Sulit mengatakan apa yang ada di pikiranku.
Rasa takut ditolak dan dikecewakan lahyang membuatku memilih untuk diam.Padahal, semakin lama diam, semakin aku merasa takut.Hujan turun di Minggu sore ini. Biasanya jalan di depan rumahku ramai anak-anak bermain sepeda atau sekedar kejar-kejaran, tapi hujan membuatnya lengang. Aku duduk di teras sambil membaca The Lucky One-nya Nicholas Sparks. Aku suka sekali dengan bau tanah yang mulai basah tersiram air langit. Suasana begini membuatku semakin terhanyut dengan isi novel yang kubaca. Sesekali aku menyeruput secangkir teh panas yang ada di atas coffee table produksi Nilsson Home yang berhasil kumenangkan lewat lelang karyawan tahun lalu.
"Assalamu'alaikum."
Aku menga
Where can we find home?It's right next to your loved ones.Then, where can we find love?Pay attention and look around.Aku baru saja kembali dari toilet ketika mendapati Damar dan Jason sedang berdiskusi. Mereka sedang membolak-balik lembar demi lembar katalog yang tebal di atas meja Jason. Aku mengintip katalog itu dari bahu Damar karena penasaran. Ternyata katalogwallpaper."I like this one. It's vinyl, right?" (Saya suka yang ini. Inivynilkan?) kata Jason sambil menunjuk salah satu gambar di katalog itu.
Masa lalumu adalah milikmu,aku tidak bisa merubahnya.Pastikan masa lalumu tinggal di tempatnya.Karena masa sekarangmu adalah milik kita.Hari ini adalah hari ulang tahun Mega, keponakan Sam. Aku sampai di the Westlake pukul 11.00 WIB. Hari ini aku memakai kaos pendek warna putih dengan garis-garis horizontal merah marun, rok jeans modelflaredyang panjangnya hanya sampai atas lututku, dan sandal jepit kulit sintetis warna putih."Mbak Hayuuu," Mega memelukku ketika aku baru saja melepaskan sandal untuk naik ke gazebo yang khusus ditempati keluarga itu."Kadoku mana, Mbak?" Mega merajuk manja."Sabar dong. Kan belum t
Semua terasa seperti melihat dalam gelap.Aku harus meraba-raba dan sesekali jatuh tersandung.Lalu, tiba-tiba kamu ada di depanku menyodorkan segelas air.Padahal kamu tahu yang kubutuhkan adalah secercah cahaya.Setelah sholat subuh, aku membersihkan kamar mandi. Aku menggosok dengan keras keramik-keramik yang sebenarnya masih bersih itu dengan bahan kimia yang baunya menyengat di hidung. Aku tidak terbiasa membersihkan kamar mandi pagi-pagi begini, tapi aku perlu mengalihkan pikiranku yang kacau dengan melakukan sesuatu yang menguras tenaga. Aduh! Punggung tanganku tergores ujung keramik yang lepas dari lantai. Aku buru-buru menyiram lukaku dengan air bersih, takut terinfeksi cairan kimia pembersih keramik."Rajin banget sih, Mbak," Laras menyapa
Tak mudah menemukan tempat kerjadengan rekan kerja yang memberi rasa nyaman.Lebih sulit lagi menemukan tempat kerjadengan atasan yang bersikap seperti keluarga.Siang ini aku menemani Mr. Nilsson di rumah sakit Panti Rapih untuk melakukancheck uprutin. Kami duduk di ruang tunggu yang tidak begitu ramai. Kuhitung hanya ada sekitar enam orang yang juga mengantri untuk diperiksa."Hayu, please pass me my coffee,"(Hayu, tolong kopi saya dong) kata Mr. Nilsson sambil meletakkanipad-nya di pangkuan.Aku mengambil cangkir kertasStarbucksyang tadi kuletakkan di kursi kosong di sebelahku."Here,"(Ini) ujarku m
Apa baiknya memendam rasa?Bicarakan saja baiknya bagaimana.Kalaupun rasamu tak berbalas, setidaknya kamu tahusekarang sudah saatnya berlalu untuk mencari rumahyang sepantasnya untuk hatimu.Aku duduk di ruang tamu rumah Sam, menunggunya selesai mandi. Kami akan menghadiri pernikahan Mas Bekti yang acaranya sudah mulai sejak pukul 19.00 WIB. Sekarang sudah pukul 19.15 WIB dan kami masih di sini. Kalau biasanya para lelaki yang menunggu kekasihnya berdandan, berbeda kami. Sering kali aku yang menunggunya bersiap.Ya, aku memang sudah tidak marah lagi padanya karena mengajak Erna ke The Westlake waktu itu. Aku sudah memaafkannya walaupun dia tidak meminta maaf. Tidak ada gunanya juga memendam kemarahan terlalu lama.
Kenangan-kenangan di masa lalu muncul begitu sajabak film yang sengaja diputar untuk menggugah getir.Dosa apa yang pernah kulakukan di masa laluhingga aku pantas merasakan sakit seperti ini?Kalau saja Laras tidak memaksaku bangun pagi ini, aku pasti masih meringkuk di tempat tidur mengasihani diriku sendiri. Dengan terpaksa, aku memakaieyeshadowwarna hitam untuk menyamarkan kelopak mataku yang bengkak karena menangis sejak kemarin. Penolakan Sam benar-benar menyakitkan. Dasar lelaki brengsek! Bisa-bisanya dia membuatku mencintainya selama bertahun-tahun, lalu dengan mudahnya dia juga membuatku merana, meradang dan merasa dicampakkan dalam satu malam!"Mau aku antar, Mbak?" tanya Laras ketika aku sedang memakai sepatu.
We are a list of trials and errors.I've tried almost everything like loving himand making him love me back.Yet I can't point out the errors that fail us.(Kami adalah sekumpulan percobaan dan kesalahan. Aku sudah mencoba hampir semua hal seperti mencintainya dan membuatnya balas mencintaiku. Namun hingga kini aku masih tidak bisa menunjukkan di mana salahnya hingga kami gagal)Sudah dua minggu berlalu sejak pernikahan Mas Bekti. Berarti sudah dua minggu aku tidak mendengar kabar dari Sam. Setiap hari aku mencoba melanjutkan hidupku dengan menerima kenyataan bahwa aku lah yang memintanya pergi. Selama ini kata putus tidak pernah sekali pun keluar dari mulut kami. J
Kehidupan memang seperti itu.Ada masanya kita harus merelakan sebuah kehilangan,ada kalanya juga kita harus menyambut kehadiran.Yang hilang mungkin tak tergantikan,namun bisa jadi yang hadir lah yang kita butuhkan.Di meja kerjaku ada kotak berwarnapinkbergradasi putih dengan pita putih di atasnya. Kusingkapkan pita itu lalu terbaca Versace Bright Crystal Eau Du Toilette 90 ml. Aku buru-buru membuka kotak itu. Sebuah botol parfum bening yang cantik berisi cairan parfum berwarnapinkitu membuatku terpesona. Wanginya luar biasa begitu lembut. Pasti bukan barang murah. Siapa yang repot-repot memberiku hadiah ulang tahun semahal ini?Ponselku