"Kau itu terlalu cantik untuk menderita, jadi bagaimana jika kita bersenang-senang?"
"Bersenang-senang apa Ndri?"Otak wanita cantik itu langsung berkeliaran kemana-mana. Mungkin karena mendengar kata bersenang-senang langsung dari mulutnya. Padahal mungkin, kata bersenang-senang yang di ucapkan oleh Andri, berati hal lain.Pelukan itu sangat hangat, hingga membuat Mona merasakan kenyamanan. Dia menatap sang adik ipar, dalam sekali. Sedangkan Andri hanya tersenyum, dengan pelukan yang masih begitu erat."Apa yang sedang Kakak pikirkan? Wajah kak Mona merah seperti itu," bisik Andri.Mona memang sedang membayangkan yang tidak-tidak. Terlebih ketika pelukan yang dia rasakan begitu dalam sekali. Sebuah benda asing pun kian wanita itu rasakan, hangat dan sedikit menonjol."Aku tidak memikirkan apapun, wajahku merah karena gerah!" Tegas Mona pada adik iparnya itu."Bohong, Kakak pasti sedang memikirkan yang tidak-tidak. Aku tahu itu loh kak Mona.."Andri senang sekali menggoda kakak iparnya itu. Padahal jika Mona mau, dia bisa membuat lelaki itu tak berdaya dengan kata-katanya.Hingga sebuah ide konyol pun Mona pikirkan. Dia melepaskan pelukan yang erat itu, kemudian menatap Andri dengan senyuman kecil diwajahnya. Membuat lelaki itu seketika terdiam, yang tadinya menggoda sang kakak ipar.Lengan mungil itu mengusap wajah tampan Andri, turun hingga ke dada. Seketika lelaki itu pun merasakan sensasi yang luar biasa, menyelinap ke seluruh tubuhnya. Nikmat dan penuh gairah.Padahal Mona hanya sedang mengusap tubuhnya, bukan menggoda dalam hal lain."Kau berusaha untuk menggodaku? Jangan salah, jika aku lebih hebat melakukan hal itu daripada dirimu.."Bisikan wanita itu semakin membuat Andri tak karuan. Dia ingin sekali berteriak kencang, menyerah dengan apa yang sudah dia mulai terlebih dahulu. Mona adalah kelemahan Andri, dia tidak bisa menahan daya tarik istri kakaknya itu.Andri meminta sang kakak ipar untuk mundur, jangan sampai hal buruk terjadi jika dia sudah kelewatan. Andri adalah seorang lelaki dewasa, dia juga memiliki batas kesabaran dalam godaan seperti ini. Apalagi jika Mona terlalu berlebihan dalam melakukan segalanya, bisa-bisa mereka terbuai oleh nafsu."Kak aku mau pulang sekarang saja, kebetulan perutku sakit sekali."Andri berusaha untuk menghindar, dia tidak ingin terlibat lebih jauh dalam hal menggairahkan seperti ini. Namun kakak ipar mengetahuinya, Andri pasti sedang mencari sebuah alasan untuk pergi, dan itu tidak bisa di biarkan. Dia menahan tubuhnya, sembari memasang wajah menyebalkan. Bisa-bisanya lelaki itu ingin lepas dari permainan yang sudah dia buat sendiri, tidak akan bisa."Kau ini banyak sekali alasan. Bukankah kau sendiri yang sudah memulai? Kenapa berhenti secara tiba-tiba?" Tanya wanita itu pada adik iparnya."Aku hanya bercanda Kak, maaf juga karena sudah memeluk mu. Harusnya aku tidak boleh melakukan hal seperti itu, kak Mona ini, kan kakak iparku."Kini lelaki itu mungkin merasa bersalah, dengan semua tindakan yang sudah dia lakukan. Andri tidak pantas melakukan hal seperti itu, karena mirip seperti pelecehan.Namun Mona sendiri tidak terlalu mempermasalahkan, karena berkat Andri kesedihannya hilang. Dia sempat terpuruk karena memikirkan nasibnya, tapi lelaki itu memeluk erat tubuhku begitu saja. Hal yang membuat hati seorang wanita seperti Mona luluh, perempuan yang tenggelam dengan begitu banyak kesedihan di dalam hidupnya."Kau tidak perlu minta maaf, lagi pula itu hanya sebuah pelukan iba, bukan hal lainnya. Oh iya kau mau membawa sedikit masakannya? Akan aku bungkuskan. Terima kasih karena sudah mau datang kemari ya Ndri, kau menghiburku sekali."Mona pergi meninggalkan Andri di sana, dia akan membungkus sedikit makanan untuk lelaki itu. Mertuanya juga mungkin bisa mencicipi sedikit masakan buatannya, walau tidak terlalu enak.Kepala wanita itu mulai pusing, mungkin karena efek kesedihan yang selalu dia tahan. Mona adalah wanita yang sangat kuat, dia bisa melewati semuanya sendirian tanpa didampingi seorang suami. Orang yang seharusnya selalu ada di saat dia membutuhkan sebuah pelukan.Dengan sebuah senyuman terpaksa, Mona membawa keresek di tangan kanannya. Andri pun sudah bersiap-siap disana dengan jaket yang dia gunakan. Mungkin lebih baik jika dia cepat pulang, dari pada terlibat gairah yang akan membuatnya celaka."Ini bawa pulang, berikan juga pada ibu mertua. Terima kasih sudah mengajakmu pergi ya Ndri, semoga saja kapan-kapan kita bisa bermain lagi."Andri mengambil kantong keresek itu, kemudian tersenyum manis padanya. Semoga yang dia lakukan hari ini benar-benar menyenangkan, mereka bisa pergi bersama dan menikmati waktu berdua. Walaupun ini bukan sebuah kencan, setidaknya bisa membuat hati keduanya merasa bahagia."Kakak terlalu banyak mengucapkan terima kasih, lagi pula itu hanya sebuah jalan-jalan. Oh iya, jika Kakak mau, besok main saja ke rumah. Dari pada terus disini sendirian," ucap Andri."Iya boleh juga Ndri, besok tolong jemput Kakak ya," ucap Mona antusias."Baik, kalau begitu aku pulang ya Kak. Sampai jumpa besok!"Sekarang lelaki itu sudah pergi meninggalkan rumah ini. Sedangkan Mona bersiap untuk tidur, dia akan bermimpi indah malam ini. Dengan semua hal manis yang dia lewati dari pagi hingga malam.DrasssHujan turun membasahi langit malam, membuat suasana terasa semakin sepi. Andri menatap jendela kamarnya yang mengembun. Air hujan dan suhu udara yang dingin, membuat jendela kaca di sekitar kamar dipenuhi uap uap air. Seketika pikirannya pun melayang, memikirkan betapa hangatnya pelukan yang Andri lakukan pada kakak iparnya tadi. Entah sejak kapan, pikiran lelaki itu menjadi sangat mesum. Mungkin karena sebelumnya dia belum pernah bersentuhan dengan lawan jenis, kecuali Mona."Jika saja aku sedang berada dirumahnya sekarang. Jika saja wanita itu adalah istriku, mungkin aku akan sangat bahagia. Bodoh sekali, karena Raka menyia-nyiakan wanita secantik kak Mona. Apa yang kurang pada diri wanita itu? Dia sudah sangat sempurna hanya dengan tubuh dan wajah yang seperti itu. Andri kau sudah gila! Bagaimana mungkin dirimu menginginkan kakak iparmu sendiri? Kau bisa sangat berdosa jika sampai merebutnya dari kakakmu!"Andri mengusap wajahnya, dia tidak boleh serakah tentang wanita. Apalagi jika wanita yang dia inginkan itu adalah milik kakaknya sendiri, Raka. Sampai kapanpun, Mona tidak akan pernah mungkin berpaling padanya.Kedua mata lelaki itupun akhirnya terpejam, dia akan memiliki Mona di alam mimpi saja. Karena di dunia nyata, wanita itu adalah milik kakaknya.Sementara itu dilain tempat, Mona sedang asyik memandangi foto pernikahannya dengan Raka. Di sana terdapat foto keluarga, yang ada Andri di dalamnya. Entah bagaimana bisa wanita itu malah mengelus wajah sang adik ipar di sana, bukan membayangkan suaminya.Pelukan yang Andri lakukan, benar-benar sudah mengubah sesuatu. Dia menjadi begitu ambisius tentang apa yang dirasakannya. Mona menginginkannya lagi, sebuah pelukan di malam yang dingin ini."Mona tidurlah! Kau tidak boleh membayangkan hal yang tidak-tidak. Kesepian memang bisa membuat seseorang menjadi gila, tapi tidak denganmu! Andri adalah seorang adik ipar, dan dia tidak mungkin memberikan kehangatannya padamu! Eh atau mungkin bisa jika aku menggodanya?""Kau yakin wanita itu akan datang kemari?"Seorang wanita paruh baya sedang makan dengan lahapnya, dia terlihat begitu sibuk dengan notepad yang ada atas meja makan itu. Kania. Dia adalah ibu dari Andri dan juga Raka, mertua Mona. Wanita paruh baya itu memang jarang sekali terlihat di rumah, dia selalu sibuk dengan pekerjaan kantor yang begitu menumpuk. Seperti hari ini, rencananya untuk libur harus gagal karena rapat dadakan di kantor. Padahal menantunya sendiri akan datang dengan maksud yang baik, Mona ingin bertemu dengan ibu dari lelaki yang dia cintai."Iya, Mona akan datang kemari. Tidak bisakah Ibu libur hari ini saja? Kak Mona begitu kesepian di rumah, jadi dia aku ajak main kemari saja."Andri memang bermaksud baik, dia ingin membuat kakak iparnya itu bahagia. Di hari-harinya yang penuh dengan perasaan sepi, setidaknya wanita itu akan merasa terhibur di sini. Bertemu dengan mertua, dan juga adik iparnya. Namun sayang, Kania adalah tipikal orang yang sibuk. Dia sangat menyuka
“Lupakan saja lelaki brengsek itu! Kau hanya akan sedih jika terus mencintainya!”Sebuah kata-kata yang membuat Mona membulatkan matanya. Dia menatap sang adik kakak yang terlihat penuh dengan amarah. Apa yang terjadi dengan lelaki itu? Kenapa Andri tiba-tiba berbicara seperti itu padanya?Dia meminta Mona untuk melupakan Raka, sang suami. Padahal selama ini, Andri sendiri yang berusaha untuk berpikir positif pada kakaknya itu. Raka sibuk bekerja di sana, sehingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya sendiri. Hal yang begitu dipercaya oleh Andri.Namun sekarang kenapa cara berpikirnya tiba-tiba berubah? “Kenapa kau berbicara seperti itu Andri? Dia itu Kakakmu, kau tidak boleh berbicara hal yang buruk tentangnya. Bukankah kau sendiri tahu jika Raka sangat sibuk dengan pekerjaannya? Jadi aku akan sangat mengerti.”Mona berusaha untuk selalu berpikiran positif, walaupun pada kenyataan hatinya merasa risau. Dia hanya ingin pernikahannya dengan lelaki yang begitu dia cintai
Tubuh Mona terasa begitu gelisah. Ciuman yang dilakukan oleh adik iparnya itu berhasil membuat birahinya naik. Dia tidak tahan lagi, terlebih karena Mona sudah lama tidak mendapatkan sentuhan dari sang suami. Lelaki itu berhasil mengisi kesepian di dalam hatinya, hingga membangkitkan gairah yang selalu wanita itu tahan setiap saat.Ciuman yang semakin membara itu terhenti oleh dorongan yang dilakukan Mona. Membuat Andri menatap kakak iparnya dengan penuh kebingungan. Kenapa wanita itu menghentikan ciuman mereka? Apakah Mona merasa menyesal?"Ada apa?" Tanya Andri pada kakak iparnya itu."Ini terlalu berlebihan. Lebih baik kita hentikan saja Andri," ucap wanita itu.Mona berusaha untuk lepas dari dekapan lelaki itu, namun Andri menahannya. Dia sudah terpancing nafsunya oleh Mona, tapi wanita itu malah meminta untuk berhenti. Rasanya tanggung sekali, apalagi milik Andri sudah menegang seperti ini."Aku tidak ingin menghentikan permainan ini. Kau yang sudah memulai semuanya Kak, jadi jan
"Eh Mona, kau masih di rumah ternyata. Aku pikir kau sudah pulang," ucap wanita paruh baya itu.Kania baru saja pulang dari kantor, dia langsung duduk di samping Mona yang saat itu tengah menonton televisi. Andri memang belum sempat mengantarkan wanita itu pulang, karena tubuhnya yang terasa lemas. Mereka sudah melakukan perbuatan menyenangkan itu beberapa kali. Padahal sebelumnya Mona sempat menolak, bahkan munafik. Wanita itu penuh dengan gairah, dia terus meminta Andri untuk melayaninya. Sekarang lelaki itu kewalahan, kedua kakinya gemetar dan lemas, belum lagi wajahnya yang lesu tak bertenaga."Belum Bu. Tadi diluar hujan, jadi sembari menunggu Ibu pulang aku main dulu saja."Wanita itu tersenyum manis, dia meneguk teh yang ada di atas meja. Mona bahkan sempat menawarkan minuman itu pada sang mertua, namun Kania menolaknya."Bagaimana Raka, apa dia sering menelpon? Ibu dengar, pekerjaannya sudah tidak terlalu sibuk. Mungkin dia bisa pulang lebih sering," ucap wanita paruh baya it
"Kau? Kenapa kalian bisa bersama malam-malam begini?"Suara Raka terdengar sangat marah, dia merasa sangat curiga ketika adik dan juga istrinya berada di tempat yang sama. Apalagi sekarang waktu sudah memasuki malam hari, orang-orang seharusnya tidur bukan malah berduaan seperti itu. Andri sepertinya sudah salah langkah, dia terlalu kesal karena mendengar suara kakaknya berbicara dengan nada tinggi. Lelaki itu memarahi wanita yang sangat dia cintai saat ini."Apa yang harus aku katakan?" Bisik Andri sembari menjauhkan ponselnya.Mona menggelengkan kepalanya, "Mana aku tahu. Oh iya, bilang saja jika kau baru mengantarku pulang.""Oh, ok ok!" Sahut Andri cepat.Lelaki itu kembali mendekatkan ponselnya ke arah telinga, lalu menjawab pertanyaan sang kakak yang sejak tadi terus saja mengoceh tanpa henti. Hati lelaki itu merasa penuh curiga, dengan kedekatan Andri dan juga Mona."Andri?! Apa kau tidak mendengarkan Kakakmu bicara!" Bentak Raka dari dalam telpon."Sinyalnya sedang jelek Kak
"Arghh... Andri jangan lakukan itu!""Ahh..."Suara desahan terus saja keluar tanpa henti, walaupun Mona berusaha untuk menahannya. Lelaki tampan bertubuh kekar itu, begitu lihai memainkan klitoris yang basah dan berlendir. Bagi sebagian orang memang sangat menjijikan. Namun untuk Andri, ini adalah rasa ternikmat yang mampu membangkitkan gairahnya.Wanita itu sudah mengalami klimaks berkali-kali, namun Andri tetap merasa tidak cukup. Dia kembali menghujani kakak iparnya dengan jilatan dan lumayan yang cepat, mematikan. Bahkan tak sungkan, dua buah jari masuk ke dalam sana untuk mengocoknya."Andri cukup! Arghhh..."Tubuh Mona bergetar karena tidak kuat lagi menahan nikmat. Andri pun melepaskannya, kemudian membuka celana yang sejak tadi terasa begitu sesak. Benda panjang dan cukup besar itu sudah mulai mengeras, bahkan tak sabar untuk segera keluar. Haus akan kehangatan yang baru saja dia rasakan beberapa saat yang lalu.Lengan berurat itu meminta Mona untuk memegang miliknya terlebih
"Ahhh.. mghhh... yes baby! Faster!""Fuck! Ahh... Ahh.. ahh..."Suara desahan yang memilukan keluar dari speaker ponsel. Seolah menunjukan betapa nikmat dan kasarnya permainan yang tengah mereka lakukan. Seorang wanita tanpa busana terlihat serius menatapnya, mata indah itu seolah tak berkedip dengan pemandangan yang dia lihat. Pikiran dia bahkan tengah kemana-mana, membayangkan dirinya berada di posisi tersebut. Untung saja di rumah tidak ada siapapun lagi kecuali dirinya, karena jika tidak akan sangat memalukan.Mona. Sejak kapan dia jadi budak seks seperti ini? Ketika dirinya begitu haus akan sentuhan laki-laki. Padahal wanita ini sudah berusaha sangat keras, untuk menahan gairah yang senantiasa muncul. Namun kedatangan Andri di dalam hidupnya, membuat Mona tidak bisa menahan diri. Lelaki itu mampu membuat gejolak yang selama ini dia tahan muncul dengan brutal."Aishh.. aku benar-benar masih ingin melakukannya. Andri, kenapa dia masih belum datang juga? Bukankah kemarin lelaki itu
Lelaki tampan itu membimbing Mona untuk melakukan apa yang dia inginkan. Sebuah gaya bercinta yang baru wanita itu ketahui setelah sekian lama menikah.Andri, lelaki itu membuka lebar paha sang ipar untuk menjilati benda basah beraroma khas itu. Sementara Mona, terpaku sesak dengan kejantanan Andri yang terus menusuk ke dalam mulutnya. Posisi yang bisa dikatakan sangat nikmat, namun cukup menyiksa karena tidak nyaman.Wanita itu tidak bisa mengeluarkan desahan, karena mulutnya penuh dengan batang keras nan panjang itu. Apalagi ketika Andri menyundulkan miliknya lebih dalam dari pada ini, hingga membuat Mona terbatuk-batuk karena menyentuh ujung tenggorokannya.Lelaki itu berkata tidak berpengalaman, namun mampu membuat Mona terlihat sangat bodoh. Dia dipermalukan karena tidak mengetahui gaya seperti ini, bahkan dengan permainan kecil yang seharusnya wanita bersuami itu ketahui.Andri memang terlalu banyak tahu, walaupun dia belum pernah mempraktekkan nya. Dia belajar banyak dari buku