TV menyala menayangkan acara kartun kesukaan Arlan tiap sore meskipun sang empunya sibuk menyusun lego ultraman ditemani Raka yang asyik memainkan ponselnya. Sesekali ia memerhatikan kedua perempuan berbeda generas yang mengisi dapur sejak sore tadi, setealh banyaknya obrolan yang mengalir panjang, sekarang mereka tengah mengobrol mengenai fashion remaja masa kini, sementara tangan keduanya sibuk mencetak adonan kue. “Mami juga masih pengin pakai fashion remaja saat ini, lucu-lucu gitu. Modelnya simpel tapi nggak norak. Jadi ingat masa muda dulu,” celoteh Kiera. Sebelum Tara menimpali, Raka sudah lebih dulu menyeletuk, “Bagus deh, Mi, ingat masa muda. Jadi sadar kan sekarang udah tua.” Sebuah lemparan gunting kecil mengenai Raka, membuat sang empunya mengerjap kaget. “Astagfirullah, kalau kena muka Raka ini bahaya loh, Mi. Bisa dilaporin ke kak Seto ini.” “Gak usah nyahut. Ini urusan cewek!" balas Kiera. Tara yang melihat perdebatan mereka hanya tertawa. Berada di sini memang se
Pukul sembilan pagi tadi akad sudah dilaksanakan dengan lancar. Keluarga dari pihak Arsen masih bercengkrama di gazebo halaman belakang rumah sembari menunggu makan siang siap. Karena dari Eva sendiri hanya mengundang teman dekat dan keluarga inti yang sudah pulang sejak tadi.Tara menguap beberapa kali dan melirik jam di ponselnya. Kapan mereka balik?Berbanding terbalik dengan Kaila yang sangat bersemangat sejak kemarin, bahkan saat fitting kebaya saja Kaila memaksa ingin ikut memilih. Meskipun tidak mengerti, Kaila tetap menyimak obrolan para orang tua.“Bu, aku ke sana dulu ya, mau ikut siapin makan siang,” ucap Tara.“Nggak usah, biar bi Eti aja,” ujar Kaila.Eva yang melihat wajah lesu Tara pun mengangguk, “Nggak pa-pa. Jangan lama-lama. Gak enak sama keluarga besar.”Sebenarnya itu hanya alibi agar ia bisa keluar dari obrolan membosankan itu. Sejak tadi obrolan hanya seputar bisnis keluarga. Tara menghampiri bi Eti yang sibuk memindahkan mangkuk besar berisikan sayur yang masi
Bel pulang telah berbunyi seantero sekolah setengah jam yang lalu. Tara duduk di bangku di sisi lapangan menemani Karina yang hari ini ada jadwal ekskul taekwondo. Perempuan itu bergabung dengan teman-temannya yang lain di tengah lapangan untuk pemanasan, sementara Tara sibuk dengan ponselnya mendownload film untuk menemaninya dua hari ke depan selama weekend.Seperti biasa, Dio selalu ada jadwal bimbingan tiap sore membuat Tara mau tak mau harus menyesuaikan jadwal adiknya yang pulang lebih sore. Dulu, ia akan dengan senang hati pulang lebih dulu dan mengurung diri di kamar, namun, saat ini Tara belum terbiasa berada di ruang yang sama dengan Kaila. Hanya berdua.Dio : Balik duluan gak? Tara Givanka : Gak.Dio : Oke.Tara Givanka : Sip.“Besok jalan, yuk, Tar,” ajak Karina yang mengambil botol minum di sebelah tasnya di dekat Tara.Tara tak menanggapi.“Ayolah, gak tiap minggu kita jalan, ‘kan?”“Pergi ke Gramedia, berjam-jam di sana keliling nyari buku yang udah pasti gak bak
Setelah Sabtu malam dihabiskan dengan berjam-jam di gramedia, dilanjut window shopping, dan mangkir di Richeese sampai pukul sembilan, minggunya Tara habiskan dengan menonton film di laptop seharian penuh. Ia hanya keluar kamar saat makan dan mengambil camilan di dapur. Berusaha minim kontak dengan siapapun untuk menjaga mood-nya sampai besok.Dan akhirnya kembali lagi ke rutinitas semula, siap-siap untuk senin pagi. Ia menyisir rambutnya asal, meraih tasnya lalu segera keluar kamar dan ikut sarapan lantai bawah. Bertepatan dengan Dio yang baru keluar dari kamarnya. Mereka sempat bersitatap sebelum Tara membuang pandang lebih dulu.“Jadi, pacar Kak Raka yang baru itu saudara tiri lo?” ujar Dio tanpa tedeng aling.“For you information, dia juga saudara tiri lo.”Tak mengindahkan tatapan datar kakaknya, Dio menuruni tangga lebih dulu. Di meja makan sudah ada Arsen, Eva dan Kaila yang menunggu.“Pagi, Dio,” sapa Kaila menunjukkan giginya. Yang dibalas dengan senyum tipis oleh empunya.“T
Pagi ini hujan kembali mengguyur kota Bogor seperti beberapa hari terakhir. Sialnya, hari ini Tara lupa membawa payung, membuat tasnya dijadikan pelindung di atas kepala. Ia menepuk-nepuk seragamnya yang sedikit basah ketika sampai di Koridor IPS.Sebuah hoodie mendarat di punggungnya. “Daleman lo keliatan,” kata si pemilik hoodie.Tara menajamkan tatapannya. Ia tahu pemilik suara ini, khas guyonan. “Apa?” tanyanya menyadari tatapan Tara yang tidak enak. “Gue cuma gak mau orang lain yang lihat hal di balik seragam lo itu langsung horny.”“Mereka nggak serendah itu cuma karena lihat punggung gue. Kecuali lo, Septian!” balas Tara seraya memakaikan hoodie tadi. Beruntungnya koridor sudah sepi, mungkin karena hujan, mereka lebih memilih tinggal di kelas daripada berada koridor yang dingin.“Parah sih, masa gue,” katanya sembari tawanya.“Woi, Septi! Gue cariin tahunya malah di sini,” ujar Nando dan yang lainnya dari arah tangga.Jaffar mengelus dagunya seraya memerhatikan Tara. “K
Tara dan Kaila baru saja tiba di ruang keluarga, sudah ada kedua orangtua mereka dan Dio yang anteng duduk di sofa. Sebenarnya tadi Kaila datang ke kamar Tara dan membujuk saudaranya itu untuk ikut bergabung menonton TV.Ia sempat bertanya-tanya, hampir dua bulan tinggal di sini, intensitas mereka berkumpul selayaknya keluarga pada umumnya dapat dihitung jari. Eva maupun Arsen tidak pernah memaksa untuk ikut bersantai, kecuali jika ia memang sedang dalam mood baik saat ditawari oleh Kaila. Apalagi Dio, lelaki itu lebih memilih mengunci diri di dalam kamar.“Habis belajar, Tar?” tanya Arsen.Tara mengangguk singkat. “Iya, Pa.”“Nanti ajarin Kaila juga, ya? Sebentar lagi ‘kan kalian ujian menjelang libur akhir tahun.”Tara mengangguk lagi. Ia melirik Kaila yang ikut melihat acara TV di sebelah Dio.“Udah dikasih tahu kapan ujiannya?" tanya Eva.“Dua minggu lagi, Bu,” jawab Kaila.“Kalau nilai rapornya udah keluar nanti kita langsung liburan.”“Mau liburan ke mana, Pa?” Mendadak mata Kai
[Sambel Ijo]Septi_an : Gaes, galau nih gue:(AH Jaffar : Napa lo?Arnando Kusuma : Masih pagi, Njing.AH Jaffar : Auk dah. Baru juga bel, Nyet.Septi_an : Cius. Tara cuma read chat gue semalem.Septi_an : Sad:( Septi_an : Sekarang gue ngerasain apa yang Raka rasain dulu. Hebat lo, Ka, bisa bertahan berbulan-belunan ngadepin sikap cueknya Tara. @Raka Tasena Septi_an : Anj. Septi_an : RB 3, tapi gak ada yg respon.Septi_an : @Raka Tasena kasih tips buat deketin Tara, dong:(AH Jaffar : Jangan ngaco. Kalau Raka punya tips nggak bakal deh dia putus sama Tara.Septi_an : Cara PDKT doang, deh:(Arnando Kusuma : Maksa, Njing.Septi_an : Kaaaaa:((Raka Tasena : Lo nanya k siapa?Septi_an : Ke elo lah, bangsyatttt. [Read by 3]Septi_an : Woi!Septi_an : Kentut babi lo semua :( [Read by 3]“Septian La Fazza... asyik banget kayaknya di sana.” Suara bu Nia menggema ke seluruh ruangan yang sedang hening. Atensi seluruh siswa yang semula tertuju pada papan tulis ya
Hari ini tepat tanggal duapuluh satu Desember, Karina dan Tara bertambah usia. Tepat tujuh belas tahun sejak pukul 00.00 tadi, Karina menelepon temannya, mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun lalu berdoa semoga harapan di usia yang menginjak fase dewasa ini tercapai.“Jangan lupa nanti siang, ya,” ujar Karina di seberang sana. Terdengar perempuan itu menguap di akhirnya.“Iya, nanti gue jemput lo, ya.”Karina mendengus. “Mentang-mentang udah jadi keluarga kaya, lo mau jemput gue.”Tara tergelak. “Gue berusaha memanfaatkan fasilitas yang disediakan, gak mungkin juga gue nyuruh Dio.”“Kalau mau ajak Dio juga gak pa-pa.” Nada semangat dari Karina sangat jelas tertangkap olehnya. Bukan hal yang aneh sejak Karina pertama kali berkunjung ke rumah Tara tahun lalu, perempuan itu langsung tertarik dengan Dio yang memasang wajah dingin saat itu. Karina senang beradu mulut dengan Dio yang juga bermulut pedas.“Nggak. Kita berdua aja.”“Serius, gak pa-pa, Tar.”“Nanti siang di Richeese. Goo