Perjalanan di mobil bersama Sagara sungguh membuat Aliika bosan. Pasalnya sedari tadi mereka tidak ada yang mau memulai pembicaraan, hanya alunan lagu strong milik boyband one direction. Padahal jika Sagara ingin berbicara Aliika pasti akan menjadi pendengar yang baik. Dan juga gadis itu akan selalu merespon apa yang diutarakan oleh Sagara. “Makasih.” Ucap Aliika lirih. Gadis itu menunduk memainkan jari-jarinya. Ia nampak sedikit gelisah setelah mengucapkan kalimat yang keluar dari mulutnya barusan. Karena sepertinya gadis itu terlambat mengatakannya dan juga ia malu jika Sagara malah diam saja dan tidak menjawab. Sagara berdehem, “Itu kesalahan mu Al, kau pergi begitu saja tanpa izin padaku dan lihatlah yang terjadi. Bibirmu terluka…” Sagara menjeda ucapannya. “Masih perih kah?” tanya Sagara kemudian laki-laki itu menoleh bersamaan Aliika juga memutar kepala nya ke arah Sagara. Mereka terkunci dalam keheningan dengan tatapan yang sulit diartikan. Lima menit, hanya lima menit Sagar
Andrian menunduk menatap kedua orang yang ia sayangi berada jauh di dalam sana, Rasanya sudah tidak ada lagi air mata yang bisa dikeluarkan. Semua orang telah pergi setelah mengunjungi makam kedua orangtua Andrian. Tersisa Andrian, Aliika dan Lola. Andrian berdiri, dengan sigap gadis yang menjadi sepupu kesayangan Andrian memegang bahu laki-laki itu.Andrian membantu mendorong kursi roda Lola hingga masuk kedalam mobil, kemudian laki-laki itu melajukan mobil menuju sebuah café yang sering mereka kunjungi. Hanya sekedar untuk menenangkan diri.Sesampainya di café Aliika langsung menuju tempat memesan kopi untuk mereka bertiga, Andrian mendorong kursi roda Lola ke tempat duduk samping kaca yang mengarah ke jalanan kota Jakarta yang terpantau pagi ini ramai.Tatapan kosong Andrian membuat Lola sedikit bersedih. Ia paham betul perasaan Andrian saat ini. Kehilangan kedua orang tua tidak lah mudah. Ia bersyukur karena keluarga Aliika mau menampung Andrian dan memperlakukannya layaknya anak
Aliika duduk santai di sebuah kursi gantung yang ada di taman samping rumahnya. Sebuah buku dan pensil sudah berada di genggamannya. Dengan lihai Aliika mulai membuat sebuah sketsa rancangan busana. Sesekali Aliika melihat ke arah Andrian dan Rama yang sibuk menata alat barbeque. Bi jum dan para bodyguard menata meja, lampu serta hal lainnya. Dan di gazebo ada Syifana yang sedang menyiapkan bahan makanan dibantu oleh Bi Jum . Disana juga ada Lola yang duduk dengan nyaman di kursi rodanya sambil memangku sebuah piring sosis yang akan dipotong sesuai keinginannya.Malam ini mereka akan mengadakan pesta barbeque kecil-kecilan di rumah untuk memeriahkan malam minggu. Sebenarnya Rama ingin mengajak keluarganya untuk pergi makan diluar namun Andrian menyarankan untuk mengadakan barbeque an di rumah saja.Lagipula jalanan diluar pasti sedang padat saat malam minggu. Dan akhirnya mereka menuruti saran Andrian karena dirasa itu lebih praktis. Sekalian mereka merayakan bersama para pekerja di r
Rumah Aliika sedang sepi seperti tak berpenghuni meskipun sebenarnya ada Bi Jum dan para bodyguard. Aliika saat ini menghuni rumah berdua saja dengan Andrian karena, Rama dan Syifana sedang ada urusan diluar.Gadis itu sedang asyik membaca novel setelah sebelumnya berkutat di buku sketsa nya. Sedangkan Andrian memilih untuk berenang sebab ia ingin sekali memanjakan dirinya sebentar. Tiba-tiba…KruyukPerut Aliika berbunyi nyaring, sepertinya cacing disana sedang berdemo untuk diberi asupan. Padahal waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi yang arti nya jam makan siang belum tiba. Sebenarnya makanan sisa breakfast masih ada namun Aliika ingin makan yang lain saja.Aliika memilih memasak sendiri karena tidak ingin merepotkan Bi Jum, ia lalu melangkah turun menuju dapur. Ia melihat sekeliling untuk melihat bahan-bahan yang tersedia. Kemudian otak berliannya mengatakan untuk membuat Chicken pop saja.Aliika mulai meracik bumbu untuk membuat Chicken Pop sebab mudah saja dan tidak banyak
“Guten Morgen, semuanya….” Sapa Aliika dengan ria kepada kedua orangtua dan juga sepupunya saat baru saja tiba di ruang makan.Rama, Syifana dan juga Andrian yang sebelumnya sedang berbincang-bincang kini hanya diam. Bahkan mereka tidak membalas sapaan Aliika. Mereka sedang terheran-heran melihat sikap Aliika pagi ini.“Wah! Ada mie goreng sosis.” Ucap Aliika dengan heboh. Gadis itu langsung menyendokkan mie goreng itu ke piringnya.Dengan semangatnya Aliika langsung menyantap mie goreng itu. Pagi ini Aliika terlihat begitu riang gembira. Dan hal itu membuat Rama dan Syifana tersenyum, melihat putrinya sedang bahagia. Berbeda dengan Andrian yang menatap Aliika horor.Aliika memang orang yang selalu riang, namun jarang sekali saat bangun tidur langsung bersikap ceria seperti ini. Biasanya Aliika masih diam dan tak banyak tingkah ketika bangun tidur. Ia masih malas. Jadi terasa aneh hari ini dengan sikapnya.“Perasaan Bi Jum gak jarang masak mie goreng deh. Kenapa kamu heboh banget kaya
“Kenapa kamu diam aja waktu dia memelukmu bahkan menciummu?” tanya Sagara. Rahang tegas nya kini mengeras netra biru muda itu telah berubah menjadi gelap. “Danu itu teman ku sekarang Kak, ya memang dulu dia pacarku tetapi itu sudah mantan. Dan aku tidak punya hubungan apa-apa lagi dengannya selain hanya sebatas teman.” Jelas Aliika. Gadis itu menatap sendu Sagara, ingin sekali tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi laki-laki itu yang kini sudah ditumbuhi oleh bulu sangat tipis. “Papa selalu bilang jika Soraya adalah jalang karena dia pelayan di club. Namun dia tidak tahu jika gadis yang dipaksa untuk menikah denganku juga gadis murahan yang bersembunyi dibalik wajah polosnya.” Pungkas Sagara di depan wajah Aliika. Menatap gadis itu dengan tatapan remeh. Aliika mematung. Hatinya terasa ditusuk-tusuk. Kedua mata hazelnya penuh tatapan terluka. Air mata mengalir membasahi kedua pipinya. Tega sekali Sagara mengatakan itu padanya. Sagara keluar dari ruang rawat Danu setelah Aliik
Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Dengan sendirinya Aliika terbangun dari tidur. Mungkin memang sudah menjadi kebiasaan bangun di jam seperti ini. Aliika melihat ke samping, masih ada Sagara yang tertidur pulas. Perlahan Aliika mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang.Matanya masih menelisik setiap jengkal dari wajah itu. Struktur tulangnya bahkan bisa membuat para pengukir patung kagum, tulang pipinya yang indah, bulu mata lentik dengan alis yang tebal serta hidung yang mancung. Rahangnya tegas, tak lupa bulu halus yang mulai tumbuh menambah kesan gentle.Aliika baru menyadari setelah dirinya bisa tidur bersama Sagara seperti ini, ternyata laki-laki itu benar mudah membuat wanita dimabukkan oleh pesonanya. Terutama bibir sensual itu, yang beberapa waktu lalu menciumnya dengan lembut di altar. Terlihat tampan.Tak ada ekspresi wajah cuek, kesal dan datar. Yang Aliika lihat saat ini adalah wajah Sagara yang tenang dan damai seperti dulu saat mereka bersama. Akhirnya
Tapakan Sagara dan Aliika menyisakan satu ubin saja. Dengan kasar Sagara menarik tangan Aliika kemudian menghempaskan tubuh itu ke ranjang. Aliika meringis saat tubuhnya terhempas, meskipun ranjang itu empuk. Tetap saja kencang dari hempasan menimbulkan rasa sakit di punggung. Sagara dengan gairah yang sudah memuncak mulai melepaskan kaos yang ia pakai kemudian menindih tubuh Aliika. Dengan ganas laki-laki itu mencium bibir Aliika. Berusaha melampiaskan segala yang kini ia rasakan. Marah, benci, dan takut. Aliika meronta dengan sekuat tenaga, namun Sagara dengan sergap mengunci kedua tangan gadis itu di atas kepala. “Kumohon jangan seperti ini. Kamu kasar, Kak. Aku takut… hiks.” Isak Aliika saat Sagara sudah melepaskan pagutan bibir mereka. Tak menghiraukan isakan Aliika. Kini Sagara telah membuka kain yang menutupi dua gundukan milik Aliika. Aliika semakin menangis ketika Sagara membenamkan wajahnya di gundukan itu. Apalagi sebelah tangan Sagara berhasil meremas nya dengan kasar.