Share

Part 2 Tunggu Ayah

Jaka menggendong Humaira kecil yang masih bangun. Diliriknya jam dinding, sudah pukul delapan malam.

"Lintang belum pulang juga Nak Jaka?" Tanya bu Gita.

"Iya Bu. Hapenya tidak bisa dihubungi."

"Keluyuran kemana lagi sih si Lintang?" Kesal bu Gita.

"Sudah ngga papa Bu. Sebentar lagi Humaira juga tertidur."

"Ma'afkan Lintang ya Nak." Ucap bu Gita. Jaka mengangguk.

Lintang datang dengan santainya, seolah tak merasa memiliki kewajiban sebagai ibu. Dia sering meninggalkan Humaira bersama Jaka dan ibunya.

"Bunda, kok malam pulangnya?" Tanya Jaka.

"Ayah, bunda kan tidak tiap hari keluarnya." Jawab Lintang cuek. "Bunda mandi dulu ya Ayah." Lintang masuk ke dalam kamar mandi. Jaka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya.

Humaira sudah tertidur pulas. Diletakkan Jaka Humaira di dalam boxnya. Jaka menunggu Lintang di depan kamar mandi.

"Ayah nungguin bunda?" Tanya Lintang yang hanya memakan handuk di badannya. Jaka menghela nafas. "Ayah kangen ya? Pengen bercinta sama Bunda ya?" Goda Lintang.

"Bukan, bukan itu." Jawab Jaka santai.

"Lalu?"

"Bunda, kalau Bunda sering meninggalkan Humaira begini, bagaimana bisa Ayah bekerja lagi di tambang? Bunda tau kan, kalau kerja di Tambang tidak ada yang dekat sini. Ayah pun pasti harus tinggal di mess."

"Lalu?"

"Ya, Ayah tidak akan kerja di tambang dulu, setidaknya sampai Humaira cukup besar. Ayah ingin melihat perkembangan Humaira."

"Ayah, kalau Ayah cuma mengharapkan penghasilan di ponsel, Bunda ngga bisa sering shopping dong." Ucap Lintang cemberut. Lintang mengambil satu set piyama di dalam lemarinya. Kemudian dia lepaskan handuknya di hadapan Jaka.

"Bunda ini kebiasaan, kalau ganti baju sesukanya saja." Ucap Jaka menahan diri melihat tubuh tanpa sehelai kain di hadapannya.

"Ayah mau?" Goda Lintang.

"Ayah ngantuk." Jawab Jaka cuek kemudian membaringkan diri di ranjang.

*****

Bu Ratna dan suaminya datang ke rumah Jaka untuk melihat cucu mereka.

"Ibu, Bapak." Jaka mencium tangan kedua orang tuanya.

"Humaira mana Jaka?" Tanya pak Santoso bapak Jaka.

"Di kamar sama Lintang Pak." Jawab Jaka.

"Ibu boleh ke sana?" Tanya ibu sungkan.

"Tentu Bu." Jawab Jaka. Bu Ratna melangkah menaiki tangga, menuju kamar Jaka.

Pintu kamar Jaka tidak dikunci. Dilihat bu Ratna, Lintang sedang asyik memegang hape, sedangkan Humaira yang terbangun sedang menatap ibunya sambil menggerak-gerakkan kakinya.

"Assalamu'alaikum." Ucap ibu di depan pintu. Lintang sangat terkejut. Buru-buru diturunkannya hapenya.

"Wa'alaikumsalam Bu. Silakan masuk." Ucap Lintang manis.

"Waduh cucu nenek sudah besar..." Ucap bu Ratna terlihat senang melihat cucunya. Bu Ratna menggendong Humaira. "Boleh Ibu bawa ke bawah?" Tanya bu Ratna.

"E... I.. Iya Bu." Jawab Lintang gugup. Bu Ratna membawa Humaira. "Nenek tua itu buat kaget saja." Gumam Lintang.

Bu Ratna menemui pak Santoso dengan membawa Humaira. Pak Santoso sangat senang melihat cucu pertamanya yang begitu cantik. Kulitnya yang putih kemerahan, hidungnya yang mancung, matanya yang besar.

"Cantik sekali cucu mbah akung... " Ucap pak Santoso gemas sambil menciumi Humaira.

"Bapak, pelan-pelan dong ciumnya! Nanti lecet kulit Humaira." Tegur bu Ratna.

"Ibu berlebihan sekali." Protes pak Santoso.

"Jaka, ajaklah sekali-kali anak dan istrimu ke rumah!" Pinta bu Ratna.

"Ma'af Bu. Lintang tidak pernah mau." Jawab Jaka. Bu Ratna hanya bisa menahan kekecewaan.

*****

Setahun Kemudian

Jaka memutuskan kembali bekerja di tambang. Kali ini dia mendapat pekerjaan di Berau Kalimantan Timur. Di perusahaan tambang yang cukup ternama.

Jaka tinggal di mess yang disediakan perusahaan. Sangat berat bagi Jaka meninggalkan Humaira gadis kecilnya. Karena dia sudah jatuh cinta pada gadis kecilnya itu. Jaka menyimpan foto Humaira di dompetnya. Sesekali di waktu senggang dia selalu memandang foto gadis kecilnya itu.

"Tunggu Ayah ya sayang!" Ucap Jaka pada foto Humaira.

Sementara Jaka banting tulang, Lintang istrinya berani membawa Dito ke rumah.

"Lintang, kamu sudah gila?" Bentak bu Gita.

"Sudah lah Bu, tidak usah ikut campur!"

"Itu kamar Kamu dengan suamimu. Bisa-bisanya Kamu bawa bajingan itu ke kamar." Bu Gita sangat marah.

"Bu, Aku perlu belaian. Mas Jaka sangat dingin padaku Bu." Keluh Lintang.

"Bukankah dari awal Kamu sudah tau. Jaka terpaksa menikahimu karena dia pikir telah menghamilimu."

"Sudah lah Bu, jangan bahas itu lagi!"

"Seharusnya Kamu berusaha mengambil hatinya Lintang! Bukan seperti ini. Jaka itu tambang emas kita. Kamu tidak boleh menyia-nyiakannya!"

"Ibu, Aku perlu kepuasan Bu, bukan hanya uang dan uang. Aku perlu kasih sayang Bu, bukan hanya harta dan harta."

"Kasih sayang? Apa menurutmu laki-laki bajingan itu punya kasih sayang padamu?"

"Setidaknya dia memperlakukan aku sebagaimana harusnya wanita dewasa diperlakukan Bu. Tidak seperti mas Jaka. Melihat Aku telanjang di hadapannya saja dia cuek. Setiap kali selalu Aku dan Aku yang harus agresif."

"Setidaknya dia sangat memperhatikanmu Lintang. Ingat saat Kamu hamil? Dia sangat menyayangimu. Dia mencurahkan seluruh perhatiannya."

"Percuma Bu. Dia terlalu dingin di ranjang."

"Apa yang Kamu pikirkan hanya urusan ranjang saja Lintang?" Kesal bu Gita.

"Bu, dalam rumah tangga hal itu penting. Mas Jaka memang baik. Tapi ya, memang manusia tidak ada yang sempurna. Kekurangannya adalah di ranjang."

"Susah sekali bicara denganmu Lintang." Kesal bu Gita.

*****

Mohon votenya ya readers

Mohon kritik dan sarannya

Terima kasih

Happy reading

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status