'Ya, anggap saja dia tidak pernah ada di kehidupanku. Dengan begitu hidupku akan berjalan seperti semula.'
***
Tik tok tik tok
Suara dentang jarum jam terdengar teratur menemani sang pemilik rumah dalam kesedihannya.
"Hiksss ... hikkkss hikksss, huuuhuu ...."
Suara isak tangis pecah memenuhi ruang tengah yang awalnya sunyi. Tangisan Pricillia, gadis bersurai hitam sebahu yang baru saja mengalami sesuatu yang mengubah kehidupannya selama-lamanya.
Ia benar-benar tak menyangka kalau malam itu adalah malam di mana ia melepas kesuciannya. Terlebih yang mengambilnya adalah pria yang kini sudah resmi menjadi kakak tirinya.
Kenapa harus pemuda itu yang mengambilnya? Kenapa harus di malam yang seharusnya menjadi hari ia merayakan kebahagiaan pernikahan sang Ibu tercinta?
Apakah ia tidak berhak atas kebahagiaan itu? Kenapa kakak tirinya tega melakukan itu semua padanya? Mengambil kesuciannya denga
'Kamu membuat kesalahan besar, Sayang—hmmmmpphh.' *** Pricillia berusaha melarikan diri dari kejaran kakak tirinya yang penuh nafsu. Emosinya memuncak, tangannya mengepal erat, ingin sekali meninju Adam sampai menghilang dari hidupnya. "Astaga! Dia masih mengejarku juga?? Apa masih belum puas dia melakukan kebejatannya semalam penuh denganku?" batin Pricillia dengan penuh emosi. Namun, tanpa disadari, tangan Pricillia sudah mengepal kuat, ingin sekali meninju Adam sampai ke segitiga bermuda, agar lenyap selamanya. "Hei, kenapa kabur? Aku 'kan hanya mau mengobrol saja denganmu," ujar Adam dengan wajah sok polos. Pricillia membuang muka ke arah lain, semakin merasa jijik dengan sikap kakak tirinya yang tidak tahu malu. Ia bahkan tidak sudi menatapnya meski hanya sekilas. 'Dia itu kenapa, sih?? Apa urat malunya sudah putus?!' umpatnya dalam hati. Gadis itu benar-benar tak habis pikir akan kepercayaan diri kakak tirinya yang setinggi gedung pencakar langit dan mukanya yang setebal
'You're mine now. No one can take you away from me.' *** Kreekk— Pintu kamar mandi terbuka, tampak seorang pemuda tampan bertubuh six-pack keluar dari sana dengan hanya berbalut handuk putih di sekitar area privasinya. Pemuda itu tidak lain adalah Adam. Saat ini ia baru saja selesai membersihkan dirinya usai menuntaskan 'pekerjaan'nya. Kini ia melangkah masuk ke kamar tidur yang mana di pintunya terpasang tulisan 'Pricillia's Room'. Mengamati sejenak desain interior ruangan tersebut yang tampak sedikit berbeda dari sebelumnya. Beberapa waktu berselang, ia melangkahkan kakinya ke ranjang bersprei putih yang sudah terlepas dari kasurnya. Di atas ranjang itu terdapat sosok gadis bersurai hitam yang sedang tidur meringkuk tanpa sehelai benang pun. Wajahnya sudah basah dengan air mata. Pemuda itu lalu duduk di tepi kasurnya untuk menyingkirkan helaian rambut yang meng
'Satu hal yang perlu kamu ingat. Jangan pernah macam-macam dengannya, atau kamu akan mengalami yang lebih parah dari ini. Mengerti?' *** Usai turun di halte dekat kampus. Pricillia kemudian melanjutkannya dengan berjalan kaki. Tanpa ia ketahui, salah satu mahasiswi dari kelompok penggemar Adam mengintipinya dari balik tembok pagar. Ketika ia sudah menapakkan kakinya di gerbang kampus. Mahasiswi tersebut langsung menarik lengannya dengan kasar dan membawanya ke belakang bangunan kampus. Pricillia kaget bukan main ketika mahasiswi tersebut menarik lengannya secara kasar. Beberapa kali ia mencoba melepas cengkraman tangan mahasiswi tersebut. Namun, cengkraman di lengannya semakin kuat sampai membuatnya merintih kesakitan. BRUKK! Mahasiswi tadi mendorong tubuh Pricillia hingga tersungkur ke jalanan beraspal. "Aaw ...," rintihnya ketika merasakan jeansnya robek dan membuat lututnya terluka akibat bergesekan dengan aspal. "Heh! Bangun!" bentak mahasiswi lainnya. Pricillia tidak men
'Dari kabar yang beredar selama ini di kalangan mahasiswa, Adam memang dijuluki sebagai seorang womanizer. Sudah banyak wanita yang telah tidur dengannya.' *** "Jadi, bagaimana? Mau atau tidak?" tanya Adam sembari menatapnya sinis. Pricillia hanya menatapnya dalam hening. Tidak menolak, tapi juga tidak menyetujuinya. Sepertinya ia sedang mempertimbangkan dampak baik dan buruknya bila menerima tawaran pemuda itu, terlebih setelah mendapat perlakuan kasar dari para fans fanatiknya. Setelah hening cukup lama, gadis bersurai hitam itu melangkahkan kakinya kembali ke arah halte. Sikapnya membuat kakak tirinya itu bertanya-tanya. 'Apa itu artinya dia menolak tawaranku?' batin Adam penuh tanda tanya. Menghela napas kasar, kini pemuda itu memutuskan untuk turun dari motornya kemudian ikut duduk di kursi sebelahnya. "Apa kamu yakin menolak tawaranku?" tanyanya lagi. Pricillia masih tidak menunjukan reaksi apapun. Hal itu membuatnya sedikit frustasi dan menghela napas kasar lagi untuk ya
'Kamu akan semakin merasakan sakit bila berani menggoda Adamku tersayang. Mengerti?'***Deg deg—'Kok perasaanku tiba-tiba jadi tidak enak ya? Apa jangan-jangan si brengsek itu masuk ke unit apartemenku??' batin Pricillia dengan gelisah ketika mengingat kalau kartu aksesnya masih ada pada kakak tirinya.Saat ini dirinya sedang makan malam bersama tantenya dan semua anak panti.Melihatnya melamun seperti itu, tante Helena menegurnya dengan bertanya, "Pricillia, ada apa? Kamu belum menyentuh makananmu sama sekali, lho."Suara tantenya sukses membuat Pricillia tersadar dari pikirannya dan mulai menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya.'Aku harus secepatnya merebut kembali kartu aksesku dari pria itu. Semoga saja besok aku tidak bertemu dengan Linda dan gengnya itu,' batinnya sembari mengunyah makanan di mulutnya....Keesokannya, Pricillia memutuskan u
Peringatan: Bab ini mengandung adegan dewasa (21+). Harap pembaca bijak dalam menyikapinya. Terima kasih. 'Please ... I want you to stay with me.' *** “Baiklah. Sekarang kembali ke urusan kita yang belum selesai.” Tanpa aba-aba, Adam menarik paksa pergelangan tangan Pricillia dan menyuruhnya untuk ikut naik ke motor ninjanya. ‘Eeehhh?? Mau apa diaaa?? Seseorang tolong akuuuu!!’ pekik Pricillia dalam hatinya dengan nada panik. “Berhenti memberontak!” bentak Adam sembari mencengkram kedua pergelangan tangan gadis itu agar berhenti melawannya. Bentakannya sukses membuat Pricillia tertegun sesaat, kedua manik biru langitnya kini memancarkan rasa takut. Ditambah dengan sorot mata tajam dari pemuda itu yang semakin menguatkan rasa takutnya. Usai menghela napas kasar, Adam akhirnya melunak, “Bisakah sekali saja kamu menuruti perkataanku?” Sorot mata Pricillia seolah melontarkan pertanyaan ‘Kenapa aku harus menurutimu?’ padanya. “Karena aku ini sudah menjadi kakakmu! Suka atau tidak
'Bagaimanapun dan apapun caranya, ia harus berhasil meluluhkan adik tirinya.'***"Please," pinta Adam sembari mempererat pelukannya.'Apa yang harus aku lakukan sekarang??' batin Pricillia cemas.Ia terus berusaha melepas pelukan pemuda itu dengan sekuat tenaga. Tapi, usahanya tetap tak membuahkan hasil. Tenaganya tidak lebih kuat dari kakak tirinya.Deg deg—'Seseorang tolong aku!' teriak gadis itu dalam hatinya dengan degup jantung yang sudah tak karuan lagi.Keheningan di unit apartemen itu membuat suara degup jantungnya semakin terdengar dengan jelas memenuhi telinganya sendiri.Manik biru langitnya sedikit bergetar saat melihat tangan kekar Adam melingkari tubuhnya begitu erat sampai membuatnya sulit bergerak leluasa.Entah kenapa ketika melihat lengan kekar yang melingkar di tubuhnya memunculkan sebuah ide dalam kepalanya. Ide untuk merayunya sedikit
'Kenapa tiap kali memikirkannya, firasatku mengatakan kalau ada sesuatu yang pria itu rencanakan?' *** "Hah? Adam pergi ke fakultas musik pagi ini?" ujar Linda dengan nada tak percaya sembari sibuk merapikan tatanan rambutnya dengan sebuah sisir. "Iya. Pagi tadi ramai sekali. Kamu mau tahu berita apa yang paling menggemparkan?" balas Chloe dengan penuh antusias sembari menepuk-nepuk wajahnya berulang kali bermaksud merapikan alas bedak yang baru saja ia pakai. Kini wanita bermanik violet itu menoleh sembari sedikit menaikan alisnya. "Berita apa?" Wanita bersurai pendek yang masih sibuk berhias itu menjawab, "Well, ternyata gadis baru yang waktu itu kita labrak adalah adik tiri Adam." PRAKK!— Sisir yang ada di genggamannya terjatuh ke lantai. "APAA?! Adik tirinyaa??!" pekik Linda dengan mata membulat sempurna. "Ja-jadi gadis culun itu ... dia ... dia-adik tirinya Adam??" Manik vi