nuan masih terlihat ragu. Dia cukup mengenal gunung di belakang rumah mereka dan
"Kakak, kamu jangan khawatir. Kami memahaminya," kata Xue Nuan.Ketika Li Jianli dan Xue Nuan tiba di rumah, mereka langsung mencium bau mie yang sangat harum dari arah dapur. Keduanya masuk dan melihat Jing Yue yang sedang menata mie ke dalam beberapa mangkuk."Kalian sudah pulang? Bagus! Tepat sekali," kata Jing Yue terlihat sangat senang. Namun wajahnya berubah drastis ketika melihat keranjang Li Jianli yang terlihat masih penuh, "apakah kalian tidak berhasil menjual buah persik itu?"Xue Nuan menggeleng pelan, "tidak. Kami berhasil, bahkan sangat sukses.""Benar-benar berhasil? Ah! Itu melegakan. Ayo, ayo, cepat! Simpan semua barang kalian dan makanlah dulu sebelum mienya menjadi tidak enak. Hanya ada sedikit, namun kita bisa memakannya untuk menahan lapar sampai besok pagi," kata Jing Yue."Ibu! Bibi! Apakah kalian membawakanku permen?" Xue Bao langsung berlari untuk memeluk kaki Li Jianli. Wajahnya tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit.Xue Nuan tersenyum kecut ketika m
"Apakah … apakah kamu hendak mengirim persembahan itu untuk Dewa Bumi?" Suasana tiba-tiba menjadi hening setelah Jing Yue menanyakan pertanyaan itu.Li Jianli memiringkan kepalanya ketika melihat reaksi Jing Yue, lalu bertanya "Bibi Yue, apakah ada yang salah?"Jing Yue tersentak dan menggeleng pelan, "tidak, tidak. Tidak apa-apa. Hari sudah malam. Pergilah, dan segera kembali setelahnya."Li Jianli bisa merasakan ada sesuatu yang salah, namun dia tidak menanyakan hal ini lebih lanjut lagi. Sepertinya Jing Yue belum mau menceritakannya. Biarlah, dia akan mencari tahu lebih lanjut nanti ketika saatnya tiba.Li Jianli berjalan menuju pohon tempat patung Dewa Bumi berada. Dia menyapu daun-daun kering yang berada di sekitar pohon. Setelah selesai, dia mempersembahkan mantau, buah Persik dan dupa yang dibawanya. Li Jianli berlutut di depan patung Dewa Bumi dan membungkukkan tubuhnya 3 kali lalu memejamkan matanya untuk berdoa."Dewa Bumi, terima kasih atas berkahmu hari ini. Tadi, aku berh