Setelah selesai memakaikan sepatu, Jade mengusap lembut lutut kanan Alicia dan menatap wajahnya. "Jangan membuatnya terluka lagi, atau kau akan bertemu dengan empat macam sayur itu siang dan malam." Ucap Jade dengan seringainya.Mendengar penuturan Jade, Alicia tak kuasa menahan tawanya. Ia menggigit bibir bawahnya sehingga ia hanya mengeluarkan sedikit suara tawa yang ia tahan.Jade beranjak dari posisinya dan mengambil tempat duduk di sebelah Alicia. Ia menggenggam tangan Alicia. Dan dikesempatan inilah Alicia mengumpulkan keberaniannya mencari sebuah petunjuk dalam manik mata abu-abu itu."Alicia, aku memiliki dua permintaan padamu. Pertama, berhentilah memanggilku Mr. Williams, aku ingin kau memanggil namaku dan yang kedua, aku ingin kau makan malam denganku nanti. Kau tidak keberatan bukan? I promise, just a dinner, please?" tanya Jade seraya mengelus lembut punggung tangan Alicia dengan ibu jarinya."Untuk yang pertama aku tidak bisa melakukannya dan untuk yang kedua aku akan me
Pendar cahaya lampu di kota yang tak pernah tidur ini menampakkan kesemarakannya, terutama pada malam hari. Di mana kebanyakan orang telah menghentikan aktifitas hariannya dan berkumpul dengan orang-orang terkasih untuk melepaskan penat dan kejenuhan hari ini.Alicia mengabaikan manusia di sebelahnya dengan menikmati alunan musik klasik Johann Pachelbel - Canon In D yang mengalun lembut di dalam mobil Jade, menghangatkan suasana yang dingin di malam hari ini.Namun tiba-tiba saja Alicia merasakan sentuhan lembut pada tangan kanannya dan tangan itu kian menghangat. Jemari kokoh Jade yang bertaut menyelusup setiap celah pada jemari Alicia. Tanpa harus mencari tahu penyebabnya Alicia sudah dapat menebak, bahwa tangan Jade sedang menggenggam erat jemarinya. Alicia berusaha meloloskan jemarinya dari genggaman itu, namun usahanya sia-sia. Genggaman Jade semakin erat di tangannya. Alicia bergeming, enggan menatap pria di sampingnya. Ia terus menikmati alunan musik klasik itu dan terus meni
Melihat Alicia yang terlelap bersandar di kursi membuat Jade sigap memposisikan diri agar leher wanita pujaannya tidak pegal. Dengan perlahan ia membawa Alicia berbaring dalam pelukannya, di atas dada bidangnya.Kebahagiaan malam ini sungguh tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Jade merasa dirinya selangkah lebih dekat dengan wanita pujaannya.Sepanjang perjalanan Jade terjaga, hatinya kian menghangat tatkala Alicia menggeliat di atas dadanya dan memeluk pinggangnya. Sekalipun ia tidak mengetahui alasan dibalik kenyamanan wanita itu saat berada dalam pelukannya, karena Jade memang belum mengetahuinya.Tak lama kemudian Bryan telah membawa mereka tepat di depan rumah Alicia. Dikarenakan Jade tidak ingin moment ini segera berlalu, ia menitahkan Bryan untuk menepikan mobilnya di area parkir dan menginstruksikan Bryan untuk meninggalkan mereka sejenak. Jade membelai lembut rambut indah Alicia dan sesekali mengecup puncak kepalanya. Ia memeluk erat Alicia seperti saat ia memeluknya sia
Dazzlene yang menaruh curiga, tak henti memperhatikan gerak-gerik sahabatnya itu. Tatapannya membuat Alicia tak berkutik. Ia sedari tadi merengek mengajak Alicia makan siang bersama di rumah makan Korea milik Harry, sahabatnya.Dazzlene yang merengek dan Jade yang tak henti-hentinya menelepon benar-benar membuat kepala Alicia terasa nanar. Ia berpikir mungkin seperti ini ruwetnya jika memiliki anak kembar."Alice, kau sudah sering meninggalkanku makan siang sendiri belakangan ini. Hari ini kau harus menemaniku." Dazzlene memelas dan bergelayut manja di lengan Alicia.Setelah tawar-menawar dengan Dazzlene selama setengah jam, akhirnya Alicia terbebas darinya, dengan syarat Alicia harus menemaninya makan malam di rumah makan Korea milik sahabatnya.Alicia setengah berlari ketika keluar dari lift menuju ruangan Jade. Ia mengetuk berkali-kali namun tidak ada jawaban. Akhirnya ia memberanikan diri masuk setelah Jade juga tak kunjung mengangkat teleponnya.Sepi.Namun tiba-tiba Alicia mende
Dengan setengah berlari ia menyusuri lorong dan membuka pintu, masuk tanpa mengetuk lagi. Emily, sekretaris Jade yang melihat Alicia menerobos masuk sengaja membiarkannya. Karena ia memang sudah hafal Alicia yang sering keluar masuk ruangan Jade hampir setiap hari. Tenang saja, Emily tak pernah kepo, ia sekretaris setia Jade yang juga mendukung hubungan Jade dan Alicia dalam diam. Karena selama bekerja bersama Jade, Emily yang masih seusia Alicia tak pernah melihat Jade seceria ini sebelumnya akibat jatuh cinta.Alicia mengetuk dan memanggil Jade dari luar pintu kamarnya, namun tak mendapat jawaban. Ia memberanikan diri membuka pintu secara perlahan. Lampu kamar temaram menampakkan siluet seorang pria yang sedang tertidur.Ia berjalan sedikit mengendap agar tidak menimbulkan suara berisik dan duduk disisi ranjang, namun tatapannya berhenti pada sebuah botol kecil di atas nakas. Ia meraih botol itu dan membaca isinya, rasa penasarannya bertambah mengingat bahwa ia jelas-jelas melihat
"Alice, Harry memiliki menu Dakbal dengan pedas ekstrem. Aku sudah memintanya untuk menyiapkan satu porsi jumbo untuk kita. "Ujar Dazzlene yang sedang menyetir."Hemm..." Alicia berdeham pelan sambil memainkan rambutnya dengan memelintirnya menggunakan jari telunjuk. Ia masih terbayang kejadian siang tadi tentang perkataan Jade, berusaha mengartikannya dengan logis.Suasana Downtown malam begitu ramai. Namun tidak sulit bagi mereka untuk menemukan tempat parkir, karena Harry telah mengosongkan satu tempat khusus untuk Dazzlene bisa memarkirkan mobilnya.Alicia mengikuti langkah Dazzlene dari belakang. Tak jauh di depan sana tampak seorang pria berdiri nan gagah dengan senyum yang menawan.Dazzlene memberikan pelukan hangat kepada Harry, pemilik restoran sekaligus sahabat Dazzlene yang memiliki kulit putih susu dan bertubuh jangkung. Ia mengenakan setelan jas berwarna navy dan kemeja light blue. Perpaduan warna yang membuat ia terlihat maskulin."Harry, kau rapi sekali hari ini, kau ti
Jade masih bergeming dan menatap Alicia. Jade memang mengetahui bahwa Dazzlene bersama Alicia di di dalam restoran, namun kecemburuannya mematahkan fakta itu. Baru saja Alicia hendak bersuara, Jade telah memotong perkataannya. "Aku tidak menyukai situasimu tadi! Jangan pernah mengulanginya dengan pria manapun!" "Itu tidak seperti yang kau lihat. Dazzlene sedang berada di toilet. Dan pria itu, maksudku Kakak angkat Dazzlene menemani kami sedari tadi. Dan kami hanya mengobrol sambil menunggu Dazzlene. That's all! Tidak ada yang lebih, di mana letak kesalahanku?" Alicia berusaha menjelaskan dalam kebingungan yang masih menderanya.Mendengar penjelasan Alicia membuat Jade kembali menggeram. "Kesalahanmu adalah menghabiskan waktu dengan pria lain! Kesalahanmu adalah kau bisa tertawa lepas dengannya! Kesalahanmu adalah kau bisa berbicara dengan begitu leluasa dengan tatapan intens! Kesalahanmu adalah kau bisa melakukan semua itu dengan pria yang baru saja kau kenal tapi tidak kepadaku!"Ta
Alicia menatap jam di tangannya, lantas bergegas dengan setengah berlari mengejar jadwal Bus menuju Cafe Sit & Chat. Dazzlene yang berjalan membelakangi Alicia setengah berteriak kepadanya."Alice, apa yang membuatmu terburu-buru? Kau bahkan tidak menungguku untuk pulang bersama." Protes Dazzlene yang sudah terbiasa pulang bersama dan berburu kuliner hampir setiap hari usai bekerja dengan Alicia.Dengan raut wajah bersalah Alicia meminta maaf kepada Dazzlene. "Aku tidak melihatmu di toilet dan ruangan kantor jadi aku keluar duluan untuk mengejar Bus. Sorry, sweety..." Alicia mengerjap manja sambil mencolek lengan Dazzlene yang berpura-pura tak ingin menatapnya.Tingkah lucu Alicia membuatnya tak dapat menahan tawa. "Akh, sudahlah... kau membuatku merasa geli. Aku tadi berada di lantai lima dan turun sedikit terlambat."Lalu lintas yang padat membawa mereka sampai di tempat tujuan sedikit lebih lama dari biasanya. Dazzlene yang tidak memiliki janji dengan siapapun hari ini membuatnya m