Billy menatap Tyas yang berada di ranjangnya setelah sesi panas mereka berdua hingga tengah malam, selama melakukan bersama Tyas tadi dalam benak Billy adalah Zee dan dirinya tidak berhenti membayangkan wanita satu itu. Kejadian pertama yang dirinya alami selama ini karena saat bersama Tyas di mana Billy selalu terpuaskan, Billy menatap jendela di luar kamarnya memikirkan banyak hal termasuk perkataan Bima.
Billy mengepalkan tangannya mengingat semua yang telah dirinya lakukan, bayangan Zee seakan tidak berhenti dari pikirannya entah apa yang terjadi. Rencana – rencana agar bisa masuk ke mereka semakin cepat dan dirinya tidak sabar untuk melihat bagaimana keluarga tersebut hancur seperti apa yang pernah dilakukan pada ibunya. Sebuah tangan berada di perutnya menandakan bahwa ada yang memeluknya dari belakang, Billy membalikkan badan mendapati Tyas berada dihadapannya tanpa menggunakan sehelai pakaian membuat Billy ingin melakukannya kembali.
“Kamu sel
Zee tersenyum dengan kedatangan Irfan yang diikuti Boy dibelakangnya, mereka saling berkenalan satu dengan yang lain. Boy meminta Zee berada disampingnya dengan meletakkan tangan di pinggang Zee yang sedikit merasa tidak nyaman, Billy yang melihat pemandangan tersebut seakan tidak terima atas apa yang dilakukan Boy. Rahud yang menyadari suasana hati Billy tidak enak langsung mengambil alih dengan bertanya mengenai konsep mereka lalu makanan yang disajikan serta dekor yang bagaimana diharapkan dan langsung dicatat semuanya oleh Rahud, Billy sendiri memberikan tatapan tidak suka pada Boy yang tampak perhatian dengan Zee. “Kita sudah sepakat mengenai harga dengan Om Bima” Boy menatap Rahud tegas “mengenai biaya akan ditanggung oleh beliau.” “Anda berkata tidak masuk akal” Billy menatap tajam pada Boy “gak mungkin ayahku membiayai acara ini.” Boy tersenyum “bukan keseluruhan karena biaya acara ini berasal dari H&D Group dan beberapa perusahaan lain tapi
Zee memeluk Endi seketika yang langsung membuat Billy membelalakkan matanya melihat pemandangan yang ada dihadapannya, tanpa sepengetahuan Zee di mana Billy masih berada di cafe dengan berpindah tempat sedikit tersembunyi agar bisa melihat apa yang Zee lakukan. Zee menarik Endi ke salah satu sudut tempat di mana mereka biasa menghabiskan waktu saling bertukar cerita yang tidak luput dari pengamatan Billy, Zee menceritakan semua rencana dari mereka untuk acara sosial tersebut yang dibantu oleh Bima.“Ayah memang gak nanggung – nanggung kalau bantu” Zee mengangguk “tapi aku masih suka gak enak kalau minta bantuan sama dia secara bagaimana pun kita gak ada hubungan darah tapi perhatiannya luar biasa melebihi orang tua sendiri, kadang aku iri sama kakak aku Billy yang mendapatkan perhatian lebih dari ibu dibandingkan aku.”“Billy” Zee menggulang perkataan Endi yang mengangguk “kenapa gak pernah dekat sama kita?” Endi me
Zee tidak menghiraukan pesan yang Billy kirim karena bagi dirinya tidak penting, perlakuan Billy saat itu masih teringat jelas dan sedikit membuat Zee ketakutan untuk bertemu dengannya sendiri seperti permintaan pria itu. Suara ketukan pintu kamar membuat Zee dengan malas membukanya di mana mendapat Tania berdiri dengan senyum manisnya membuat Zee dengan malas melangkah ke dalam yang menandakan ada hal penting dibicarakan.“Erland gimana?” Zee menatap bingung pada Tania “perkembangan sama Erland?.”“Mas Erland baik memang kenapa?” menatap Tania curiga “kalau mami mau minta aku kaya abang sama Anggi maka jawabannya adalah gak karena Mas Erland hanya sampai sebatas kakak gak lebih.”Tania mencibir “mami dulu ke papi juga begitu tapi nyatanya lihat sekarang gimana papi kamu sampai punya anak enam yang satu meninggal, sedangkan sama istri pertamanya tiga aja jadi bisa dilihat gimana papi ke mami” Zee memuta
Zee terbangun karena ketukan di pintu kamarnya yang masih terlalu pagi dirinya bangun dengan langkah malas membuka pintu di mana berdiri Leo, Zee mengernyitkan dahinya melihat ekspresi wajah Leo yang tampak menahan emosi. Leo menarik Zee masuk ke dalam kamar mandi dan menyuruhnya untuk cuci muka dan sikat gigi, Zee hanya mengikuti apa yang Leo minta dan saat keluar Leo sudah memberikan pakaian casual yang semakin membuat Zee bertanya – tanya tapi tetap mengikuti permintaan Leo.“Setelah ini jangan terkejut dengan apa yang kamu lihat” Leo menatap penuh harap yang hanya bisa Zee angguki meski tidak paham.Leo menggenggam tanganku untuk keluar kamar dengan menuju ke ruang tamu, seketika tubuh Zee kaku dengan menghentikan langkah membuat Leo menatapnya lalu meletakkan tangannya di pundak Zee dan menatap matanya seakan mengatakan bahwa dirinya berada di dekatnya. Zee duduk dihadapan kedua orang tuanya dan juga ada Bima disamping papinya, Leo mengambil dudu
Zee terdiam selama perjalanan di dalam mobil Billy selain karena malas tapi alasan lain adalah tidak tahu apa maksud serta tujuan Billy melakukan ini, pembicaraan macam bagaimana yang akan membuat mereka berdua terlibat dalam pembicaraan seperti orang normal pada umumnya. Zee menatap sekitar di mana Billy masuk ke dalam gedung yang berarti adalah apartemen entah tinggal sendiri atau bersama ibunya, Zee seketika keringat dingin jika langsung bertemu dengan ibu dari Billy. Billy turun terlebih dahulu meski sebelumnya memberi kode pada Zee untuk turun juga bersama dirinya, Zee mencoba menenangkan diri sebelum keluar dari mobil Billy.“Aku gak akan memasukkan kamu di apartemen jadi kita di sini” Zee hanya mengangguk tanpa berniat untuk menanggapi sama sekali.Billy memesan beberapa menu yang membuat Zee melakukan hal yang sama, setelahnya tidak ada pembicaraan dan sepertinya sibuk dengan pemikiran masing – masing. Zee menatap tempat makan mereka yang tamp
Zee merutuki kebodohannya karena mengatakan hal tersebut dihadapan Billy yang saat ini menatapnya penuh dengan tatapan ingin menyantapnya, Zee menelan salivanya kasar melihat reaksi Billy. Kejadian malam itu saat dirinya tidak sadarkan diri dan saat ini Billy menatapnya seperti ini seketika membuat Zee ketakutan, Billy yang melihat reaksi Zee hanya tersenyum simpul.“Aku akan mengikuti kata – kata kamu tapi kamu harus siap sedia ketika membutuhkan pelampiasan” Billy membelai wajah Zee yang tampak pucat “kali ini aku akan menikmati semuanya dan melakukan secara perlahan.”Billy menarik kepala Zee untuk mendekat dengan dirinya yang langsung menciumnya perlahan menikmati sentuhan bibir mereka berdua, Zee yang semula diam akhirnya membalas ciuman Billy dengan mengikuti langkah yang Billy lakukan dan melihat hal ini Billy tersenyum lembut ditambah Zee mengalungkan tangannya di leher Billy sehingga ciuman mereka semakin dalam yang seketika membu
Zee memikirkan perkataan Bima dan Rifat yang memintanya untuk menjauh dari Billy, perlahan tangannya bergerak di perut dengan sedikit takut jika ada kehidupan lain di dalam yang merupakan darah daging Billy dan dirinya. Zee berharap bahwa apa yang dirinya takutkan tidak akan terjadi, suara ponsel membuat Zee mengalihkan pandangan di mana nama Erland keluar di layar. Orang terdekat tidak tahu seberapa jauh hubungan Zee dan Erland yang selama ini mereka sembunyikan di mana mereka saling memberikan kekuatan ketika menghadapi masalah, Zee sangat tahu jika Erland menyukai dirinya dan hebatnya Erland tidak pernah memaksa apa pun ketika mereka bersama termasuk hubungan ranjang.Zee keluar dari unitnya untuk bertemu dengan Erland di rumahnya dengan menggunakan kendaraan online, selama perjalanan Zee meyakinkan diri bahwa ini adalah yang terbaik keputusannya saat nanti bersama Billy. Erland membuka pintu dengan wajah bingung ketika memasukkan Zee ke dalam rumahnya dan langsung memberi
Zee masuk ke dalam cafe yang masih sepi dan hanya beberapa pegawai yang ada memutuskan untuk masuk ke ruang kerjanya setelah menyapa beberapa pegawai, di dalam ruangan banyak hal yang Zee pikirkan termasuk langkahnya menerima lamaran Billy. Lamunan Zee buyar ketika melihat Endi masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuknya, Zee menatap tajam tapi tidak dipedulikan oleh Endi.“Kamu menerima lamaran Billy?” Zee mengerutkan keningnya “aku sih gak ada masalah tapi ya kalau dia macam – macam aku gak akan tinggal diam karena aku seperti apa ibu yang akan melakukan segala macam cara agar rencananya berjalan lancar.”“Kamu ke sini hanya mengatakan itu?” Endi menggelengkan kepala membuat Zee memicingkan matanya melihat jawaban Endi.“Aku hanya bosan di kantor” Zee membelalakkan mata mendengarnya “Rey kemarin bilang kalau ada yang dekatin Tere jadi aku gak bisa berpikir tenang.”Zee berdiri sambil menggel